PAMEKASAN (global-news.co.id) – Bupati Pamekasan Badrut Tamam meminta Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Pamekasan melakukan transformasi ilmu dan edukasi kepada jamaah calon haji agar mereka bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik, disiplin dan sesuai dengan tuntunan manasik haji.
Permitaan itu disampaikan Badrut Tamam saat memberi sambutan dalam pengukuhan pengurus IPHI Pamekasan periode 2018-2023 di Pendopo Ronggosukowati, Jumat (25/1/19). Hadir dalam pengukuhan itu Ketua IPHI Khairul Jailani, Wabup Raja’ie, Kakemenag Afandi dan sejumlah pejabat terkait.
Badrut Tamam mengungkapkan secara etika selama ini banyak jamah haji asal Madura umumnya yang belum bisa meninggalkan kebiasaan jelek di kampungnya, ketika berada di tanah suci. Sehingga kurang etis ketika bersama dengan jamaah haji dari daerah lainnya.
“Masak di kamar hotel atau maktab, banyak yang merokok sehingga sampai muncul bunyi alarm tanda bahaya. Ini kan tidak etis. Kebiasaan ini harus ditinggalkan dan jangan dilakukan oleh jamah haji lagi. Untuk jaga kesehatan dan etika dengan jamaah haji lainnya,” ungkapnya.
Lebih dari itu Badrut Tamam juga meminta agar pengetahuan jamaah calon haji tentang manasik haji agar disempurnakan agar bisa melaksanakan rukun dan wajib haji dengan sempurna juga. Sehingga haji yang mereka lakukan bisa menjadi haji mabrur.
“IPHI Pamekasan harus melakukan transformasi ilmu dan edukasi bagi mereka. Bimbinglah mereka para jamah calon haji agar bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik.” pintanya.
Pembinaan juga harus dilakukan bagi jamaah haji ketika mereka telah kembali bergaul dengan masyarakat luas. Para jamaah haji harus bisa menjadi pioner untuk pengamalan nilai nilai keagamaan dan juga harus bisa membatu mengatasi dinamika persoalan sosial kemasyarakatan.
Mantan anggota DPRD Jatim ini mengungkapkan bagi warga Madura bisa melaksanakan haji merupakan kebanggaan. Karena menjadi haji merupakan bagian dari cita cita hidup mereka.
“Masyarakat Madura cita cita hidupnya sederhana. Pertama bisa punya rumah, lalu bisa cukup makan tiap hari, ketiga bisa menyekolahkan atau memondokkan anaknya dan yang terakhir bisa berhaji. Empat cita cita inilah jadi kebanggan bagi orang Madura yang bisa meraihnya. Tidak muluk muluk,” ungkapnya.
Karena itu, kata dia, bagi warga Madura yang telah berhaji maka dia memiliki status sosial yang beda dengan yang belum berhaji. Bahkan status social itu harus diberlakukan, kalau tidak akan mengganggu harmonisasi di masyarakat. Misalnya seorang yang sudah berhaji maka harus dipanggil pak haji atau kak toan haji.
“Bagi orang Madura berhaji adalah kebanggaan kepuasan dan status social. Karena itu jika dipanggil namanya tidak diberi embel pak haji, maka bisa tidak terima. Karena bagi mereka beribadah haji itu biayanya mahal. Kalau tak dipanggil mas toan haji atau kak toan haji, maka bisa saja tidak menoleh dipanggil,” pungkasnya. (mas)