PAMEKASAN (global-news.co.id) – Karena dinilai memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pelaksanaan PAUD di Pamekasan, Ibu Nayla Hasanah Badrut Tamam dikukuhkan sebagai Bunda PAUD Pamekasan. Pengukuhan dilakukan oleh sang suami yang juga Bupati Pamekasan Badrut Tamam di Mandhepa Agung Ronggosukowati Pamekasan, Senin (10/2/2020).
Pengukuhan dilaksanakan bersamaan Launching Senam Pamekasan Hebat versi anak- anak, disaksikan oleh Wakil Bupati Pamekasan Raja’e bersama istri Yuni Laitalul Fitriyah, Sekdakab Pamekasan Totok Hartono, dan Kepala Disdik Pamekasan Pramajaya.
Pengukuhan juga dihadiri oleh seorang pejabat dari Kementerian Dikbud RI Jakarta.
Dalam pengarahannya Badrut Tamam meminta Bunda PAUD segera tancap gas bekerja profesional menjadikan PAUID di Pamekasan sebaga bagian dari model pendidikan yang membanggakan masyarakat. Kenapa harus tancap gas ? Ini karena masa pengabdian terbatas, sementara sesuatu yang harus diberikan kepada PAUD tidak terbatas.
“Karena tidak terbatas, pengabdian ini rasanya 24 jam itu kurang untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Maka waktu perjuangan ini kita efektifkan kita terus laksanakan untuk kemudian suatu saat kita berpulang kepada Allah SWT, semua orang mengenang atas perjuangan yang kita lakukan,” paparnya.
Kenangan kehidupan itulah, kata Badrut Tamam, yang kemudian nanti akan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Inspirasi yang menjadi ketauladanan dan dengan ketauladanan itu pulalah generasi berikutnya akan meniru beberapa hal baik yang pernah dilakukan dilakukan oleh generasi sekarang ini.
“Semoga sukses, semoga PAUD di Pamekasan membanggakan bagi kita semua,” imbuhnya.
Saat ini, kata Badrut Tamam, di Pamekasan ada 902 PAUD, dengan dibegitu ada ribuan orang pengelola PAUD dan juga ribuan siswa PAUD. Dengan data ini, kata dia, pengelolaan pendidikan usia dini itu membutuhkan upaya yang serius kerja keras dan harus terencana.
“Tidak boleh main main dengan pelaksanaan pendidikan. Salah memberikan edukasi salah melahirkan generasi. Salah menciptakan atmosfir edukasi di PAUD akan menjadi persoalan di ujungnya. PAUD awal pendidikan, dimana anak anak kita perlu diajarkan bagaimana local wisdom atau nilai dan etika yang kita miliki,” jelasnya.
Jika di waktu PAUD, TK dan seterusnya tidak diajari tentang bagaimana memahami nilai nilai etika, lanjut Badrut Tamam, maka berikutnya anak akan sulit untuk belajar etika dan lainnya. Karena pondasi keilmuan, pondasi kultur, pondasi kebudayaan, saatnya yang tepat diajarkan mulai saat di PAUD.
Itu semua, katanya, menjadi tanggung jawab Bunda PAUD, untuk menancapkan nilai nilai kepada generasi anak. Tidak salah jika di PAUD diajarkan tentang bahasa yang benar. Karena dari bahasa itu akan menjadi kepribadian dari kepribadian itu akan menjadi tindakan, dan dari tindakan akan terasa dalam berkorelasi dan berhubungna dengan orang lain.
“Dengan mengajarkan nilai etik akan melahirkan generasi yang sadar akan akar budayanya. Kalau kemudian tidak diajari etika atau local wisdom maka bisa saja anak akan tercerabut dari akar kesejarahannya. Kalau sudah begitu, akhirnya orang Pamekasan ketika kuliah di Surabaya atau di Jakarta tidak mau pakai Bahasa Madura walaupun bertemu dengan temennya yang asal Madura,” ungkapnya.
“Kalau kemudian generasi masa depan pondasi kulturnya hilang dia akan tercerabut dari akar sejarahnya dan menjadi tidak bangga dangan tumpah darahnya, dia akan meninggalkan dan tidak membangun apapun untuk daerah dimana dia lahir dan besar dan mengenyam pendidikan. Karenanya saya memohon, ajari anak anak kita local wisdom atau nilai kultur yang kita miliki,” pungkasnya. (mas)