Global-News.co.id
Ekonomi Bisnis Indeks Utama

Enggan Pangkas Produksi Seiring Sentimen Negatif Corona, Harga Minyak Dunia Anjlok

Saudi disebut-sebut tetap akan membanjiri pasar dengan minyak mentah demi merebut kembali pangsa pasar.

JAKARTA (global-news.co.id) — Harga minyak dunia mengalami anjlok cukup parah hingga menyentuh angka terendahnya sejak 2016. Adapun harga minyak mentah acuan internasional berjangka Brent jatuh 30%, menyentuh angka 31,02  dolar AS per barel pada perdagangan, Senin (9/3/2020).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku, jatuhnya harga minyak tersebut cukup mengejutkan karena dipicu oleh perang harga minyak antar para negara-negara eksportir utamanya yang tergabung dalam Organization of The Petroleum Exporting Countrie (OPEC).

“Pagi ini kita dihentakkan dengan perang oil yang sebabkan turunnya harga minyak dari 60 ke 30 dolar AS per barel,” kata Perry di Jakarta, Senin (9/3/2020).

Untuk diketahui harga minyak dunia anjlok lebih dari 10 persen ke posisi terendah semenjak 5 tahun terakhir pada perdagangan akhir pekan lalu. Pelemahan itu karena sekutu OPEC menolak pengurangan produksi tambahan yang diusulkan organisasi itu seiring turunnya permintaan pasar karena sentimen negatif merebaknya virus vorona baru atau COVID-19 secara global. Saudi disebut-sebut tetap akan membanjiri pasar dengan minyak mentah demi merebut kembali pangsa pasar. Rusia juga menolak mengikuti upaya OPEC untuk menyelamatkan pasar minyak yang rusak karena virus corona dengan memangkas produksi.

Mengutip Reuters, Senin (9/3/2020) minyak mentah WTI turun 10,07 persen 4,62 dolar AS ke harga 41,28 dolar AS level terendah sejak Agustus 2016. Akhir pekan lalu adalah hari terburuk WTI sejak 28 November 2014. Bahkan pada sesi awal WTI sempat ke level terendah di 41,11 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah brent turun 9,4 persen menjadi 45,27 dolar AS per barel. Sesi rendahnya adalah 45,18 dolar AS, yang merupakan harga terburuk sejak Juni 2017.

Pertemuan antara OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC +, berakhir tanpa kesepakatan tentang pengurangan produksi tambahan. Kartel dan sekutunya sepakat untuk bertemu lagi guna memantau situasi. Pemotongan produksi saat ini akan diberlakukan hingga akhir Maret sesuai rencana, tetapi tidak pasti apakah akan melampaui bulan ini.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan kepada wartawan usai meninggalkan pertemuan di Wina pada Jumat bahwa anggota sekarang dapat memproduksi minyak yang mereka sukai mulai 1 April.

“Kami telah membuat keputusan ini karena tidak ada konsensus yang ditemukan tentang bagaimana 24 negara secara bersamaan harus bereaksi terhadap situasi saat ini. Jadi mulai 1 April, kami mulai bekerja tanpa mempedulikan kuota atau pengurangan yang sudah ada sebelumnya, tetapi ini tidak berarti bahwa masing-masing negara tidak akan memantau dan menganalisis perkembangan pasar,” katanya.

OPEC merekomendasikan pengurangan produksi tambahan 1,5 juta barel per hari dari awal bulan depan hingga akhir tahun. Proposal tersebut tergantung pada dukungan dari produsen non OPEC, termasuk Rusia.

OPEC memperingatkan bahwa kesepakatan itu hanya dapat diterapkan pada basis pro-rata dengan anggota inti. Ditetapkan untuk memotong 1 juta barel per hari dan mitra non  OPEC diperkirakan akan memotong 500.000 barel per hari.

Sebelumnya, harga minyak dunia telah jatuh ke area bearish karena wabah virus corona telah menyebabkan permintaan lebih rendah, dan banyak pelaku pasar memperkirakan OPEC akan mengambil langkah dalam upaya untuk menopang harga. reu,ejo, sua

baca juga :

Pilpres Rusia 2024, Putin Maju Lagi

Redaksi Global News

Thailand Open 2023: Tiga Ganda Putra Indonesia Lolos Perempat Final

Vaksinasi Massal di Gelora 10 Nopember Ditargetkan 50 Ribu Sasaran per Hari

Titis Global News