SURABAYA (global-news.co.id) – Perayaan pesta malam pergantian Tahun Baru 2021 di Kota Surabaya ditiadakan. Hal ini dikarenakan terus meningkatnya jumlah warga yang terpapar virus Covid-19. Apalagi, tingginya kasus Covid-19 ini lantaran turunnya disiplin protokol kesehatan di masyarakat.
“Sudah ada imbauan dari Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kota Surabaya bahwa tidak ada perayaan malam tahun baru. Kapolrestabes juga sudah menegaskan kembali. Jadi silakan laksanakan refleksi diri di rumah masing-masing,” terang Wakapolrestabes Surabaya AKBP Hartoyo, Selasa (22/12/2020).
Menurutnya, di tengah situasi pandemi yang belum sepenuhnya usai, yang perlu dikedepankan ialah menciptakan kondisi sehat. Pihaknya mencegah penjual kembang api dan terompet beroperasi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk jaminan supaya tidak ada kerumunan.
Selain itu, ketiadaan penjual kembang api dan terompet, juga dimaksudkan untuk benar-benar meniadakan perayaan di malam pergantian tahun baru. “Kami imbau tidak ada yang berjualan kembang api dan terompet. Nanti akan ada razia dan penindakan bagi yang melanggar,” imbuh perwira menengah itu.
Hartoyo menambahkan, pihaknya telah menyiapkan 670 personel gabungan Polrestabes Surabaya, TNI, Dishub, Satpol PP, dan BPB Linmas disiagakan saat jelang momen libur panjang Natal 2020 dan malam pergantian tahun baru 2021. Para personel gabungan tersebut dikerahkan menjaga di beberapa area vital Kota Surabaya.
Ia juga akan melibatkan elemen masyarakat di antaranya Komando Kesiapasiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM), dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser). “Kami juga memanfaatkan potensi masyarakat, di antaranya dari KOKAM dan Banser agar situasi dan kondisi Natal dan tahun baru aman, tertib, damai, dan sehat,” tandas Hartoyo.
Ia menambahkan, operasi tersebut juga erat kaitannya dengan penanggulangan sebaran Covid-19. Sebab, perayaan tahunan ini memerlukan penjagaan ketat dari kerumunan massa yang dikhawatirkan menimbulkan klaster baru. “Berhubung kita masih dalam bingkai penanggulangan Covid-19, untuk itu bukan hanya aman damai saja, namun juga harus sehat,” tutur Hartoyo.
Hartoyo juga menambahkan, pihaknya juga akan menempatkan personelnya di pos area batas kota. “Terkait titik kerawanan, kami akan menempatkan pos di 5 titik batas kota, kemudian 10 pos pengamanan dan 11 pos pelayanan. Ada juga pos pantau yang beroperasi mulai jam 08.00 hingga 18.00,” imbuhnya.
Hartoyo menginstruksikan agar tidak ada ormas yang menggelar sweeping saat perayaan Natal dan tahun baru. “Saya jamin, kita dari TNI-Polri dan unsur pengamanan lain, kita pastikan saudara-saudara yang merayakan Natal bisa melaksanakan ibadah dengan khidmat dan aman, tanpa gangguan apa pun,” tegasnya.
Untuk momen malam tahun baru, Hartoyo juga meminta agar masyarakat tidak merayakannya di luar rumah. “Pak Kapolrestabes sudah menegaskan, tidak boleh ada perayaan tahun baru. Silakan melaksanakan refleksi diri di rumah masing-masing,” ucap Hartoyo.
Senada juga disampaikan Walikota Surabaya Tri Rismaharini sebelum terbang ke Jakarta, kemarin. Ia mengatakan, berdasarkan hasil tracing yang dilakukan Pemkot Surabaya, saat ini yang terpapar Covid-19 sebagian besar karena dari luar kota.
Makanya ia berharap libur akhir tahun ini sementara warga tidak bepergian ke luar kota jika itu tidak penting. “Makanya saya sampaikan untuk sementara tolong kalau tidak terpaksa tidak ke luar kota dulu,” kata Risma.
Apalagi, kata dia, saat ini sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya hampir penuh, bahkan ada pula yang sudah penuh. Rata-rata pasien yang ada di sana terpapar usai bepergian dari luar kota. “RS Husada Utama itu kurang lebih masih 100 (bad), kemudian RSUD Soewandi penuh. Di beberapa rumah sakit lain kapasitasnya sekitar 10-20 persen,” ungkap dia.
Meski ruang isolasi di Hotel Asrama Haji kapasitasnya kosong, namun Risma menyatakan belum berani menggunakan bagi pasien dengan gejala. Saat ini semua warga yang terpapar Covid-19 disertai gejala langsung dirujuk ke rumah sakit. “Hotel Asrama Haji sebetulnya masih kosong tapi kita tidak berani meskipun itu dia ada gejala-gejala. Sekarang ini semua kita rujuk ke rumah sakit,” ujarnya.
Namun begitu, walikota perempuan pertama di Surabaya ini menyatakan bakal berdiskusi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Diskusi ini dinilai penting untuk mendapatkan masukan-masukan terkait pemanfaatan Hotel Asrama Haji (HAH) bagi pasien Covid-19 disertai gejala. “Saya coba mungkin akan berdiskusi dengan IDI untuk bagaimana kami bisa dibantu backup Asrama Haji. Sehingga kalau gejalanya ringan itu mungkin bisa di Hotel Asrama Haji,” terangnya.
Risma berharap, warga kembali meningkatkan disiplin protokol kesehatan. Sebab, ia tak ingin ada lagi warga Surabaya yang terpapar hingga harus dirawat di rumah sakit. “Saya ingatkan lagi, bukan hanya agar tidak liburan (ke luar kota) tapi kalau setelah pulang kerja (dari luar kota) dia lama di sana bisa langsung swab,” pungkasnya. pur