TOKYO (global-news.co.id) – Pasar saham Jepang terus melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (14/2/2020), setelah pemerintah melaporkan korban tewas pertama akibat virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix berakhir di level 1.702,87 dengan pelemahan 0,60 persen atau 10,21 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (13/2/2020), Topix berakhir di posisi 1.713,08 dengan koreksi 0,34 persen atau 5,84 poin, penurunan hari keempat berturut-turut. Sebanyak 1.393 saham melemah, 671 saham menguat, dan 92 saham stagnan dari 2.156 saham yang diperdagangkan pada Topix.
Sejalan dengan Topix, indeks Nikkei 225 ditutup di level 23.687,59 dengan pelemahan 0,59 persen atau 140,14 poin, setelah berakhir di level 23.827,73 dengan koreksi 0,14 persen pada Kamis (13/2/2020).
Dari 225 saham yang diperdagangkan pada indeks Nikkei pada Jumat (14/2)/2020), 64 saham berhasil menguat, 154 saham melemah, dan 7 saham lainnya stagnan.
Saham Fast Retailing Co. Ltd. dan Daikin Industries Ltd. yang masing-masing terkoreksi 1,80 persen dan 2,70 persen menjadi penekan utama pelemahan Nikkei 225 hari ini.
Jumlah kasus terinfeksi virus corona melonjak secara dramatis di Tiongkok setelah pihak otoritas setempat mengubah metode penghitungan mereka. Perkembangan ini memicu kekhawatiran bahwa epidemi itu jauh lebih buruk daripada yang dilaporkan.
Di luar Tiongkok, Jepang melaporkan kematian pertama akibat virus ini, setelah laporan kematian di Filipina dan Hong Kong masing-masing sebanyak 1 orang. Dengan demikian, wabah virus ini telah merenggut total 1.487 nyawa.
“Sepertinya penyebaran virus tersebut tidak akan mudah terbendung dan menyebar di Jepang juga,” ujar Ryuta Otsuka, ahli strategi di Toyo Securities Co dikutip dari Bloomberg.
“Orang-orang cenderung menjauh dari tempat-tempat yang ramai, jadi saham yang terkait dengan konsumen termasuk jaringan restoran dan ritel kemungkinan akan dilepaskan karena kekhawatiran seputar laba,” tambahnya.
Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar, aset investasi aman (safe haven) seperti mata uang yen Jepang menguat. Nilai tukar yen hari ini ditutup menguat 0,04 persen atau 0,04 poin di posisi 109,78 yen per dolar AS, apresiasi hari kedua berturut-turut.
Tingkatkan Kewaspadaan
Pemerintah Jepang mulai meningkatkan kewaspadaannya terhadap penyebaran virus corona (covid-19) pasca adanya korban jiwa akibat virus yang bermula dari Tiongkok tersebut.
Yakni, seorang nenek berusia 80 tahun di Prefektur Kanagawa, bagian barat Tokyo, Kamis (13/2/2020). Kematian tersebut telah dikonfirmasi akibat virus corona.
Selain nenek tadi, pemerintah Jepang telah mengonfirmasi ada dua warganya yang positif terjangkit corona. Yakni, seorang sopir taksi (menantu dari nenek yang meninggal) dan seorang dokter. Sedangkan tiga orang lainnya, kini masih dalam tahap observasi. Kematian wanita lansia tadi menambah jumlah pasien meninggal dunia akibat corona di luar daratan Tiongkok, pusat wabah bermula, menjadi tiga. Dua lainnya adalah pasien di Hong Kong dan Filipina.
Hampir 450 kasus terkonfirmasi dari 24 negara dan wilayah di luar Tiongkok, di antaranya 33 kasus di Jepang dan 218 kasus di kapal pesiar yang dikarantina di pelabuhan Jepang.
Kembali ke Jepang, media setempat menyebut pengemudi taksi tadi tinggal di Tokyo bagian timur. Dokter yang dimaksud tinggal di Wakayama, Jepang bagian barat.
Pemerintah pusat akan mengirimkan tim ahli ke Wakayama, sekalipun pemerintah lokal menyebut bahwa menurut mereka penularan infeksi di rumah sakit tidak mungkin terjadi. “Kami akan terus berkomunikasi dengan pemerintah lokal dan memperluas prosedur pengujian dan perawatan terhadap pasien demi mencegah penyebaran,” kata Perdana Menteri Shinzo Abe.
Pernyataan Abe itu keluar sehari setelah satuan tugas menyusun langkah penanganan penyakit tersebut, termasuk dengan memakai anggaran cadangan sebesar 10,3 miliar yen (sekitar Rp 1,28 triliun). Petugas bagian perencanaan juga akan terus berhubungan dengan pihak militer, menurut Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga.
Baik Suga maupun Menteri Kesehatan Katsunobu Kato menyatakan tidak ada bukti bahwa virus corona atau covid-19, telah menyebar secara luas di Jepang, kendati menurut Kato hal itu mungkin akan bisa terjadi dan pemerintah harus bersiap untuk menghadapinya. bis, blo, ins