Global-News.co.id
Indeks Kesehatan Utama

Ragu Hadapi Vaksinasi Covid-19?

Vaksinasi Covid-19 untuk para lanjut usia (lansia) mulai digulirkan di masyarakat. Menjadi persoalan karena masih ada masyarakat yang ragu-ragu untuk divaksin atau sejak awal sudah pesimistis karena dirinya memiliki penyakit komorbid.

Antrean lansia yang hendak menjalani vaksinasi Covid-19 di salah satu RSUD di Jakarta.

Keberadaan vaksin menjadi salah satu ikhtiar untuk mencegah penularan Covid-19, di samping tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan (prokes).  Ada beragam respon lansia ketika formulir pendaftaran vaksinasi untuk lansia tersebut disodorkan.

Olga misalnya. Saat mendapatkan info link  “Formulir Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 bagi Lansia Kota Surabaya”, warga Wiyung ini langsung membuka dan membaca apa saja yang harus diisikan dalam formulir tersebut. Begitu dalam kolom pilihan ada rumah sakit tempat biasanya berobat, dia langsung memilih akan melakukan vaksinasi di rumah sakit tersebut. “Saya dan suami sudah terdaftar, tapi belum ada tanggal jadwalnya,” ujar Olga dihubungi Rabu (24/2/2021).

Hal sama dilakukan Alex. Pria yang memiliki riwayat penyakit migren, bronkitis, dan sirosis ini memilih melaksanakan vaksin di Puskesmas di dekat rumahnya. “Saya sudah daftar online, karena masih flu saya belum berani ke puskesmas,” ujarnya.

Lain halnya dengan Lisa. Perempuan yang mengaku punya komorbid ini, pesismistis bisa divaksin. “Pasti ditolak. Saya kan punya darah tinggi, diabetes,” ujarnya pasrah.

Keberadaan penyakit komorbid (penyakit penyerta) inilah yang kerap menjadi ganjalan beberapa orang. Komorbid menjadi penyebab terbanyak kematian pasien Covid-19 di Jawa Timur. Mereka (penyandang komorbid) ini sangat ingin divaksin, tapi ragu-ragu lantaran punya penyakit jantung, hipertensi, penyakit diabetes, asma.

Ketua Satgas Covid-19 PWNU Jatim, dr Edi Suyanto SpF SH MH, mengatakan, sepanjang tampil sehat dan fisiknya prima, lansia tidak perlu ragu untuk menjalani vaksinasi Covid-19. “Kalau selama 3 bulan terakhir tidak ada masalah kesehatan yang berat, bahkan masuk rumah sakit, ya sebaiknya ikut vaksin saja,” tambah Edi yang Kepala Departemen dan SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr Soetomo ini, Rabu (24/2/2021) pagi.

Ketika memutuskan ‘oke” divaksin Covid-19, sebaiknya dilakukan di lengan kiri atau kanan? Menurut dr Edi, lengan kiri saja mengingat lengan kanan biasanya lebih aktif. Kecuali mereka yang kidal, yang aktif tangan kiri.

Tak bisa dipungkiri, vaksin cenderung memiliki efek samping tertentu yang mungkin sedikit tidak menyenangkan. Dan ini berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya.

Efek samping paling umum dialami orang dan juga sering terlihat dengan vaksin Covid-19 adalah kemeng, nyeri otot dan nyeri di tempat suntikan. Pada beberapa orang, ada yang tidak dapat menggerakkan tangan selama berjam-jam atau berhari-hari. “Kalau disuntik pada lengan kiri,  kemudian  njarem maka tangan kanan masih bisa beraktivitas. Kalau terjadi bengkak, bisa dikompres dingin,” ujarnya.

Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) memang beragam. Semisal pusing, mual, sakit kepala. Seperti yang dialami Onny. Usai menjalani vaksin pertama, dia merasa melayang, ngantuk berat. “Sampai 3 hari bawaannya ngantuk, mulut rasanya pengen ngunyah terus. Dua hari setelah vaksin kepala cekot-cekot, ini terjadi 3 hari. Setelah itu enak,” ujarnya.

