BOGOR (global-news.co.id) – Kabar duka datang dari Anton Medan. Pria yang sekarang mualaf bernama
Muhammad Ramdhan Effendi itu menghembuskan napas terakhir Senin sore, 15 Maret 2021 pukul 14.50 Wib di kediamannya di Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor. Anton Medan wafat di usia 63 tahun. Jenazah almarhum dimakamkan di kompleks Ponpes At-Taibin di Pondok Rajeg, yang diasuhnya.
Berita wafatnya Anton Medan disampaikan akun Facebook Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dimana Anton Medan menjabat sebagai ketuanya sejak tahun 2012.
Anton Medan dikenal sebagai mantan narapidana yang kini aktif berdakwah. Bahkan dia memiliki Pondok Pesantren At-Taibin.
Anton pernah malang melintang di dunia hitam hingga namanya sempat diseret dalam kerusuhan demonstrasi anti-Tionghoa di ibu kota Jakarta tahun 1998.
Lahir dengan nama Tan Hok Liang dan kemudian mengubah nama menjadi Muhammad Ramdhan Efendi sejak memeluk agama Islam tahun 1992. Meski begitu, tak lantas Ia sering dipanggil Ramdhan Effendi, tapi justru nama julukan Anton Medan paling melekat hingga akhir hayatnya.
Menilik hikayatnya, nama Anton berawal dari saat pertama kalinya pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara itu menginjakkan kakinya di Ibu Kota Jakarta sekitar tahun 70-an. Ia hidup sebatang kara tak punya sanak-saudara. Teman-teman menyebutnya dengan panggilan Anton alias anak buangan.
“Nah kebetulan ada orang buang anak kecil namanya Anton. Waktu itu di Kampung Duri. Udah nama lu Anton aja, ceritanya begitu,” kata Anton Medan seperti dikutip Youtube KapanLagi.
Masyarakat pun kembali teringat masa lalu di dunia hitam yang pernah dilakoninya sebelum memutuskan untuk kembali ke jalan yang lurus. Misalnya
Anton Medan dikenal sebagai salah satu perampok paling menakutkan di Indonesia. Tak heran jika saat ia memutuskan taubat dan memeluk agama Islam sejak 1992, kisahnya selalu tetap menarik untuk disimak. Anton Medan juga pernah dikenal sebagai bandar judi kawakan yang kemudian insyaf.
Anton Medan mendirikan rumah ibadah yang diberi nama Masjid Jami’ Tan Hok Liang. Masjid itu terletak di areal Pondok Pesantren At-Ta’ibin, Pondok Rajeg, Cibinong.
Banyak tuduhan-tuduhan yang diarahkan padanya seputar keterlibatannya dalam kerusuhan Mei 1998. Anton Medan juga pernah masuk penjara sewaktu masih menjadi perampok dan bandar judi.
Anton mengaku dirinya semula merupakan penganut agama Buddha, lalu beralih ke Kristen dan akhirnya Islam.
Sebelum masuk Islam, Anton dibesarkan di tengah-tengah politik gelap Indonesia. Itu selama pemerintahan Orde Baru Suharto ketika preman digunakan dalam politik, bisnis dan instansi pemerintah.
Pada tahun 1998, Anton Medan dijadikan kambing hitam untuk orkestrasi Kerusuhan Jakarta setelah tuduhan itu diam-diam dicabut.
(vvn/wis)