OSAKA (global-news.co.id) – Banjir dan tanah longsor dahsyat melanda sejumlah wilayah di Jepang mengakibatkan sedikitnya 179 orang tewas. Operasi pencarian dan penyelamatan terhadap korban terus berlanjut hingga Rabu 11 Juli 2018.
Kepada Global News, Fajar, dari Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KJRI Osaka, Rabu kemarin, mengatakan, sejauh ini tidak ada korban jiwa dari kalangan WNI yang tinggal di negeri Sakura. Namun demikian seorang WNI mengalami luka ringan akibat banjir ini dan sempat dirawat di RS setempat.
“Selain itu sebanyak 4 keluarga dan 14 WNI mengungsi ke tempat yang lebih aman,” kata Fajar.
Karena itu, kata Fajar, pada tanggal 9-10 Juli 2018 KJRI Osaka mengirimkan tim untuk menyalurkan bantuan bagi WNI terdampak bencana banjir dan longsor yang melanda Jepang bagian barat, terutama di Prefektur Hiroshima dan Prefektur Okayama pada 6-7 Juli 2018. Tim yang dipimpin oleh Konsul Protokol dan Konsuler, Yuyun Kamhayun, disertai oleh Petugas Komunikasi, Widodo Adi Nugroho, dan Staf Fungsi Ekonomi, Andrie Wiryono, ini membawa bantuan antara lain berupa makanan, susu, air mineral, pakaian, handuk, dan perlengkapan mandi.
Namun untuk menuju titik-titik terdampak bencana di Okayama dan Hiroshima tidaklah mudah. Tim KJRI Osaka menempuh perjalanan darat dengan jarak total sekitar 350 km dengan waktu tempuh mencapai 10 jam. Padahal perjalanan Osaka-Okayama-Hiroshima ini pada kondisi normal dapat ditempuh hanya kurang lebih 4-5 jam.
Pada 9 Juli 2018, Tim KJRI Osaka mencoba bergerak dari Osaka ke Kurashiki City, salah satu kota paling parah terdampak di Prefektur Okayama. Di sana tercatat setidaknya terdapat 4 keluarga WNI yang sempat pindah ke pengungsian akibat banjir besar. Namun, kendala menghadang saat Tim KJRI Osaka tengah berusaha menuju Kurashiki City, yakni ditutupnya akses jalan ke arah kota tersebut.
Sebagai upaya awal, Tim KJRI Osaka menyerahkan bantuan melalui Persatuan Pelajar Indonesia Komisariat Okayama yang akan membantu pendistribusiannya.
Tim KJRI Osaka meneruskan perjalanan dari Prefektur Okayama menuju Prefektur Hiroshima untuk menjangkau WNI terdampak bencana yang di antaranya bermukim di Kota Saijo, Kota Kure, dan Kota Mihara. Tim kembali menemui hambatan dalam perjalanan ke Hiroshima. Akses jalan tol menuju Hiroshima sebagian ditutup sehingga mereka terpaksa menggunakan jalan non-tol yang telah dipadati oleh kendaraan bermotor akibat penutupan jalan tol tersebut.
Tim tiba di Hiroshima pada 10 Juli 2018 dini hari setelah menempuh waktu lebih dari 6 jam. Dalam kondisi normal, perjalanan Okayama-Hiroshima menggunakan jalan tol memerlukan waktu kurang lebih 2 jam saja. Pada 10 Juli 2018 Tim KJRI Osaka berhasil menemui sejumlah WNI terdampak bencana di Prefektur Hiroshima dan menyampaikan bantuan kepada perwakilan WNI masing-masing di Kota Saijo, Kota Kure, dan Kota Mihara. Bantuan diberikan kepada perwakilan WNI dan PPI Komisariat Hiroshima yang akan membantu menyalurkannya ke sesama WNI terdampak bencana.
Dalam perjalanan dari Hiroshima menuju Osaka, Tim KJRI berupaya kembali menyambangi Kota Kurashiki, Okayama, yang sehari sebelumnya masih terisolasi akibat terputusnya akses jalan ke kota tersebut. Pada kesempatan kali ini Tim KJRI akhirnya berhasil menemui WNI di Kurashiki yang terdampak dan menyerahkan bantuan.
