Global-News.co.id
Metro Raya Utama

Catatan Setahun Pembelajaran Daring yang Melelahkan: Peran Orang Tua Cegah Anak Kecanduan Youtube dan Drakor

PENULIS saat melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring di sekolah.

Bulan Maret 2021 ini tepat setahun dilaksanakannya Pembelajaran Jarak Jauh. Kebijakan ini diambil untuk membatasi penyebaran Covid-19 sehingga pemerintah perlu mengambil langkah untuk memutus rantai penyebaran virus Corona termasuk di dunia pendidikan. Untuk itu melalui Surat Edaran Kemendikbud No. 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) Pemerintah menerapkan Pembelajaran Jarak jauh ( PJJ ) secara daring.

Oleh: Sri Rahayuningsih (Guru SMAN 1 Cerme, Gresik)

BELAJAR dari rumah adalah kebiasaan baru yang harus diterima, suka maupun tidak. Kondisilah yang mengharuskan kita untuk menerima kebiasaan baru tersebut. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara langsung dengan cara tatap muka dengan guru di sekolah, sekarang hanya dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Tidak ada tatap muka, tentu saja membawa perubahan yang dirasakan baik oleh pendidik, maupun peserta didik.

Perubahan cara belajar, yang semula belajar dengan cara tatap muka, dalam arti kata guru dan murid bertemu secara langsung di kelas, menjadi belajar nontatap muka atau daring, jelas akan membawa perubahan yang mendasar kepada siswa maupun guru. Anak dipaksa untuk paham terhadap materi yang disampaikan secara online. Anak tidak dapat bertanya langsung tentang ketidakpaham materi pelajaran.

Kegelisahan dan ketegangan, mulai dirasakan ketika anak tidak memahami materi yang diajarkan secara daring. Penyampaian materi pelajaran secara tatap muka saja, tidak menjamin anak langsung paham, apalagi materi pelajaran disampaikan secara online, anak dituntut untuk paham tanpa adanya pembimbingan secara langsung. Pastinya akan membuat anak menjadi tertekan, dan akhirnya merasa malas untuk belajar, karena merasa tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Anak harus selalu di rumah, praktis setiap hari hanya bertemu kakak, adik, dan juga orang tuanya. Keceriaan bertemu dan bersenda gurau dengan teman, di sela-sela penatnya belajar, kini tidak dapat dirasakan lagi. Apalagi jika si anak adalah anak tunggal, sehingga praktis di rumah hanya sendirian, atau bersama pengasuh. Sehingga rasa jenuh dan bosan sangat dirasakan oleh anak tersebut.

Dampak negatif akan lebih terasa terutama bagi anak-anak TK, yang baru memulai melakukan interaksi sosial dengan anak sebaya, kini kesempatan itu tidak ada. Tentu akan membawa dampak bagi tumbuh kembang anak. Bermain dengan teman, kini digantikan berteman dengan gawai. Nah, pada saat anak mulai kecanduan gawai, kondisi psikologis anak akan berkembang satu arah. Anak tidak mempunyai kepekaan sosial, sehingga anak tumbuh seperti robot, egois, karena gawai telah menggantikan peran teman, orang tua, dan guru.

Dampak lainnya, bagaimana jika jari-jari mungil mereka, tanpa sengaja meng-klik sesuatu yang sebenarnya bukan untuk konsumsi anak-anak. Hal ini bisa saja terjadi, karena terkadang ada iklan yang tiba-tiba muncul, dan tanpa sengaja di-klik si anak. Jangan sampai, timbul persoalan baru, saat anak menemukan teman baru di rumah, yang menurut mereka mengasyikkan, yaitu, gawai. Selain itu dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) membuat kedisiplinan anak jadi menurun. Jika semula anak tertib bangun pagi kini tidak lagi. karena tidak diperlukan persiapan berangkat ke sekolah.

Dalam satu genggaman gawai di era digital saat ini, semua dengan mudah bisa didapat oleh anak, tanpa harus keluar rumah. Anak dapat mengakses pengetahuan, informasi, dan hiburan, kapan pun dan di mana pun, tanpa ada batasan waktu. Namun, harus diingat, di balik segala kemudahan, mengintai sisi negatif, jika tidak dilakukan pendampingan.

Masih beruntung jika anak mendapatkan pendampingan dari orang tua di rumah. Bagaimana jika kedua orang tuanya bekerja? Ketegangan dan ketidakharmonisan hubungan antara anak dan orang tua, juga sering penulis dengar. Terutama apabila orang tua, menerima pemberitahuan dari guru, perihal anak yang tidak mengerjakan tugas, ataupun tidak mengikuti pembelajaran daring.

