Jaringan 212 Mart semakin meluas. Pertokoan di bawah naungan Koperasi Syariah 212 ini lahir dari aksi damai 2 Desember 2016 lalu. Selanjutnya siapa saja berpeluang untuk berbisnis ritel berbasis syariah ini melalui franchise alias waralaba.
PARA alumni aksi damai 2 Desember 2016 sepertinya tidak ingin kiprah mereka hilang ditelan gegap gempita dunia politik. Maklum aksi damai 212 sangat fenomenal. Maka, mereka pun mendirikan Koperasi Syariah 212 yang salah satu lini bisnisnya 212 Mart.
Pertokoan yang menjadi saingan alfamart dan Indomaret ini sekarang telah berkembang biak hingga jumlahnya mencapai 104 gerai tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. Paling banyak di wilayah Jabodetabek.
“Sudah 104 gerai. Jabodetabek paling besar. Tapi ada juga di Solo, Palembang, Bangka Belitung, Medan, ” kata Sekretaris Umum Koperasi Syariah 212, Irfan Syauqi Beik, di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, di luar Jabodetabek gerai 212 Mart pun terus tumbuh. Sejumlah daerah lain sudah mulai bermunculan. Karena itu tahun ini target jumlahnya berlipat ganda menjadi minimal 200 gerai, dan maksimal 250 gerai.
“Target yang menurut saya realistis adalah 200 gerai tahun ini. Kan sekarang sudah 104. Artinya tinggal 100 lagi paling nggak sampai akhir tahun,” lanjutnya.
Namun menambah gerai bukan perkara mudah. Menurutnya, ada sejumlah tantangan yang dihadapi. Pertama, permodalan. Kedua dari sisi pengembangan komunitas, karena syarat penambahan gerai harus disertai komunitas. “Tapi saya optimis. Saya kira permodalan standar, bisa dicarikan solusi,” ujarnya.
Ketimbang masalah modal, dia menilai, kesulitan paling mungkin dihadapi adalah kewajiban membentuk komunitas bagi siapa saja yang ingin membuka gerai 212 Mart. Tantangan lain beberapa kabupaten dan kota ada pembatasan ritel modern, sementara slot ritel sudah banyak diisi dua pesaing utamanya.
“Sudah diisi saudara kita yang sebelah, nggak usah sebut merek ya. Jadi kadang di berapa wilayah kabupaten kota jatah untuk pendirian berkurang, tinggal sedikit,” tambahnya.
Pembangunan 212 Mart sendiri selain memudahkan umat muslim berbelanja secara halal, juga untuk membina para anggota yang sudah memproduksi produk untuk dikembangkan dan punya pasar. Selama ini, masyarakat Indonesia menjadi pangsa pasar produk luar, sedangkan produk UMKM karya anak bangsa sulit bersaing di pasar modern.
Karena itu Koperasi Syariah 212 meluncurkan minimarket ini dengan menjual aneka produk, salah satunya hasil produksi UMKM. “212 Mart memiliki kekhususan dibangun melalui swadaya umat yang merupakan alumni 212,” kata Nurhasanah, panitia 212 Mart, saat membuka gerai di Bogor.
Gerai 212 Mart juga membantu pelaku UMKM memasarkan produknya. “Jadi kita bisa mengembangkan produk anak bangsa,” katanya.
Koperasi Syariah 212, yang dipimpin oleh Syafi’i Antonio, mengembangkan ritel ini dengan menganut pola kemitraan bersama warung atau toko milik masyarakat, saling mendukung dan memperkuat ekonomi umat. Perbedaan antara 212 Mart dengan minimarket konvensional terletak pada pendirian minimarket tersebut melalui dana kolektif umat.
Butuh Rp 900 juta untuk membangun satu minimarket. Tapi bisa pula lebih rendah tergantung ukurannya. “Ke depan akan ada 212 Mart setiap kecamatan,” katanya.
Alasan melibatkan komunitas karena di berbagai negara bisnis ritel mengalami penurunan omzet. Bahkan beberapa jaringan ritel sampai tutup beralih ke online. “Salah satu yang kita analisis karena mereka tidak punya loyal customer,” ujarnya.
