Global-News.co.id
Indeks Kesehatan Utama

Yang Perlu Diketahui dalam Vaksinasi Covid-19

SURABAYA (global-news.co.id) – Program vaksinasi Covid-19 sudah digulirkan. Pada saatnya semua dari  kita akan menjalaninya, kecuali karena kondisi tertentu seperti hamil dan menyusui, memiliki  penyakit komorbid,  terkofirmasi Covid-19 atau berusia kurang dari 18 tahun serta yang sudah di atas 59 tahun kalau menggunakan vaksin produksi Sinovac.

Dr Gatot Soegiarto SpPD-KAI.

Spesialis penyakit dalam dari RSUD dr Soetomo, Dr dr Gatot Soegiarto SpPD-KAI, menjelaskan, sebelum mendapatkan suntikan vaksin tersebut ada beberapa hal yang perlu kita diketahui. Vaksinasi akan diberikan dalam 2 suntikan.

Suntikan pertama adalah suntikan primer yang baru mulai merangsang timbulnya antibodi.  “Jadi antibodinya titernya masih rendah, belum memberikan proteksi.  Implikasinya, setelah suntikan pertama vaksin,  yang bersangkutan masih tetap harus menjalani protokol kesehatan secara ketat,” ujar Gatot yang juga konsultan alergi-imunologi ini dalam penjelasannya yang diterima Kamis (14/1/2021).

Setelah disuntik vaksin terkadang muncul efek samping yang beragam, dari yang sifatnya ringan sampai sedang, yaitu nyeri, iritasi serta pembengkakan. Sedang efek samping sistemiknya berupa nyeri otot dan demam. Tapi setelah itu kembali normal.

Setelah suntikan yang pertama akan dilanjut  suntikan kedua yang merupakan suntikan booster (untuk Sinovac diberikan 14 hari setelah suntikan pertama). Suntikan kedua ini akan merangsang pembentukan antibodi dengan titer yang lebih tinggi dan  memberikan proteksi setelah hari ke-21.  “Jadi setelah 21 hari sesudah suntikan kedua, barulah antibodinya dapat memberikan proteksi,” terangnya.

Namun diingatkan,  vaksinasi tidak menjamin  orang yang divaksin tidak akan ketularan virus.  “Karena vaksin sebenarnya berfungsi untuk menurunkan risiko terkena infeksi atau risiko mengalami infeksi yang berat,” katanya.

Jadi misalnya disebutkan efikasi 65,3% itu artinya, dibandingkan mereka yang tidak divaksin, orang yang divaksin mengalami risiko infeksi 65,3% lebih rendah.  Gatot menegaskan, tidak ada vaksin yang memberikan proteksi sebesar 100%.

Penularan di masyarakat mungkin masih tetap terjadi,  juga dari mereka yang  OTG, sebelum kekebalan kelompok atau herd immunity tercapai. Implikasinya, sebelum herd immunity tercapai, yaitu saat lebih dari 70% populasi sudah mendapatkan vaksinasi, maka penularan masih mungkin terjadi (walaupun sudah mulai menurun). “Karena itu, orang yang sudah divaksin masih tetap harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat,” ujarnya.

Bagaimana mengetahui kalau sudah timbul perlindungan setelah vaksinasi?

Dikatakan ada  2 indikator,  di tingkat individu dan tingkat masyarakat.

Untuk tingkat individu (kalau mau), orang bisa memeriksa serologi kuantitatif kadar antibodi anti RBD SARS-CoV-2 sebelum divaksin (mestinya negatif atau tidak terukur jika yang bersangkutan  belum pernah terinfeksi Covid-19). Kemudian memeriksa ulang kadar/titer antibodinya sekitar 1 bulan setelah suntikan kedua vaksin.  Dapat dilihat tingginya titer antibodi sesudah vaksinasi.  “Tetapi ini tentu saja tidak perlu (selain buang duit) karena sudah terbukti pada semua uji klinis fase 3 semua jenis vaksin,” katanya.

Untuk tingkat masyarakat, nanti secara tidak langsung dapat dilihat dari tingginya angka penularan yang terjadi di masyarakat dan laju pertambahan kasus baru terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia. “Sekali lagi perlindungan menyeluruh baru akan tercapai setelah lebih dari 70% populasi Indonesia selesai menjalani vaksinasi dan sudah memiliki kekebalan,” tambahnya.ret

baca juga :

Pemilu 2024: PKB Unggul Sementara “Real Count” KPU Hitung Suara Pileg DPRD Jatim

Redaksi Global News

Ramadan, Banyuwangi Pacu Vaksinasi di Malam Hari

Redaksi Global News

H+2 Idul Adha, Polisi Sidoarjo Tetap Siaga PMK