Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Indeks Utama

Farmasi Terdampak Corona, 60% Bahan Baku dari Tiongkok

 

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat kunjungan ke Pusat Riset Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences Jababeka Jawa Barat, Rabu (11/3/2020).

BEKASI (global-news.co.id) — Industri farmasi di Indonesia cukup bergantung dengan pasokan bahan baku dari Tiongkok. Namun virus corona (COVID-19) yang menyerang Tiongkok mengganggu suplai bahan baku ke dalam negeri.

Tercatat sekitar 95% kebutuhan bahan baku farmasi di Indonesia berasal dari impor. Nilainya mencapai  2,5- 2,7 miliar dolar AS per tahun. Impor bahan baku dari Tiongkok adalah yang terbesar, mencapai 60%.

“Industri farmasi menjadi salah satu industri yang terdampak dengan adanya wabah ini, mengingat 60% kebutuhan bahan baku berasal dari Tiongkok,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita saat kunjungan ke Pusat Riset Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences Jababeka Jawa Barat, Rabu (11/3/2020).

Menurutnya, wabah corona membuat permintaan terhadap obat-obatan meningkat. Namun, di sisi lain industri ini terdampak dari penyebaran virus corona. “Industri farmasi merupakan industri strategis yang berdampak pada kebutuhan masyarakat banyak. Apalagi saat ini terjadi wabah corona, di mana upaya kesehatan masyarakat meningkat tajam sehingga kebutuhan obat-obatan juga naik,” jelasnya.

Meski begitu, berdasarkan kunjungannya  ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, proses produksi farmasi masih berjalan dengan normal. “Kalau dari Tiongkok berdasarkan pengalaman ya COVID-19 ini tapi ada produksi yang dihasilkan atau yang dilakukan dalam kegiatan di Dexa Group ini, yang memang sepenuhnya boleh saya berani katakan hampir mendekati 100% itu berkaitan dengan local content, baik bahan bakunya maupun proses produksinya,” lanjutnya.

Pemerintah juga dirasa perlu mendorong percepatan substitusi produk impor farmasi dengan bahan baku lokal. Salah satu manfaatnya untuk menekan impor, meningkatkan devisa negara dan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Hal di atas menurut Agus perlu dilakukan agar terjadi efek ganda yang signifikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), ini jelas mempunyai kandungan TKDN 100%, dan ini bisa dimaksimalkan dengan digunakannya OMAI di JKN. Selain kita mendapatkan substitusi produk impor farmasi, kami juga akan mendorong ekspornya,” tambahnya.

Terpisah Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi dari GP Farmasi Vincent Harijanto mengatakan, pemerintah sudah mempermudah proses importasi bahan baku farmasi. Sehingga, ia memastikan produksi dan pasokan aman. “Badan POM (BPOM) sudah koordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Karena ada masalah pengiriman barang, kita dari awal terhambat dokumen karena harus dilengkapi. Tapi dari BPOM dan DJBC sudah berjanji memberikan kemudahan untuk solusi ketika masalah timbul. Jadi warga tidak perlu panik,” kata Vincent dalam Kongkow Bisnis Pas FM di Hotel Millenium Sirih Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Ia memaparkan, bahan baku industri farmasi di Indonesia memang 85% masih impor dari Tiongkok dan India. Sehingga, percepatan impor perlu dilakukan demi mengamankan stok. “Dari koordinasi yang sudah dilakukan tidak hanya farmasi, yang berperan ada pedagang farmasi bahan baku, ini yang melakukan impor dari Tiongkok dan India,” imbuh dia. “Jadi ketergantungan kita untuk bahan baku yang kita impor dari Tiongkok cukup besar,” sebut Vincent.

Menurutnya, sejak Tiongkok merayakan Imlek dengan libur panjang, pasokan produk farmasi Indonesia sudah menipis. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu tersebut stop produksi, ditambah lagi ketika virus corona merebak. Namun, ia memastikan kini produksi di Tiongkok sudah berjalan kembali.

Saat ini, menurutnya stok obat-obatan di Indonesia masih tersedia hingga bulan April. Kemudian, produk yang masih dalam proses produksi akan tersedia untuk memenuhi pasokan hingga Juli 2020. “Stok obat masih bisa sampai Maret-April, itu pun dikatakan untuk fast moving item. Untuk slow moving item bisa sampai Juni-Juli,” terangnya. jef, dtc, ins

baca juga :

Kinerja Digital Banking Semakin Solid, Pengguna BNIDirect Tembus 138.000 User

Redaksi Global News

Piala AFF U23: Indonesia Lolos ke Semifinal, Siap Tantang Thailand

Redaksi Global News

e-Tilang Didominasi Pelanggaran Markah Jalan

Redaksi Global News