SURABAYA (global-news.co.id) – Menghadapi mudik dan balik Idul Fitri 2019, Dinas Kesehatan Jawa Timur menyiapkan 1.584 fasilitas layanan kesehatan dan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ( SPGDT) yang melibatkan public service center (PSC) 119. Layanan kesehatan ini diberlakukan H-7 hingga H+7.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Dr dr Kohar Hari Santoso SpAn mengatakan, fokus kesiapsiagaan layanan tersebut diberikan untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas, pemudik sakit, pengemudi tidak fit, dan kurang paham kesehatan. Dijelaskan, saat arus mudik, di mana banyak orang bergerak dan berkerumun, risiko terjadinya bermacam hal tersebut semakin meningkat.
Dalam upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan kegawatdaruratan, mempercepat respon penanganan korban untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan, dibentuk jaringan koordinasi PSC 119 yang kini sudah ada di 25 kabupaten/kota. “Layanan PSC 119 ini bisa diakses langsung oleh masyarakat yang membutuhkan pertolongan di bidang kesehatan. Dengan menelepon ke 119, petugas akan menanyakan jenis pertolongan apa yang dibutuhkan, lokasinya di mana. Nanti akan ada tim yang datang mereka akan melihat apakah perlu dibawa ke rumah sakit atau cukup ke puskesmas. Prinsipnya diarahkan ke faskes yang terdekat,” terang dr Kohar didampingi dr Dian Islami MKes, Kabid Pelayanan Kesehatan dan dr Ninis Herlina K., Kasi Pelayanan Kesehatan Rujukan, dalam temu media yang membahas persiapan pelayanan kesehatan dalam rangka mudik lebaran 2019, Selasa (21/5).
Lebih lanjut dikatakan, mudik yang sehat itu kan membawa bekal yang cukup untuk keseharian di jalan, termasuk obat-obatan, upayakan supaya pengemudi dan kendaraan dalam kondisi prima, datang ke pos pelayanan kesehatan kalau ada keluhan, istirahat selama 15 menit setelah melakukan perjalanan 2 jam, dan kelola emosi ketika mengemudi.
Untuk keperluan mudik tersebut, Dinkes Jatim menyiapkan 1.584 fasilitas yang meliputi 239 rumah sakit, 924 puskesmas, 243 pos kesehatan, dan 178 klinik dengan PSC 119. PSC ini ada di bawah NCC (National Command Center) yang langsung dipantau dari Kementerian Kesehatan. “Kalau kota/kabupaten-nya belum ada PSC 119, dari NCC akan dibantu diarahkan ke layanan kesehatan terdekat,” kata dr Dian.
Mendasarkan evaluasi arus mudik dan balik tahun sebelumnya, kecelakaan paling banyak terjadi pada H-1 dan H+1, rata-rata pada usia 15-24 tahun, kejadian kecelakaan umumnya antara pukul 09.00-12.00 dan 15.00-18.00. “Umumnya kecelakaan sepeda motor dan terjadi di jalur non tol yang lancar dan lengang,” tambah Kohar.
Pelayanan kesehatan dalam rangka persiapan arus mudik ini disiapkan di berbagai akses sepanjang jalur mudik-balik, terminal, bandara, pelabuhan, rest area jalan tol, dan tempat wisata. “Fokus kesiapsiagaan jajaran kesehatan ini utamanya setelah identifikasi masalah-masalah kesehatan yang dapat timbul saat mudik dan jajaran kesehatan harus dapat mengatasi kesulitan secara terintegrasi,” lanjutnya.ret