Karena itu 212 Mart dibangun antara lain lewat komunitas-komunitas sehingga ekonomi bisa berjalan dan jaringan ritel ini bisa juga tumbuh terus dan berkembang.
“Kita tetap confident-lah, percaya diri bisa bertahan karena konsep kita basis komunitas. Artinya kita melakukan pembinaan dengan basis komunitas supaya kita punya captive market yang memang bisa menjamin perputaran barang dan uang ada di gerai tersebut. Kan intinya kalau jualan ada yang beli. Nah minimal ada pembeli, ya para anggota,” katanya.
Bukan Politik
Irfan Syauqi Beik membenarkan ritel ini mengait dengan aksi 2 Desember 2016 yang diikuti jutaan umat Islam. “Iya, itu kan inisasi awalnya dari teman-teman yang ikut aksi 212, tapi itu kan masuknya ranah politik. Tapi kemudian teman-teman merasa gimana nih kalau kita salurkan juga energi kita untuk pengembangan ekonomi,” lanjutnya.
Akhirnya tercetuslah Koperasi Syariah 212 pada 20 Januari 2017, yang pada gilirannya mendirikan gerai ritel 212 Mart. Dipilihnya nama gerai ritel dengan mengambil angka 212 pun muncul dari kesepakatan antar anggota yang kala itu sudah bergabung.
“Berdasarkan kesepakatan, kan nama koperasi kita 212, jadi wajar namanya 212 Mart. Tidak ada tendesi politik, kan bicara masalah bisnis. Tapi brand 212 Mart memang jadi dasar munculnya komunitas,” paparnya.
Siapa pun bisa bergabung dalam usaha ini. Caranya? “Pertama tidak bisa pribadi, tidak bisa 1-2 orang, tapi basisnya harus komunitas. Kemudian kedua harus jadi anggota kita dulu, jadi anggota koperasi dulu mendaftar secara online di www.koperasisyariah212.co.id,” kata Irfan.
Selanjutnya mengajukan proposalnya karena ada beberapa tipe dari 212 Mart, tergantung ukurannya. “Saya kira di mana-mana ada tipe-tipenya. Nanti ada harga-harganya. Nanti kita sepakati saja mau tipe yang mana,” sambungnya.
Jumlah minimal anggota yang tergabung untuk bisa mendirikan franchise 212 Mart adalah berjumlah 100 orang, dan boleh lebih. Berikutnya karena aspek kebersamaan, keberjamaahan menjadi penting.
“Kemudian setiap pendirian gerai 212 Mart harus diinisasi dan dikelola oleh komunitas Koperasi Syariah 212 yang didirikan minimal 100 orang anggota,” katanya.
Tiap franchise harus beranggotakan 100 orang dengan tujuan untuk mengendapkan berjamaah alias bekerja sama dalam berbisnis. Tentunya untuk mewujudkan hal positif.
“Nanti mereka jadi investor sekaligus jadi konsumennya. Artinya semua kebutuhan mereka paling tidak gerai 212 Mart memiliki captive market yang jelas. Tentu di samping masyarakat yang lain juga kita ajak untuk belanja di 212 Mart. Jadi itu yang kita kembangkan. 212 Mart itu kita kembangkan secara berjamaah,” terangnya.
Soal modalnya sendiri minimal Rp 300 juta. Tapi angka ini sangat relatif. Tergantung faktor-faktor lain yang menentukan. “Ya Rp 300 juta juga bisa. Itu yang standar,” tambahnya.
Gerai 212 Mart pun terus tumbuh seiring waktu. Produk-produk yang dijual disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan produk tak jauh berbeda dengan gerai ritel modern lain. Isinya cukup lengkap terdiri dari berbagai macam kebutuhan sehari-hari.
Memakmurkan Toko
Namanya bisnis ada untung bisa pula rugi. Hal itu termasuk bila bergabung dengan 212 Mart. “Nggak ada yang bisa jamin bisa untung terus. Kita hanya berusaha semaksimal mungkin supaya untung. Dari praktik yang sudah ada sih so far positif. Sejauh ini positif. Artinya omzet itu meningkat terus dari waktu ke waktu. Setiap bulan dengan peningkatan 20-30%,” katanya.
