Global-News.co.id
Indeks Mancanegara Utama

Gedung Capitol Chaos, Trump Dituduh Berupaya Kudeta

Reuters
Pendukung Trump menyerbu gedung US Capitol dan membuat situasi chaos.

WASHINGTON (global-news.co.id) – Sejumlah pihak menyalahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas situasi chaos di Gedung Capitol setelah massa pro Trump datang menyerbu. Amuk massa ini dinilai sejumlah pihak sebagai upaya kudeta oleh presiden Trump yang akan lengser.

Anggota Kongres dari Partai Republik, Adam Kinzinger, marah melihat kekacauan di Gedung Capitol, tempat Kongres menghitung suara elektoral dan mengesahkan Joe Biden sebagai pemenang pemilihan presiden ( pilpres ) Amerika 3 November lalu.

Gara-gara gedung itu diserbu massa pendukung Trump, kegiatan Kongres dihentikan dan gedung di-lockdown. Kinzinger menyebut tindakan pendukung Trump itu sangat tercela. “Di mana pun di dunia ini, kami akan menyebutnya sebagai upaya kudeta. Saya pikir memang begitu,” kata Kinzinger, seperti dikutip CNN, Kamis (7/1/2021).

“Pagar demokrasi yang akan dipegang Konstitusi, dan kami akan berhasil, dan saya pikir setelah ini berakhir, kami akan melihat ke belakang dan menyadari dari mana asal kanker ini, dan mengejarnya,” ujarnya. Kata-kata politisi Partai Republik itu merupakan kiasan yang cukup jelas untuk Donald Trump.

“Ketika Anda tidak mengatakan yang sebenarnya kepada orang-orang, Anda akhirnya membuat orang-orang mempercayai konspirasi dan bukti palsu, dan Anda mendapatkan badai Capitol, seperti yang terjadi hari ini,” katanya. “Ini benar-benar, sangat tercela, dan setiap pemimpin (Partai) Republik harus menyatakan ini dengan paksa dan dimintai pertanggungjawaban.”

Mantan calon presiden Mitt Romney, yang marah dengan serbuan massa pro Trump, berteriak; “Ini yang Anda dapatkan.” Teriakan itu ditujukan kepada rekan-rekannya yang mendukung upaya presiden Trump hari ini saat mereka meninggalkan ruang Senat karena serbuan massa.

Petugas keamanan mulai angkat senjata untuk mengendalikan situasi. Sebuah foto yang diambil AP menunjukkan tiga anggota pasukan keamanan yang berada di dalam Gedung Capitol membidikkan pistol ke arah wajah massa pendukung Trump yang mengintip dari jendela.

Mantan kepala polisi Washington D.C., Charles Ramsey, sebelumnya juga menyalahkan Presiden Trump atas situasi kacau tersebut. Dia mendesak Trump tutup mulut dan menyingkir. “Pria itu seperti kanker,” kata Ramsey kepada CNN, merujuk pada Trump.

“Pada suatu saat, jika dia tidak akan melakukan hal yang benar dan menyuruh mereka keluar dari Capitol, dan bertingkah seakan-akan mereka punya akal sehat, maka diam saja,” ujarnya.

“Dia menghasut mereka. Dia membuat semua ini berjalan. Ini hampir seperti upaya kudeta seperti yang pernah dilihat negara ini. Itulah yang Anda lihat pada orang-orang. Itulah yang Anda lihat. Dan itu pasti konyol,” paparnya.

Wakil Presiden Mike Pence, yang sebelumnya mengatakan menentang tuntutan Trump untuk mengubah hasil pilpres, telah dievakuasi untuk keselamatannya.

Sebagai Presiden Senat, adalah tugas Pence untuk memimpin sidang atau rapat gabungan. Namun, dia tidak memiliki kekuatan untuk mengeluarkan hasil suara elektoral.

Alih-alih berusaha meredakan situasi, Trump awalnya menanggapi tindakan pendukungnya dengan menyerang Pence di Twitter. “Mike Pence tidak memiliki keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk melindungi negara kita dan Konstitusi kita, memberikan kesempatan kepada negara bagian untuk mengesahkan serangkaian fakta yang dikoreksi, bukan fakta palsu atau tidak akurat yang sebelumnya diminta untuk disertifikasi. AS menuntut kebenaran!,” tulis Trump di Twitter.

Trump memposting tweet lain beberapa menit kemudian, mendesak para pendukungnya untuk mendukung polisi dan tetap damai.  “Tolong dukung Polisi Capitol dan penegak hukum kami. Mereka benar-benar berpihak pada negara kita. Tetap damai!,” tulis Trump. tri, cnn

baca juga :

Covid-19 Semakin Menyebar, Penyemprotan Digalakkan

gas

Garda Bangsa Dukung Polri Gandeng Ulama Jaga NKRI

Redaksi Global News

Guru Besar Unair Temukan Senyawa Baru Anti Kanker dan Anti Malaria dari Tumbuhan

Redaksi Global News