Global-News.co.id
Secangkir Kopi Utama

Libur Idul Fitri

IDUL FITRI  masih lama sebenarnya. Baru 13 Mei 2021 (kalau tak ada perubahan). Hanya saja, sejumlah kalangan menyorotinya. Mengapa? Tak lain karena keterkaitan dengan pandemic. Ya… pandemic yang belum berakhir menjadi alasan. Liburan menjadi salah satu menjadi “tertuduh” akan meningkatknya anggota masyarakat yang terpapar covid-19.

Mengapa? Berdasarkan sejumlah pengalaman, liburan banyak menimbulkan kasus baru covid-19. Termasuk di dalamnya yang direncanakan liburan Idul Firti. Seperti biasa liburan Idul Fitri memang cukup panjnag. Bisa 10 hari. Nah ini yang “ditakutkan” menimbulkan tambahan banyak kasus yang terpapar virus ini.

Berawal dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo yang mengusulkan libur Hari Raya Idulfitri atau lebaran hingga libur Tahun Baru 2022 diperpendek. Hal itu bertujuan untuk meminimalisasi penularan virus corona saat musim libur panjang tiba.

“Kami usulkan supaya libur Idulfitri [sampai] tahun baru enggak ada H-5 atau H+5, atau H-10 H+10, diperpendek, dengan protokol kesehatan yang ketat, disiplin,” kata Tjahjo dalam acara Penghargaan Pelayanan Publik Lingkup Polri yang disiarkan di kanal YouTube Kementerian PANRB, Selasa (16/2/2021).

Pemerintah sendiri telah menetapkan cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 2021 pada 12 Mei dan 17-19 Mei 2021. Tjahjo mengatakan usulan itu nantinya turut dibarengi dengan instrumen sanksi bagi para ASN maupun anggota TNI-Polri yang berlibur ke luar kota. Menurutnya, aparatur pemerintah harus menjadi contoh berdisiplin yang baik bagi masyarakat.

Usulan ini bergaung. Terus mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Termasuk dari pimpinan DPR RI .”Saya sangat setuju, karena sebelum-sebelumnya kami dari DPR sudah mengimbau pemerintah untuk memperhatikan libur-libur panjang, Imlek dan tahun baru,” ujar Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad saat dihubungi, Selasa (16/2/2021).

Dari dapur redaksi, kami berharap, meski ketetuan sudah dibuat, tetapi perluanya control dan pengawasan. Terutama yang terkait dengan kerumunan. Misalnya acar unjung-unjung yang mana hal ini sudah menjadi tradisi. Masyarakat harus diberi pemahaman. Karena itulah sosialisai tanpa henti harus terus menerus dilakukan. (*)

baca juga :

Liga 1: Hadapi Rans, Uston Siap Putus Rekor Negatif

Redaksi Global News

Kemenkes Siapkan 70 Ton Obat untuk Jamaah Haji

Redaksi Global News

Haruskah Pembahasan RUU Kesehatan Dihentikan? 

gas