SURABAYA (global-news.co.id) – Kondisi pasar Sentra Ikan Bulak (SIB) di Kecamatan Bulak Surabaya akan dibangkitkan kembali. Pemkot berencana menata lokasi tersebut untuk pemberdayaan nelayan sekitar.
Selama ini kawasan SIB terkesan mati suri. Upaya meramaikan sentra pasar yang digagas oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini belum maksimal.
Sementara itu warga pesisir sendiri masih bertahan untuk menjual dan mengolah hasil tangkapan secara individu. Sebab, wilayah di Kelurahan Kedung Cowek, Kecamatan Bulak ini kurang dorongan dan motivasi untuk bisa mandiri.
Kendalanya adalah permodalan dan distribusi hasil tangkapan laut. Di sisi lain sebagian besar nelayan terlilit utang dengan para tengkulak.
Kondisi ini diakui oleh Tokoh Masyarakat Kedung Cowek Surabaya, Abdul Wahid. ”Kendala ini yang membuat warga nelayan sangat susah untuk bisa sejahtera,” katanya, Selasa (18/8/2020).
Mau tidak mau dikatakan Wahid, sekitar 300 lebih nelayan kesulitan untuk berkembang. Mereka tidak bisa menentukan harga jual ikan. Sementara, ikan tangkapan di laut otomatis didistribusikan langsung ke tengkulak. “Karena ya itu tadi sudah kadung utang. Jadi harga ikan sudah ditentukan,” ungkapnya.
Wahid berharap ada semacam koperasi bagi nelayan Bulak. Tujuannya, agar nelayan bisa mendapat harga sesuai. Termasuk wilayah pesisir bisa mengolah hasil produksi ikan di SIB. Aspirasi ini didengar oleh Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana. Ia menerangkan, kondisi SIB memang kurang maksimal dalam penataan.
Untuk mengatasi hal tersebut Pemkot Surabaya bakal memberikan solusi. ”Nanti bisa diberikan akses permodalan bagi nelayan,” kata Wakil Walikota Surabaya Whisnu Sakti Buana.
Ditemui diruang kerja, Selasa (18/8/2020), Whisnu menerangkan akses tersebut bisa dimulai dengan dibentuknya Koperasi. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Surya milik Pemkot Surabaya bisa menopang permodalan. “Jadi kalau hasil ikan mau langsung dirupakan uang. Bisa dibeli koperasi,” katanya.
WS (Whisnu Sakti) mencontohkan misal untuk hasil tangkapan laut biasa dijual Rp 100 ribu, nanti dibeli Rp 50 ribu.”Nah separonya nanti diolah atau diproduksi. Jadi hasil tangkapan dijual koperasi Rp 100 ribu. Kan enak nelayan bisa dapat Rp 150 ribu,” terang dia.
Ketika koperasi sudah berjalan mandiri akan dilepas oleh BPR Surya.”Jadi koperasi sudah bisa berjalan mandiri,” imbuh alumnus ITS Surabaya ini. Pasangan Risma dalam Pilkada Surabaya 2015 ini menyatakan, memang mengubah mindset atau budaya sistem penjualan hasil olahan laut tidak mudah.
Namun, dengan sistem tersebut perlahan akan dirasakan manfaatnya bagi nelayan ke depan. Sementara untuk para tengkulak, dikatakan WS nantinya akan diajak bicara. “Pastinya tidak akan merugikan budaya yang sudah berjalan disini. Tapi ditata agar lebih baik dan semua bisa sejahtera tanpa merugikan satu sama lain,” terang politisi PDI Perjuangan Jawa Timur ini. pur