Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Indeks Utama

Kuartal III Ekonomi Indonesia Minus 3,49%

 

BPS secara resmi mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus sebesar 3,49% pada kuartal III.

JAKARTA (global-news.co.id) – BPS secara resmi mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus sebesar 3,49% pada kuartal III. Kontraksi perekonomian Indonesia ini sudah diprediksi  sebelumnya, yang berarti Indonesia mengalami resesi  karena selama 6 bulan pertumbuhan ekonomi negatif.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III minus 3,49% jika dibandingkan dengan kuartal sama tahun sebelumnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Jakarta, Kamis (5/11/2020).

Terkontraksinya pertumbuhan ekonomi di kuartal III itu, secara sah dan resmi telah membuat Indonesia masuk ke dalam era resesi. Sebab di kuartal II, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mengalami kontraksi jika dibandingkan periode yang sama 2019 lalu (year on year).

Seperti diketahui, cap resesi itu diperoleh jika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal secara berturut-turut atau lebih dari satu tahun.

Resesi yang dialami Indonesia memang sudah dipastikan sebelum-sebelumnya oleh hampir semua kalangan. Bahkan Presiden Jokowi sendiri . Sekali lagi tak usah panik, sebab resesi ini hanya berupa stempel saja atas kondisi sulit enam bulan terakhir. Jadi dampak resesi itu sebenarnya sudah kita alami enam bulan ke belakang.

Ke depannya, kondisi sulit itu sudah mulai berkurang sebab, seperti kata Jokowi juga, kontraksi ekononomi di kuartal III sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Hal yang sama dikatakan oleh Kepala BPS hari ini. “Perekonomian di sejumlah negara, termasuk di Indonesia, sudah mengalami perbaikan di kuartal III ini,” kata Suhariyanto.

Sementara itu Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut, perkiraan resesi itu dilihat dari pertumbuhan ekonomi secara nasional dari April-September 2020. Di mana, pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi 5, 32%.

Sementara pada kuartal III 2020 diperkirakan minus 3 persen. Meski membaik dari pertumbuhan di kuartal sebelumnya, jurang resesi tidak dapat dihindari lagi.

“Resesi itu hanya stempel untuk kondisi 6 bulan terakhir yang pertumbuhan ekonominya negatif. Kita triwulan II 2020 negatif dan triwulan III juga diyakini negatif, artinya kita sudah resesi. Jadi, resesi sudah tidak bisa dielakkan lagi,” ujar Piter.

Perbaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini karena didorong oleh pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah. Kontraksi juga secara perlahan dipulihkan oleh jaring pengaman sosial yang merupakan salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Akibatnya, daya atau tingkat konsumsi masyarakat bisa tidak menurun signifikan.

“Pertumbuhan ekonomi pada triliun III sedikit membaik, disupport oleh pelonggaran PSBB dan juga dengan mulai mengalir berbagai bantuan sosial pemerintah. Pelonggaran PSBB dan adanya berbagai bantuan tersebut membantu menahan penurunan konsumsi masyarakat,” kata dia.

Piter menegaskan, pertumbuhan ekonomi secara mayoritas dipengaruhi oleh pandemi Covid-19. Karena itu, bila penanganan Covid-19 tidak dilakukan secara maksimal dan hati-hati, maka dikhawatirkan kontraksi serupa terjadi pada kuartal berikutnya.

“Saya tidak mengatakan triliun III bisa menjadi landasan untuk triliun IV (2020), karena pertumbuhan ekonomi sepenuhnya dipengaruhi oleh pandemi. Meskipun triwulan III membaik tapi kalau pandemi-nya memburuk dan memaksa pengetatan PSBB, maka pada triwulan IV pertumbuhan ekonomi akan kembali menurun,” ujar dia. dja, sin

baca juga :

Imbas Corona, Modal Asing Rp 40,16 Triliun Kabur dari Indonesia

Redaksi Global News

Asian Games 2023: Ujian Perdana Timnas U-24 Tanpa Ramadhan Sananta Saat Kontra Kirgistan

Redaksi Global News

Dipertemukan Ibu Kandung, Balita Korban Penganiayaan Dimakamkan