Pendampingan diberikan ketika orang tua pulang kerja, dengan sisa tenaga yang ada, karena rasa lelah seharian bekerja, dan beban kerja yang menumpuk. Sehingga yang terjadi, banyak orang tua yang tidak sabar, dan cenderung marah saat mendampingi anaknya belajar, hal ini tentu menambah perasaan tertekan pada anak.

Dari beragam cerita yang penulis dengar, baik dari teman, tetangga, atau saudara, menjadikan penulis prihatin. Anak berinteraksi dengan gawai hampir sepanjang waktu, dengan alasan mengerjakan tugas sekolah, namun nyatanya tidak sepenuhnya demikian. Jika dibandingkan antara menggunakan gawai untuk belajar, dan keperluan yang lain, rasanya lebih banyak untuk kegiatan yang lain, semisal bermain games, baca komik atau novel, bermain tik tok, chat dengan teman, ataupun berselancar di YouTube untuk nonton drama korea.

Mungkin permasalahan di atas, disebabkan karena anak sudah mulai jenuh, dengan daring, mereka rindu sekolah dengan normal, bertemu guru, ataupun bersenda gurau dengan teman sebaya. Mereka memang hidup di era digital, semua yang ingin diketahui, hanya dalam genggaman tangan semua mudah didapat. Walau begitu peran guru di sekolah, atau bermain dengan teman, memiliki nuansa dan sensasi yang berbeda, tidak bisa digantikan oleh teknologi.

Untuk mengurangi dampak negatif pembelajaran daring, pendampingan orang tua harus maksimal, selama pembelajaran jarak jauh. Diperlukan keseriusan dari orang tua, untuk meluangkan waktu guna mendampingi anak, ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran di rumah. Melakukan pengawasan, melakukan pengecekan tugas yang dikerjakan. Meluangkan waktu di antara kesibukan dan beban kerja yang menumpuk, merupakan hal yang utama dalam pendampingan terhadap anak selama proses pembelajaran di rumah.

Dampak Positif

Selain dampak negatif, dampak positifnya juga ada. Dengan adanya belajar secara daring yang berbasis teknologi, tentunya mengharuskan guru, siswa dan orang tua dituntut melek teknologi. Waktu belajar lebih efektif , karena tidak habis di jalan, yang seringkali macet. Anak juga lebih aman dari situasi pandemi yang serba belum jelas kapan berakhir. Bagi orang tua, menjadi lebih mudah memantau proses belajar anak. Sehingga orang tua jadi lebih mengenal anaknya sendiri, terutama dalam hal bakat dan kemampuan akademik. Orang tua juga merasa lebih tenang jika anaknya di rumah,saat pademi yang masih mengintai.

Kini pemberian vaksin sudah semakin gencar. Dari 6 kelompok sasaran penerima vaksin virus Corona termasuk di dalamnya adalah tenaga pendidik mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi, sebanyak 4,3 juta orang. Untuk itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan pembelajaran tatap muka di sekolah kembali dimulai Juli 2021. Hal itu disampaikan Kepala Negara usai meninjau vaksinasi Covid-19 kepada para guru di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

“Apabila semua selesai, kita harapkan nanti ada uji coba tatap muka terbatas, di bulan Juli juga dilakukan lagi untuk masuk sekolah,” kata Presiden Jokowi dalam siaran langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (18/3/2021).

Lebih dari itu Presiden Jokowi saat kunjungan kerja di Jawa Timur Senin (22/3/2021) juga mengatakan, bahwa vaksin AstraZeneca akan digunakan di pondok pesantren di Jawa Timur. Hal ini disampaikan Presiden setelah bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

“Saya sudah bertemu dengan MUI Jawa Timur, sudah bertemu dengan para kiai di Provinsi Jawa Timur mengenai vaksin AstraZeneca,” ujar Jokowi saat meninjau vaksinasi Covid-19 massal di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo, yang juga ditayangkan live dari YouTube Sekretariat Presiden. “Beliau-beliau tadi menyampaikan bahwa Jawa Timur siap diberi vaksin AstraZeneca dan segera akan digunakan di pondok pesantren-pondok pesantren yang ada di Jawa Timur,” katanya.

Dengan pemberian vaksin ini, diharapkan terbentuk kekebalan komunal sehingga tingkat penyebaran Covid-19 berkurang. Bahkan Covid-19 bisa segera berlalu. Maka, anak-anak dan guru pun bisa segera kembali ke sekolah dengan normal. Semoga! (*)

baca juga :

Cegah Pernikahan Usia Dini, DP3A-PPKB Surabaya Libatkan Forum Anak

Redaksi Global News

SEA Games 2023: ‘All Indonesia Final’ Tunggal Putra Pastikan Satu Emas

AS Paksa Israel Tarik Sebagian Pasukan dari Jalur Gaza

Redaksi Global News