Global-News.co.id
Indeks Mancanegara Utama

Cerita Dosen Unair Jalani Studi di Italia, Negara Tertinggi Kedua dengan COVID-19

Joeni Arianto Kurniawan dosen Fakultas Hukum Unair saat berada di Kota Pisa, Italia.

Sejak kemunculannya pada Desember 2019, virus corona baru alias COVID-19 telah menjangkiti banyak orang dari ratusan negara. Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menetapkan virus ini sebagai pandemi global, mengingat COVID-19 telah menyebar secara geografis hingga lintas benua.

Hingga Jumat (13/3/2020), terdapat 120 negara di dunia yang mengonfirmasi terinfeksi COVID-19. Data real time yang dihimpun dari Center for Systems Science and Engineering (CSSE), per 13 Maret 2020 pukul 19.00, Italia menjadi negara tertinggi kedua setelah Tiongkok dengan jumlah 15.113 kasus. Kematian akibat COVID-19 di Italia mencapai 1.016 orang.

Salah satu dosen Unair yang kini sedang menempuh studi lanjut di Italia, Joeni Arianto Kurniawan, menceritakan bagaimana negara Spagetti itu menghadapi COVID-19.

Joeni, begitu ia akrab disapa, saat ini sedang menempuh studi di Faculty of Law University of Pisa. Ia tinggal bersama keluarga di Kota Pisa, bersama isteri dan satu orang anak yang sedang duduk di kelas 5 sekolah dasar di Italia. Akibat COVID-19  yang melanda berbagai negara termasuk Italia, laki-laki yang memulai studi sejak Januari 2017 itu saat ini menjalani perkuliahan secara online. Dari penuturannya, sejak 10 Maret lalu pemerintah setempat mengeluarkan kebijakan lockdown nasional.

Kebijakan Pemerintah Italia itu mengakibatkan segala bentuk kegiatan yang menghimpun banyak orang ditiadakan sementara. Sebelumnya, sejak 5 Maret, seluruh sekolah dan kampus diliburkan, termasuk kegiatan keagamaan. “Jujur, saya dan keluarga sampai detik ini tidak memiliki masker satu pun, karena mencari masker dan hand-sanitizer memang sangat sulit,” ujar dosen yang mengambil konsentrasi studi tentang Law, Religion, and Culture.

Adapun untuk hand-sanitizer, Joeni melanjutkan, ia dan keluarga masih memiliki persediaan dari sebelum terjadinya wabah corona. “Sebagai cadangan, kami terpaksa meracik hand-sanitizer sendiri, sembari menunggu suplai masker dan hand-sanitizer yang dijanjikan akan didatangkan dari Indonesia via KBRI di Roma,” tambah Joeni.

Joeni yang juga membagikan ceritanya melalui blog pribadinya, melihat masyarakat Italia menyepelekan masalah ini sehingga kejadian COVID-19 semakin hari semakin bertambah. Apalagi, di Italia, masyarakat memiliki karakter hangat dan senang bersosialisasi. Menurutnya, habit ini untuk sementara perlu untuk diredam mengingat angka kemunculan COVID-19 yang semakin hari semakin tinggi.

Dari penuturannya, Pemerintah Italia menetapkan seluruh wilayah sebagai zona merah. Penerbangan dari dan ke Italia pun ditutup sementara untuk meminimalisir masyarakat berinteraksi dengan orang-orang baru. “Akibatnya bisa dibayangkan, karena semua orang didorong untuk tinggal di rumah masing-masing, maka semua kota di Italia bagaikan kota mati. Jalanan di mana-mana menjadi sepi,” tuturnya.

Melalui kebijakan ini pula, masyarakat diimbau untuk tetap tinggal di rumah dan tidak diperbolehkan meninggalkan kota. Orang dalam jumlah terbatas hanya diperbolehkan pergi ke tempat-tempat tertentu untuk kepentingan yang mendesak, seperti supermarket dan apotik.

Kebijakan Pemerintah Italia ini rencananya akan berlangsung hingga 3 April 2020. Namun, jika kondisi tidak semakin membaik, akan ada kemungkinan batas waktu itu diperpanjang.

Dari data yang dihimpun oleh Kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) di Roma, jumlah WNI di Italia saat ini sebanyak 3.067 orang. Bisa dibayangkan, ada ribuan WNI yang kira-kira sedang mengalami hal yang sama dengan Joeni.

Meski begitu, kata Joeni, KBRI Roma cukup aware dengan WNI yang ada di sana. Pada Selasa 10 Maret 2020 lalu, diadakan video conference antara KBRI Roma dengan beberapa WNI di Italia. Joeni termasuk dari WNI yang mengikuti jalannya video conference itu.

“Dalam pandangan saya pribadi, hal ini adalah hal yang sangat baik karena selain membuka pintu komunikasi secara aktif dan efektif, juga memberikan pesan dan kesan bahwa Pemerintah RI tidak sekali-kali mengabaikan warganya di luar negeri,” ungkapnya.

Terkait studinya di University of Pisa, dosen FH Unair itu menyebut akan selesai pada akhir 2020. “Ini tahun terakhir. Insya Allah akhir tahun (2020, Red) sudah selesai,” ujarnya.

Sejauh ini, menurutnya, belum ada laporan WNI yang positif corona di Italia. Sementara itu, untuk rencana pulang ke Tanah Air bagi seluruh WNI di Italia, setidaknya baru bisa dilakukan hingga jadwal lockdown yang diberlakukan berakhir 3 April 2020.

“Mohon doa dari kawan-kawan sekalian agar kami para WNI di Italia tetap diberikan kesehatan dan keselamatan. Sebagaimana kami di Italia juga mendoakan semoga Indonesia tidak menghadapi apa yang tengah dihadapi oleh Italia saat ini,” ucapnya.  tri, hms

baca juga :

Pj.Gubernur Jatim Adhy Karyono Tinjau Gudang Bulog Sidoarjo dan Pasar Larangan

gas

Aktris Rima Melati Meninggal Dunia pada Usia 84 Tahun

Liga 1: PSS Tatap Bulan Oktober dengan Optimistis

Redaksi Global News