Kondisi wilayah terdampak banjir dan longsor di Prefektur Hiroshima dan Prefektur Okayama belum sepenuhnya pulih. Di Kota Kure, Hiroshima, air bersih belum mengalir ke rumah penduduk dan harus diambil dari titik-titik tertentu serta air untuk minum masih sangat terbatas. Di Kota Honggo, Hiroshima, sejumlah WNI terpaksa mengungsi ke Masjid Mihara yang dikelola oleh masyarakat Indonesia setempat di Kota Mihara akibat terputusnya akses terhadap air bersih sehingga umumnya warga setempat sampai harus mengandalkan sungai sebagai sumber air.
Bencana banjir dan tanah longsor melanda wilayah Jepang bagian barat pada hari Jumat dan Sabtu, 6-7 Juli 2018, akibat tingginya curah hujan selama tiga hari berturut-turut. Wilayah terdampak paling parah adalah Prefektur Hiroshima dan Okayama. Per 10 Juli 2018, di Hiroshima setidaknya tercatat 56 korban jiwa, 50 orang hilang, 1.595 rumah rusak dan 5.504 orang terpaksa mengungsi. Di Okayama, 28 orang dilaporkan meninggal, 7 orang hilang dan 2.749 rumah rusak. Sementara itu, di Ehime sementara ini terdata 25 orang menjadi korban jiwa. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah.
Data di KJRI Osaka, sejumlah WNI terpaksa mengungsi ke pengungsian dan rumah keluarga masing-masing di wilayah terdekat yakni di Kota Saijo 4 keluarga, di Kota Kure 10 orang dan Kota Mihara 4 orang. “KJRI Osaka senantiasa memantau perkembangan dan kondisi WNI di wilayah terdampak bencana,” katanya.
Pada 7 Juli 2018, KJRI Osaka telah menyampaikan imbauan kepada WNI, khususnya di wilayah Prefektur Hiroshima, Prefektur Okayama, dan Prefektur Ehime untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap bencana serta mengikuti instruksi dari otoritas setempat terutama dalam menghadapi banjir dan longsor akibat cuaca buruk. KJRI Osaka juga tetap menganjurkan agar masyarakat Indonesia waspada terhadap kemungkinan terjadinya curah hujan tinggi pada waktu mendatang.
Gelombang Panas
Sementara itu, seperti dilansir AFP dan Reuters, Rabu (11/7/2018), juru bicara pemerintah Jepang mengatakan bahwa sekitar 67 orang masih hilang akibat banjir dan tanah longsor yang dipicu hujan lebat. Sedangkan korban tewas saat ini mencapai 179 orang.
Kota Kurashiki di Prefektur Okayama menjadi wilayah terdampak paling parah. Nyaris seluruh distrik di kota tersebut digenangi banjir sehingga warga terpaksa mengungsi ke atap rumah sembari menunggu diselamatkan.
Petugas penyelamat mendatangi setiap rumah untuk mencari korban selamat. “Kami menyebutnya operasi grid, di mana kami memeriksa setiap rumah untuk melihat apakah ada orang yang terjebak di dalam,” ucap seorang pejabat prefektur Okayama kepada AFP. “Kami tahu ini berpacu dengan waktu, kami berusaha sekeras mungkin,” imbuh pejabat yang enggan disebut namanya itu.
Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga, menyatakan sekitar 75 ribu personel kepolisian, petugas pemadam kebakaran dan tentara dikerahkan dalam upaya penyelamatan. Ribuan orang saat ini masih ada di kamp pengungsian. Otoritas setempat menawarkan air minum dan kamar mandi bagi warga yang tidak memiliki akses ke air bersih. Usai banjir surut, cuaca panas ekstrem menjadi ancaman baru.
Aliran listrik untuk 3.500 rumah telah dipulihkan, namun akses air untuk lebih dari 200 ribu orang belum pulih. Situasi akan menyulitkan warga yang tidak memiliki akses ke air bersih saat dengan suhu udara diperkirakan mencapai 33 derajat Celsius. “Suhu udara akan mencapai di atas 35 Celsius di sejumlah area. Harap berhati-hati akan gelombang panas jika Anda melakukan aktivitas outdoor dan mohon tetap waspada terhadap tanah longsor,” imbuh Suga. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membatalkan kunjungan ke luar negeri demi fokus menangani bencana banjir dan longsor ini. PM Abe pun mengunjungi Okayama pada Rabu (11/7) kemarin. (gatot gas)