Yang pasti ada gairah atau semangat untuk bisnis. “Jadi yang penting kita bisa jaga itu saja, loyalitas dan komitmen untuk istilahnya memakmurkan toko kita. Selama ini kan orang tahunya makmurkan masjid. Nah sekarang kita tambahkan juga memakmurkan toko kita,” katanya.
Strategi untuk jaring konsumen masyarakat umum? “Layaknya toko ritel yang lain tentu servis menjadi kunci utama. Jadi pelayanannya kemudian SOP pelayanan gimana, senyumnya gimana, kerapian pegawai, bagaimana kenyamanan ruang berbelanja. Itu kan hal-hal yang jadi salah satu daya tarik dan nilai jual toko ritel termasuk juga ketersediaan barang,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, kontinuitas suplai juga harus diperhatikan betul jangan sampai kemudian masyarakat kecewa mau beli ternyata barangnya tidak ada. Kalau sekali oke. Tapi kalau 4 kali datang nggak ada juga kan itu artinya boleh jadi kehilangan customer.
“Nah ini kita jaga juga sehingga masyarakat merasakan bahwa pelayanan kita profesional, baik bahwa daya saing produk yang kita jual juga cukup baik. Memang tidak mudah, ada proses, tapi ini terus kita lakukan,” katanya.
Lalu apa bedanya 212 Mart dengan gerai ritel modern lain?
Bedanya, kata dia, produknya halal alias tidak mungkin akan menemukan minuman keras atau rokok misalnya. Karena rokok difatwakan haram oleh MUI. “Jadi kita ikut apa kata MUI. Jadi nggak akan bisa ketemu-ketemu produk begitu di 212 Mart. Itu sudah komitmen bagian dari SOP kita, bagian dari kesepakatan internal,” katanya.
Kemudian kedua adalah value proposition yang lain itu adalah pada waktu salat kita ada break salat. Jadi pas lagi Magrib break dulu 15-20 menit untuk salat, sehingga pada saat break salat itu tidak ada transaksi dilakukan. Jadi kita inilah ingin coba lebih dekat dengan aspek syariah.
“Kemudian yang berikutnya juga kalau dari sisi layanan tentu itu bersaing ya kan relatif tidak terlalu jauh beda harganya. Tapi yang ketiga komitmen kita itu adalah pada UKM. Kita memberi ruang kesempatan kepada usaha milik masyarakat milik UKM. Contoh ada di Bogor itu ada yang produksi roti pada skala home industry. Nah roti itu kita kasih tempat di gerai-gerai di kita. Tentu seusai dengan kapasitas kemampuannya, sanggup nggak dia mensuplai. Berapa yang dia bisa,” katanya.
Perbedaan harga dengan ritel lain? “Ya memang kalau dari sisi harga di kita ada yang kita jual mungkin di atas tapi ada juga yang sama atau di bawah. Memang harga ini sangat relatif dan memang sangat ditentukan dari sisi efisiensi atau tidaknya. Modalnya gerai kita di Jabodetabek cukup banyak ya. Itu jadi sehingga kalau dari sisi pricing mensuplai ke gerai yang dekat-dekat ya itu relatif lebih efisien dalam jumlah banyak. Masalahnya kan kita distribution center yang kita kerjasama ini juga masih terbatas kapasitas dan kemampuannya,” katanya.
Hal itu yang kadang-kadang membuat variasi harga jadi sesuatu yang penting. Kadang ada orang yang beda Rp 1.000 saja pindah ke toko lain. “Tapi ini istilahnya beda Rp 1.000 tetap stay dan membeli di kita. Tapi terus kita berusaha untuk bersaing sehingga paling tidak secara umum level harganya sama. Itu terus kita perkuat terutama dari sisi jaringan distribusinya. Itu yang sekarang lagi kita perkuat adalah distribution center makanya Koperasi 212 strategi kita akan investasi pengembangan distribution center ini,” katanya.
Syarat bagi UKM masuk 212 Mart? Menurut dia, harus produk yang halal yang toyib, yang memang dibutuhkan masyarakat, yang pasti tidak ada produk-produk yang tidak seusai syariah. “Itu saja sih syaratnya. Tidak rumit,” katanya. * det/hud