Global-News.co.id
Indeks Kesehatan

Stunting Ganggu Fungsi Otak Anak!

 

Ilustrasi

Dampak stunting tidak hanya bikin anak tumbuh kerdil secara fisik, tapi juga sebabkan terganggunya otak anak-anak bahkan kelak mereka dewasa.

Orangtua sebagian besar melihat perkembangan dan pertumbuhan buah hati mereka hanya dari berat badan saja. Kalau berat badan cukup atau mungkin ketahuan pipi anaknya sudah terlihat tembem, dianggap anak tersebut sudah sehat. Padahal, tinggi badan tak kalah penting untuk dipantau. Banyak yang tidak sadar, kalau tubuh anak yang pendek adalah permasalahan gizi yang cukup buruk bagi kesehatan anak. Apa dampak dari tinggi badan anak pendek? Apa penyebabnya?

Tubuh anak yang pendek bisa jadi tanda gangguan pertumbuhan stunting. Sekadar diketahui, stunting merpakan kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendek dibandingkan dengan teman-teman seusianya. Banyak yang tak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah pertumbuhan si kecil. Apalagi, jika stunting dialami oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun. Hal ini harus segera ditangani dengan segera dan tepat. Pasalnya stunting adalah kejadian yang tak bisa dikembalikan seperti semula seandainya sudah terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak, bahkan sejak ia masih di dalam kandungan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, sebanyak 20 persen  kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Kondisi ini diakibatkan asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.

Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI eksklusif ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.

Banyak teori yang menyatakan kurangnya asupan makanan yang mengandung zink zat besi, serta protein ketika anak masih berusia balita, adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan kejadian ini.

Kita para orangtua harus tahu dan terus memonitor pertumbuhan anak-anak. Termasuk terus memantau tinggi badannya apakah sesuai dengan usianya. Karena ini hal ini harusnya dilakukan sejak si kecil lahir. Berikut beberapa gejala dan tanda lain yang terjadi kalau anak mengalami gangguan pertumbuhan: Berat badan tidak naik bahkan cenderung menurun, perkembangan tubuh terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan), anak mudah terkena penyakit infeksi.

Sementara, untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, Anda harus secara rutin memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Misalnya saja, membawa si kecil ke Posyandu atau Puskesmas terdekat setiap bulan.

 

Dampak Anak Pendek Sejak Kecil

Anak pendek sebenarnya mengalami gangguan pertumbuhan. Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan memengaruhi pertumbuhannya hingga ia dewasa nanti, tidak cuma dampak fisik saja. Berikut adalah risiko yang dialami oleh anak pendek atau stunting di kemudian hari: Kesulitan belajar, kemampuan kognitifnya lemah, mudah lelah dan tak lincah dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya, risiko untuk terserang penyakit infeksi lebih tinggi, risiko mengalami berbagai penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, kanker, dan lain-lain) di usia dewasa

Ketika dewasa nanti, bahkan dilaporkan bahwa anak pendek akan memiliki tingkat produktifitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. Stunting adalah masalah gizi yang berdampak hingga anak berusia lanjut usia apabila tidak ditangani segera.

 

Tak Bisa Diperbaiki

Sayangnya, stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa dikembalikan seperti semula. Maksudnya, ketika seorang anak sudah stunting atau pendek sejak ia masih balita, maka pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia dewasa.

Saat memasuki masa puber, ia tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah terkena stunting di waktu kecil. Meskipun, Anda telah memberikannya makanan yang kaya akan gizi, namun tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal.

Namun, tetap penting bagi Anda memberikan berbagai makanan yang bergizi tinggi agar mencegah kondisi si kecil semakin buruk dan gangguan pertumbuhan yang ia alami semakin parah. Oleh karena itu, sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan cara memberikan nutrisi yang maksimal saat awal-awal kehidupannya, yaitu 1.000 hari pertama kehidupan.

Jika tahu si kecil mengalami kondisi ini, sebaiknya segera konsultasikan pada dokter anak Anda, agar cepat teratasi.

Sekadar diketahui, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi di sejumlah daerah. Sebut saja prevalensi stunting di Bali dan Gorontalo masuk ke daerah peta hijau. Sementara untuk NTT dan Sulawesi Barat, angka stunting lebih dari 40 persen. Wilayah tersebut masuk ke dalam peta hitam yang harus diturunkan prevalensinya.

Secara menyeluruh, hingga kini 9 juta anak-anak mengalami stunting. 1 dari 3 anak di lingkungan terdekat diprediksi alami masalah ini.

Menteri Kesehatan RI Prof Nila Faried Moeloek SpM(K) mengungkapkan rencana Indonesia bebas stunting di tahun 2030 mendatang.

Menurut Menkes Nila, pola asuh anak sejak lahir memegang peranan penting. Peran ayah dan ibu harus kompak dalam membesarkan anak-anak. Anak harus distimulasi tumbuh kembangnya, serta mendapatkan asupan makanan yang bergizi. Ketahanan pangan harus diperhatikan dalam situasi apapun. Lintas sektor pemerintah, masyarakat dan dunia usaha harus bersatu memberantas stunting. Banyak hal yang digarisbawahi dalam mencegah anak-anak agar tidak tumbuh kerdil. Antara lain sanitasi air bersih, MCK, lingkungan bersih, dan sebagainya.

Di Provinsi Jawa Timur, Kepala Dinkes Jatim, Kohar Hari Santoso mengungkapkan, kasus stunting di Jatim terjadi tidak sepenuhnya karena kurang ketersediaan makanan. “Pengetahuan gizi masyarakat yang perlu ditingkatkan itu masalahnya,” ujar Kohar.

Kohar menjelaskan persoalan stunting juga sangat berhubungan dengan pemenuhan asupan gizi ibu hamil saat 1000 hari pertama kehidupan. Menurutnya, para ibu harus memberikan ASI eksklusif sesuai dengan arahan dokter agar pertumbuhan dan perkembangan anak tidak mengalami masalah.

Lebih lanjut, Kohar,menuturkan Dinkes Jatim selama ini terus melakukan sosialisasi agar pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai gizi seimbang semakin baik. Jika ditemukan kasus baru di masyarakat, pihaknya akan langsung menangani secara cepat. (diolah dari berbagai sumber/faz)

 

 

baca juga :

DPRD Surabaya Desak Pemkot Cairkan Gaji ke-13

Redaksi Global News

Didampingi Partai Pengusung dan Rekawan, MAJU Daftar ke KPU Surabaya

Redaksi Global News

Risma Dilantik Jadi Mensos, Balai Kota Surabaya Dibanjiri Karangan Bunga

Redaksi Global News