KOTA PADANG (global-news.co.id) Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepertinya punya cara sendiri untuk mengungkapkan isi hatinya terhadap dunia pers Indonesia yang terkadang disebutnya menyebalkan.
Sesaat setelah memberikan sambutan tertulis dalam perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di kawasan Danau Cimpago, Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat, Jumat (9/2/2018), Presiden Jokowi sempat menceritakan pengalamannya saat menjawab pertanyaan wartawan yang jumlahnya sangat banyak. “Saat doorstop, ada 80-90 wartawan, pertanyaannya banyak. Awalnya enak, lama-lama makin ke tengah kok tambah sulit pertanyaan,” ucap Jokowi disambut tawa para undangan.
Setelah itu, Jokowi pun meminta salah seorang wartawan untuk naik panggung sebagaimana yang sering dilakukan di tengah-tengah pidato acara tertentu. Pilihan presiden pun tertuju kepada Muhammad Yusri Nur Raja Agam, seorang wartawan asal Padang yang 40 tahun bekerja sebagai wartawan di Surabaya.
Seperti dalam momentum resmi lain, Jokowi pun memberikan pertanyaan. Namun kali ini, Jokowi tidak bertanya sebagai presiden. Jokowinya sepertinya ‘membalas’ bagaimana rasanya menjadi narasumber yang diberi pertanyaan sulit jawabannya. Jokowi pun bertukar peran sebagai wartawan, sedangkan Yusri pun berperan sebagai presiden. Kontan saja, hal itu membuat para undangan yang hadir, tertawa terbahak-bahak.
Yusri yang berperan jadi presiden pun mengawali dialog dengan meminta Jokowi untuk mengajukan pertanyaan. Tawa para hadirin pun kembali menggelegak. “Saudara wartawan, apa yang ingin anda tanyakan,” ucap Yusri sembari tersenyum.
Mendengar itu, Jokowi pun berkomentar kalau Yusri sangat percaya diri sekali. “Padahal saya tidak berani begitu pada wartawan,” canda Jokowi.
Sejurus kemudian, Jokowi pun melontarkan pertanyaan kepada tentang siapa anggota Kabinet Kerja yang paling penting. Yusri hanya menjawab bahwa semua menteri penting, namun yang mampu membuat Presiden nyaman. Jokowi lagi-lagi tidak puas dengan jawaban ini. “Politis banget jawabannya,” kata Jokowi.
Yusri akhirnya membeberkan siapa Menteri paling penting. Menurutnya, Menteri Komunikasi dan Informatika yang paling penting untuk menyampaikan informasi dari kota ke desa, begitu pun sebaliknya.
Tak hanya itu, mantan walikota Solo ini pun menanyakan sang ‘Presiden’ Yusri soal media yang paling menyebalkan. Yusri lalu menjawab ‘media abal-abal’ sebagai media yang paling menjengkelkan.
Jokowi pun yang jadi ‘wartawan’ pun ngotot kalau di lingkungan Istana tidak ada media abal-abal. Dengan gaya seperti wartawan, Jokowi mengatakan kalau di Istana, media dan wartawannya jelas. “Bapak, kan tinggal tunjuk siapa wartawan dan medianya, bapak kan hafal tiap hari diwawancara,” ucap Jokowi yang disambut tawa hadiri.
Didesak untuk menjawab secara terang-terangan, Yusri pun kemudian menyebut nama sebuah media cetak yang sontak disambut tawa sumringah Jokowi. Bahkan dia memuji kejujuran Yusri yang menyebut nama tersebut, “Pak Presiden ini blak-blakan seperti perasaan saya,” kata Jokowi disambut tawa hadirin.
Beberapa saat setelah itu, Jokowi pun akhirnya mengakhiri ‘drama’ tersebut dengan menyalami dan memberikan Yusri sebuah unit sepeda seperti yang dilakukannya di berbagai kesempatan.
Sementara itu, dalam pidato pada perayaan HPN kali ini, Jokowi menyampaikan bahwa peran pers sangat diperlukan sebagai pilar penegak kebenaran serta fakta. Selain itu dirinya juga meminta pers membangun narasi kebudayaan dan peradaban baru serta memotret dinamika masyarakat yang semakin cepat.(fan/faz)