Kehadiran vaksin Covid-19 telah menumbuhkan harapan baru, pandemi segera berakhir. Masalahnya, masih banyak masyarakat yang masih memiliki literasi rendah terkait vaksin sehingga lebih memercayai hoaks.
Oleh: Retno Asri
Presiden terpilih Amerikas Serikat (AS), Joe Biden, menjadi orang pertama penerima dosis vaksin virus corona yang disuntikkan pada Senin (21/12/2020) waktu setempat atau Selasa WIB. Biden disuntik dengan vaksin Pfizer di rumah sakit yang tak jauh dari rumahnya di Newark Delaware dan disiarkan langsung televisi.
Biden yang bakal dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari mendatang itu sudah menggulung lengan kiri bajunya sampai ke bahu saat perawat Tabe Mase akan menyuntikkan vaksin. Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meyakinkan publik Amerika bahwa vaksinasi aman. Beberapa jam setelah itu, Jill Biden istrinya, melakukan hal yang sama.
Sebelumnya Wakil Presiden AS, Mike Pence, telah menerima suntikan vaksin Covid-19 yang disiarkan secara langsung di televisi pada Jumat (18/12/2020). “Membangun kepercayaan pada vaksin itulah yang membawa kita ke sini pagi ini,” katanya.
Setelah disuntik vaksin buatan Pfizer, Pence bergurau, “Saya tidak merasakan apa-apa.”
Upaya untuk mejamin rasa aman pada warganya juga dilakukan sejumlah pemimpin. Di Singapura, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, memastikan dirinya serta seluruh menteri juga akan divaksin saat vaksinasi tersebut diberlakukan.
Di Indonesia, beberapa hari setelah vaksin Covid-19 produksi Sinovac-Biontech datang, Presiden Joko Widodo memastikan dirinya akan menjadi orang pertama penerima vaksin Covid-19. Ini dilakukan juga untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat.
Tidak dipungkiri masih banyak yang meragukan efektivitas bahkan keamanan vaksin buatan Sinovac, industri farmasi asal Tiongkok tersebut. Mereka tidak ingin dijadikan kelinci percobaan atas pemakaian vaksin tersebut. Tak heran kalau kemudian Presiden Jokowi menegaskan, “Saya yang akan menjadi penerima pertama, divaksin pertama kali. Ini untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat bahwa vaksin yang digunakan aman.”
Untuk mencegah meluasnya wabah Covid-19, pemerintah bahkan menggratiskan vaksinasi tersebut. Ada beberapa kelompok yang diprioritaskan, di antaranya tenaga kesehatan yang meliputi dokter, perawat dan petugas medis lainnya, orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 , orang yang bertugas di bidang pelayanan publik, tenaga pendidik, aparatur negara, anggota legislatif, dan masyarakat umum.
Kendati gratis, Danny memilih wait and see. “Ya karena belum yakin aja dengan buatan Sinovac. Mungkin lebih bagus punya Pfeizer ya, saya nunggu yang itu saja,” ujar ayah satu anak ini.
Sejauh ini, beberapa negara yang sudah mulai melaksanakan vaksinasi memang cenderung menggunakan vaksin buatan Jerman tersebut. Meski banyak diharapkan dianggap memiliki efektivitas tinggi, namun vaksin produk Pfeizer harus disimpan dalam suhu minus 20 Derajat. “Ini menjadi masalah untuk negara tropis seperti Indonesia,” kata Ketua Satgas Covid-19 PWNU Jatim, dr Edi Suyanto SpF SH MH, Selasa (22/12/2020).
Apalagi kondisi geografis Indonesia yang demikian luas akan membuat pendistribusiannya lebih rumit.
Terkait keraguan sebagaimana yang dialami Danny, Edi melihatnya bukan keraguan tapi lebih karena sampai saat ini hasil imunisasi belum bisa menyelesaikan masalah Covid, khususnya dalam hal peningkatan antibodi. Dan ini berlaku untuk semua vaksin. “Karena upaya vaksinasi Covid masih harus tetap menjalankan disiplin protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak) dan 3T (tracing, test dan treatment),” ujarnya.
Sementara itu, menanggapi keraguan masyarakat akan efektivitas vaksin, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) membentuk Koalisi Relawan (Kawan) Vaksin di 34 provinsi. Koordinator Nasional Kawan Vaksin Iswanto Idji mengatakan, gerakan Kawan Vaksin merupakan salah satu upaya agar penanganan pandemi Covid-19 bisa dilakukan melalui vaksin. Pasalnya, saat ini masih banyak masyarakat yang masih memiliki literasi rendah terkait vaksin sehingga lebih banyak mempercayai hoaks.
“Vaksin salah satu upaya pemerintah untuk mempercepat kita keluar dari masalah pandemi Covid-19, agar segera bisa memulihkan segala dimensi kehidupan masyarakat,” ujar Iswanto dalam siaran pers usai pelantikan Kawan Vaksin, Minggu (20/12/2020).
Iswanto mengatakan, gerakan Kawan Vaksin hadir di daerah-daerah untuk mendorong literasi dan partisipasi masyarakat untuk melakukan vaksinasi. Gerakan tersebut juga merupakan upaya untuk mengedukasi dan meyakinkan masyarakat tentang pentingnya vaksinasi Covid-19.
Demi meyakinkan masyarakat, Kawan Vaksin juga akan menjadi pihak pertama yang divaksin di setiap daerah. “Ini demi memberi masyarakat bukti vaksinasi itu aman dan tidak memiliki efek samping dan kami siap divaksin untuk pertama kali bersama Presiden Jokowi,” tambah Iswanto.
Sementara itu, Ketua PB IDI Daeng Faqih mengatakan, pihaknya pun siap divaksinasi pertama kali dan mengajak masyarakat tidak ragu untuk menjalani vaksinasi. “Kami di PB IDI agak aneh jika ada orang yang menolak vaksin, padahal vaksin ini hal lumrah dan sudah dilakukan sejak dulu. Mungkin jika ditelusuri secara historis semua masyarakat kita pernah divaksin,” kata dia.
Hal senada disampaikan Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Hanif Fadhillah. Dia menyatakan, mayoritas perawat menyatakan bersedia menerima vaksin Covid-19. “Saya bersedia menerima Vaksin Covid-19 untuk pertama kalinya mewakili profesi perawat jika nanti vaksin Covid-19 itu telah dinyatakan aman dan efektif oleh pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” ujarnya.
Edi menambahkan, kendati pun nanti vaksin Covid-19 telah diberikan dan gratis, masyarakat dan pemerintah tetap harus disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M dan 3T. “Memang dibutuhkan adaptasi, namun memakai masker akan menjadi kelaziman baru. Kita sekarang kan masih dalam ruang dan waktu transisi. Ke depan 3M dan 3T menjadi harga mati, karena meski pandemi telah berakhir virus masih tetap ada di sekitar kita,” pungkasnya.