Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Risiko Kematian Tinggi, Lansia Jangan Ragu Divaksinasi Covid-19

Kiri ke kanan, Boy Sinaga (Business Unit Coordinator General Adult Nutrition Kalbe Nutritionals), Prof Iris Renggganis, Prof Siti Setiati, dan dr Muliaman Mansyur.

SURABAYA (global-news.co.id) – Ketua Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD, KAI, FINASIM, menegaskan pentingnya kelompok lanjut usia (60 tahun ke atas) untuk segera mendapatkan vaksinasi Covid-19. Hal ini didasarkan fakta, tingkat kematian atau risiko kematian tertinggi terjadi pada pasien lansia.

Berdasarkan data Gugus Tugas Covid, 10,7% kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menyerang kalangan lansia. Sebanyak 48,8% pasien yang meninggal dunia karena Covid-19 adalah lansia. Dari total 37.154 pasien Covid-19 yang meninggal di Indonesia hingga 6 Maret 2021, sebanyak 18.131 adalah lansia.

“Sehingga sangat penting agar kelompok ini segera mendapatkan vaksin. Seharusnya, tidak perlu ada keraguan untuk menerima vaksinasi yang memang telah tersedia untuk warga lansia, kecuali mereka yang saat ini sedang sakit atau jika mereka pernah menderita Covid-19 sebelumnya atau memang tidak bisa menerima vaksin oleh karena kondisi medis,” ujar Iris dalam ‘Kupas Tuntas Vaksin Covid-19 dan Nutrisi untuk Lansia’ yang digelar Kalbe Nutritionals bersama Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) dan IDI secara virtual, Minggu (7/3/2021) siang.

Sementara Ketua PERGEMI, Prof Dr dr Siti Setiati SpPD KGer, MEpid, FINASIM mengingatkan pentingnya mempersiapkan lansia agar vaksinasi bekerja dengan optimal. Menurut dia, hal yang perlu dipertimbangkan terkait vaksinasi pada lansia adalah terjadinya immunosenescence atau disfungsi imunitas karena usia. Hal ini berhubungan dengan respon terhadap vaksin yang kurang maksimal.

Adanya penyakit penyerta atau komorbid, lanjutnya, juga meningkatkan terjadinya inflamasi kronis. Akibatnya akan ada peningkatan risiko infeksi, peningkatan risiko kanker, peningkatan risiko penyakit autoimun, penurunan respon terhadap imunisasi dan penurunan respon terhadap pengobatan infeksi.

Siti juga mengingatkan kondisi khusus yang memengaruhi keefektifan vaksinasi pada lansia. “Faktor-faktor yang memengaruhi keefektifan vaksinasi pada lansia adalah faktor intrinsik yaitu usia dan jenis kelamin, dan faktor ekstrinsik yaitu penggunaan obat-obatan. Kebiasaan seperti merokok, lingkungan sekitar, serta kecukupan nutrisi pada lansia berperan penting dalam keefektifan vaksin tersebut,” papar konsultan geriatri  dari FKUI/RSCM Jakarta ini.

Terkait nutrisi, dia menyebut energi, protein, dan mikronutrien penting untuk tulang, otot, dan fungsionalitas. Untuk itu direkomendasikan agar energi minimal di atas 21kcal/kg BB, protein 1.0-1.5 g/kgBB/hari (25-30g) tiap kali makan, dan suplementasi apabila perlu, tetapi tetap perlu dicek dengan dokter.

Dr Muliaman Mansyur menambahkan, selain skrining riwayat penyakit dan kesiapan psikis, tentunya kondisi fisik juga diperlukan dalam persiapan sebelum, selama, dan sesudah vaksin. Karena itu, lanjutnya, sepanjang proses ini, sebaiknya lansia mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang dengan kandungan tinggi protein, vitamin, dan mineral, khususnya Vitamin C, D dan Zinc. “Jika lansia kurang mendapat asupan nutrisi protein, maka risiko malnutrisi dan sarcopenia atau berkurangnya massa dan kekuatan otot akan mudah terjadi, selain itu imunitas yang terbentuk pasca vaksinasi menjadi kurang optimal,” ujar Head of Medial Kalbe Nutritional tersebut. ret

baca juga :

Pep Guardiola, Pelatih Asing Paling Sukses di Inggris

Gandeng Wartawan, BPBD Jatim Sosialisasikan Protokol Kesehatan Covid-19 ke 38 Kabupaten/Kota

Redaksi Global News

Rakornas Air Minum dan Sanitasi Tahun 2023: Walikota Eri Ungkap Strategi Surabaya Capai 100 Persen ODF

Redaksi Global News