JAKARTA (global-news.co.id) — Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyampaikan sampai saat ini hampir 400 pekerja bersedia secara sukarela mengajukan diri dalam program pensiun dini yang ditawarkan maskapai penerbangan BUMN ini.
“Pensiun dini ditawarkan kepada usia di atas 45 tahun. Sampai saat ini hampir 400 orang yang bersedia secara sukarela ikuti program pensiun dini tersebut. Kita juga lakukan pemotongan signifikan, gaji, take homepay komisaris, direksi. Secara proporsional makin tinggi pendapatan dan pangkat, makin besar potongannya,” kata Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (14/7).
Alumnus Sarjana Teknik Informatika ITB itu menegaskan dampak pandemi COVID-19 memang memaksa perseroan untuk mengencangkan ikat pinggangnya.
Sejumlah pos pengeluaran harus dipangkas, termasuk anggaran yang diberikan untuk para petinggi perusahaan, misalnya pos biaya untuk hiburan”Pengurangan biaya operasional direksi dan manajemen tingkat tingggi yaitu vice president, kemudian yang kita lakukan penghapusan biaya entertainment yang ada di jajaran manajemen,” katanya.
Ia memang tidak merinci berapa efisiensi pos anggaran tersebut. Namun, langkah itu memang mau tidak mau dilakukan mengingat utang dan pajak yang menjadi tanggungan Garuda Indonesia sangat besar. Sayangnya, itu tidak diimbangi cashflow (arus kas) yang baik.
“Cashflow di perusahaan hanya 14,5 juta dolar AS, sementara pinjaman ke bank dan lembaga 1,313 miliar dolar AS. Utang usaha dan pajak sebesar 905 juta dolar,” terang Irfan.
Sejumlah langkah lain juga sedang dilakukan, utamanya efisiensi jumlah karyawan maupun penyesuaian gaji bagi pegawai yang masih bertahan, di antaranya menawarkan 800 pegawai dengan status Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
Irfan mengklaim 800 pegawai tersebut menerima dengan status unpaid leave atau dirumahkan tanpa dibayar. Termasuk percepatan kontrak pilot berstatus PKWT yang diselesaikan secara lebih dini, yakni sekitar 135 orang. dja, cnb