Usai menjalani vaksin kedua (booster), ibu dua anak ini mengaku merasa ngeleyang dan ngantuk, tapi tak bisa tidur. Hari kedua kepala terasa cekot-cekot dan ngantuk selama 3 hari.

Namun, sebagaimana dikatakan Prof Dr dr Hinky Hindra Irawan Satari SpA(K), MTrop Paed, KIPI tidak bisa diprediksi. “Karena tidak bisa diduga sebelumnya, tidak perlu minum obat dulu, karena reaksi yang muncul setelah vaksinasi tidak selalu sama. Tapi ketika akan divaksin sampaikan ke dokter, ‘saya hipertensi dan minum obat A’ atau ‘saya alergi pinisilin’,” kata Ketua Komnas KIPI PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini.

“Jadi tidak perlu obat pencegahan. Kalau setelah vaksinasi, bisa diobati sesuai gejala. Misalnya badan jadi panas, minum obat penurun panas,” lanjutnya dalam Webiner Series Tim Advokasi Vaksinasi yang digagas PB IDI ini.

Soal komorbid, Prof Dr dr Iris Rengganis SpPD-KAI, menegaskan, vaksinasi Covid-19 bisa dilakukan pada lansia sehat yang komorbid-nya terkendali.  Dalam arti selama tiga bulan terakhir penyakitnya tersebut dalam kondisi stabil.

“Lansia diutamakan karena  sistem imun mereka yang usianya 60 tahun ke atas ini sangat sensitif, sebelahnya pilek, dia bisa tertular. Beda dengan yang muda. Sedang yang memiliki komordid bukan berarti tidak boleh, kalau terkontrol baru divaksin,” ujar Iris yang Ketua Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 PB IDI.

Selain mereka yang berusia 18-59 tahun, lansia sehat dengan komorbid terkendali, lanjut Iris, ibu hamil pun boleh mengikuti vaksinasi Covid-19.

Prof Hinky mengingatkan, kekebalan tubuh tidak serta merta tercipta pasca penyuntikan pertama, kalaupun ada, sangatlah rendah. Kekebalan baru akan tercipta sepenuhnya dalam kurun waktu 28 hari pasca penyuntikan kedua. “Meskipun sudah divaksinasi, dalam dua minggu ke depan sangat rawan terpapar,” tandasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, vaksin Covid-19 membutuhkan dua kali dosis penyuntikan. Suntikan pertama ditujukan memicu respons kekebalan awal. Sedangkan suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yang terbentuk. “Oleh karena itu setelah diimunisasi tetap harus menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjauhi kerumunan, karena masih rawan. Kalau kita lengah, bisa saja terjadi hal yang tidak kita inginkan,” terangnya.

“Kalau setelah disuntik pertama dia kemudian dia sakit, berarti dia OTG (orang tanpa gejala). Karena itu untuk vaksin lagi tunggu 3 bulan dan itu dimulai lagi dari awal,” terang Iris.

Vaksinasi Covid-19 ini diharapkan bisa menjangkau 70% penduduk, sehingga terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Kalau dalam masyarakat itu tidak divaksin, 1 orang sakit semua berpotensi kena. Sebaliknya, dengan semua divaksin (70%), ada satu orang yang tidak divaksin, maka kelompok itu aman.

Iris mengatakan, ketika ada kesempatan vaksin, ambil saja. “Sayang kalau tidak diambil, karena ini untuk perlindungan dalam tubuh kita,” ujarnya.

Yang terpenting meski telah menjalani vaksinasi tetaplah menjalankan 5M bukan lagi 3M, yaitu Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak, Membatasi mobilitas di tempat umum, Menjauhi keramaian. “Jangan karena sudah memakai masker lantas rame-rame ke tempat umum,” pungkas Iris. ret

 

baca juga :

Terkendala Perizinan Lahan, 24 Proyek Senilai Rp 708 T Mangkrak

Redaksi Global News

Antisipasi Cuaca Ekstrem Musim Hujan, Bandara Juanda Bersiaga

Redaksi Global News

Kalahkan Persita 2-0, Barito Putera Jauhi Zona Degradasi

Redaksi Global News