Global-News.co.id
Gaya Hidup Kesehatan Utama

Mencegah Eksploitasi Seksual lewat XEGA

Tim Bramunastya-ITS memanerkan game XEGA rancangannya.

SURABAYA (global-news.co.id) – Pada dasarnya, kasus eksploitasi atau kekerasan dan pelecehan seksual bersumber dari pelaku. Ada dalam pikiran pelaku. Tidak ada yang salah dengan pakaian, perilaku, usia, atau apa pun pada korban. Akan tetapi, ada hal-hal yang dapat diajarkan pada anak untuk menghindari pelaku kekerasan dan pelecehan seksual. “Pemahaman otonomi atas tubuhnya dan pendidikan seksual perlu diajarkan orang tua kepada anak perempuan,” tandas Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Rainy Hutabarat.

Adapun yang dapat dilakukan orangtua atau orang dewasa kepada anak perempuan, yaitu: orangtua perlu memberitahu, siapa saja yang boleh memegang tubuh anak, yakni dirinya sendiri, ibu, perawat atau dokter. Perlu ditekankan tak semua orang boleh menyentuh tubuhnya dan anak harus menolak bila ada yang memegang secara paksa maupun dengan bujukan. Mengajarkan pendidikan seks sesuai usia anak agar anak dapat memahami tubuhnya khususnya fungsi-fungsi organ reproduksi.

Terkait upaya pencegahan ini, Tim Bramunastya dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) mengembangkan sebuah inovasi berupa 3D modeled game untuk meningkatkan kesadaran anak sekolah dasar (SD) akan pentingnya edukasi seksual.

Adalah Aqilla Suci Fattimatuz Haya, Muhammad Adrian Fadhilah, Rendy Ichsan Hanif, Rizki Amrizal, dan Hammam Dyahurrahman Yusdin, yang membidani lahirnya Sex Education Game (XEGA), julukan permainan inovatif ini. Kelima mahasiswa Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS ini mengembangkan permainan mereka dengan memanfaatkan Microsoft Kodu Game Lab sebagai basis pengembangannya.

Aqilla menjelaskan, timnya memilih mengembangkan permainan dengan model tiga dimensi (3D) adalah karena selama ini media yang menyediakan layanan serupa, umumnya dari segi grafis masih menggunakan model dua dimensi dan sangat text oriented. “Dari survei yang kita lakukan, 68% dari seluruh responden percaya bahwa game lebih dipilih oleh anak-anak daripada video atau teks,” ujarnya.

Yang menarik, permainan ini gratis dan bisa diakses oleh siapa saja. Untuk memainkannya, hanya diperlukan laptop atau komputer serta Microsoft Kodu Game Lab yang ter-install di dalamnya. “Di XEGA nanti, cerita dimulai di sebuah kota bernama Majapahit,” tambahnya.

Di awal permainan, pemain akan mendapatkan nama karakter mereka, Kartono atau Kartini, sesuai dengan jenis kelamin mereka.

Agar bisa memenangkan permainan, terang Aqilla, pemain harus menyelesaikan tiga misi utama yang tesedia. Setiap misi disesuaikan dengan jenjang kesulitan mulai dari yang termudah. “Di misi pertama, pemain akan diminta untuk mengenali diri mereka dan diuji apakah mereka bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan,” ujar mahasiswa angkatan 2018 ini.

Setelah berhasil di misi pertama, pemain harus berpindah ke salah satu lokasi ramai di Kota Majapahit. Di sini, pemain dipertemukan beberapa orang tak dikenal yang berusaha untuk memegang daerah privasi karakter pemain. Jika hal tersebut terjadi, karakter pemain harus berteriak meminta tolong ke keramaian agar dapat lolos ke misi berikutnya. “Di misi terakhir, pemain diminta untuk menyelesaikan sebuah maze dengan tujuan melarikan diri dari orang jahat,” papar Aqilla menggambarkan misi yang paling sulit tersebut.

Ditambahkan, sejak Agustus 2020, XEGA sudah mengalami banyak pengembangan hingga yang terakhir adalah pengintegrasian XEGA dengan augmented reality. Pengembangan itu membuahkan prestasi, XEGA berhasil menyabet medali emas di ajang kompetisi paper internasional ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021 yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada 18 – 22 Februari lalu. Kompetisi itu diikuti hampir 450 tim dari 20 negara.

Aqilla dan tim berharap XEGA dapat dimainkan khalayak luas, khususnya anak-anak bersama orangtua mereka agar lebih sadar akan pentingnya edukasi seksual. “Saat ini, satu-satunya batasan yang membuat mimpi kami belum menjadi nyata, karena belum semua anak memiliki akses ke teknologi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan XEGA,” pungkasnya.ret

 

baca juga :

Hujan Deras, Jakarta Banjir Lagi

Redaksi Global News

Jalan Kalianak Dibeton, Kendaraan Besar Dilarang Lewat

Redaksi Global News

Antisipasi Wabah Corona, Seminar Migas Sinergi PWI dan Kadin Jatim Ditunda

Redaksi Global News