SIDOARJO (GLOBAL-NEWS.CO.ID) – Setelah melalui mimpi seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail”, Nabi Ibrahim langsung memberitahu mimpi tersebut kepada istrinya, Siti Hajar. Siti Hajar pun mendengarkan bahwasaNnya hal itu merupakan perintah Allah, hingga dia langsung menyetujuinya sebagai tanda keimanannya kepada Allah.
“Lalu kabar itu disampaikan kepada Ismail. Ismail juga dengan penuh keimanan menuruti perintah sang ayahanda tercinta. Di sinilah kesabaran dan ketaqwaan Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar benar-benar diuji oleh Allah. Meski harus menyembelih putranya, Nabi Ibrahim dengan penuh kesabaran siap melaksanakan perintah Allah tersebut,” kata Ustad Drs. M. Ali Imron, M.Ag, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Izzah, Batu, Malang, dalam Khotbah Idul Adha di Taman Perum Wisma Permai, Pepelegi, Waru, Sidoarjo, Rabu (22/8/2018).
Pada sholad Idul Adha dengan Ustad Wawan bertindak sebagai imam itu, Ali Imron lebih lanjut mengatakan, mereka bertiga selanjutnya menuju tempat penyembelihan Ismail. Di tengah perjalanan, iblis tak henti-hentinya menggoda Ibrahim. “Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.
“Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim AS.
Lalu iblis menggoda lagi. Gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Ismail! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ke tempat ini hanya untuk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang.”
“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu,” kata Iblis meyakinkannya.
“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.
Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil di tanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.
Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu? “Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai Bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya.
Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”
Kemudian Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun Beliau tak mampu menggoresnya. Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat mengetahui bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalankan perintah semata-mata karena-Nya.”
Lalu, malaikat turun dari langit, dunia seisinya terguncang. Akhirnya Ismail diganti dengan seekor domba. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahNya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhilham”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap Hari Raya Qurban (Idul Adha).
14 Sapi dan 15 Kambing
Sementara itu, Masjid Roudhatul Jannah, Kompleks Perumahan Wisma Permai, Pepelegi, Waru, Sidoarjo pada Idul Qurban tahun ini menyembelih 14 sapi dan 15 kambing. Pada 2017, penyembelihan qurban di masjid tersebut 16 sapi dan 9 kambing. “Ternak qurban ini berasal dari warga kompleks ini (Wisma Permai, Pepelegi, Red). Daging-daging qurban ini akan kami sebarkan ke warga sekitar dan warga yang ada di perumahan,” kata H. Solikhin, Ketua Takmir Masjid Roudhatul Jannah.
Dia mengatakan, untuk warga sekitar kompleks sudah disebar sebanyak 500 kupon. Setiap kupon akan mendapat (ditukar) dengan satu bungkus daging qurban. Setiap bungkusan tersebut berisi daging, tulang dan jeroan. “Ya setiap bungkus tersebut kira-kira terdapat 2 kg daging, tulang dan jeroan,” kata H. Solikhin.
“Atas nama pengurus Masjid Roudhatul Jannah, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh Panitia Qurban Masjid Roudhatul Jannah. Kami juga memohon maaf kalau dalam pelaksanaan Sholat Id dan Qurban ini ada kekurangan,” pungkas H. Sholikhin. (Erfandi Putra)