Global-News.co.id
Indeks Nasional Utama

TKI Asal Bangkalan Dieksekusi Mati di Arab Saudi Tanpa Notifikasi


GN/Istimewa
Lembaga Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (LP3TKI) Surabaya menyerahkan santunan kepada kelurga almarhum Mochammad Zaini di Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Senin (19/3/2018).

JAKARTA (global-news.co.id)-Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Bangkalan, Madura, Muhammad Zaini Misrin dieksekusi mati Pemerintah Arab Saudi, Minggu (18/3/2018). Zaini dinilai terbukti bersalah membunuh majikannya, Abdullah bin Umar Muhammad Al Sindy.

Pria 53 tahun itu merupakan warga Desa Kebun, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura. Selama lebih dari 30 tahun Zaini mengadu nasib di Saudi. Ia bekerja sebagai sopir.

Pada 13 Juli 2004, polisi Arab Saudi menangkap Zaini atas tuduhan membunuh majikan. Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mengatakan selama proses hukum, Zaini menyatakan dirinya dipaksa mengaku telah membunuh.

“Zaini Misrin mendapat tekanan dari aparat Saudi Arabia untuk membuat pengakuan bahwa dia melakukan pembunuhan (perbuatan yang tidak dilakukannya),” kata Wahyu seperti dikutip  CNNIndonesia, Senin (19/3).

Selain itu, dalam proses peradilan Zaini hanya didampingi penerjemah asal Saudi. Ironisnya, kata Wahyu, penerjemah itu juga tak netral.

Hingga akhirnya hakim memvonis hukuman mati terhadap Zaini pada 17 November 2008. Usai vonis tersebut, pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah baru mendapatkan akses untuk menjumpai Zaini.

Zaini memberi kesaksian kepada KJRI bahwa dirinya dipaksa mengakui perbuatan pembunuhan terhadap majikan. Ia mengaku mendapat tekanan dari polisi Saudi dan penerjemah.

Pihak KJRI Jeddah kemudian mengirim surat permohonan kepada Kementerian Luar Negeri Arab Saudi untuk mengupayakan pembebasan atas hukuman mati yang dijatuhkan kepada Zaini pada Juli 2009. Pada 18 Oktober 2009, langkah ini dilanjutkan dengan pendampingan sidang banding atas vonis hukuman mati terhadap Zaini.

Investigasi ulang sempat dilakukan sepanjang 2011 hingga 2014 terkait kasus ini atas desakan KJRI Jeddah dan beberapa bukti yang disampaikan ke Mahmakah Banding. Namun Zaini tetap harus menjalani hukuman penjara hingga menunggu saat eksekusi.

Upaya banding dan mendorong investigasi ulang terhadap kasus ini belum membuahkan hasil.

Permohonan pengampunan hukuman untuk Zaini juga pernah disampaikan Presiden Joko Widodo dalam lawatannya ke Saudi pada September 2015. Begitu pula saat Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz berkunjung ke Indonesia pada Maret 2017, permintaan itu kembali diajukan.

Terakhir pada November 2017, Jokowi kembali mengirim surat permohonan pembebasan atas kasus Zaini beserta TKI lain yang terancam eksekusi mati.

Dubes RI untuk Saudi, Agus Maftuh Abegebriel mengatakan Presiden Jokowi telah melayangkan surat sebanyak dua kali kepada Raja Salman untuk meminta penundaan eksekusi dan peninjauan kembali kasus Zaini. Namun, permintaan itu tidak digubris Saudi.

“Presiden Jokowi telah melakukan extraordinary action dengan mengirim surat dua kali ke Raja Salman agar pemerintah Saudi melakukan penundaan eksekusi dan peninjauan kembali atas kasusnya,” kata Agus.

Zaini tetap dieksekusi, Minggu (18/3/2018), setelah hukuman mati juga diterapkan kepada Yanti Iriyanti, Ruyati, Siti Zaenab, dan Karni.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNPTKI) Yusron Wahid memberikan uang duka senilai Rp 40 juta atas eksekusi mati terhadap Zaini.

Santunan itu diberikan melalui Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri (Kememlu) Lalu Moh Iqbal dan perwakilan Lembaga Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (LP3TKI) Surabaya di kediaman almarhum, Senin (19/3/2018).

“Bapak Yusron Wahid secara pribadi memberikan santunan senilai Rp 40 juta. Semoga bisa bermanfaat bagi keluarga almarhum,” ungkap Iqbal.

Ia menjelaskan, pemerintah sudah berupaya maksimal melakukan pendekatan government to government untuk menunda eksekusi mati terhadap Zaini. “Namun keputusan tetap berada di pihak keluarga majikan. Keluarga ahli waris tidak memaafkan. Sehingga eksekusi terus berjalan,” tandas Iqbal.(ins)

 

baca juga :

Indonesia Akan Memiliki Smelter Tembaga Terbesar di Dunia

Redaksi Global News

Ayah Putri Ariani Salah Tangkap Omongan Simon Cowell

15 Juni: Ada Penambahan 292, Total Pasien Positif COVID-19 di Jatim 8.053 Orang

Redaksi Global News