Global-News.co.id
Indeks Kesehatan

Kerugian Ekonomi akibat  Nyamuk Capai  2 T

Banyak nyamuk di rumahku /Gara-gara aku/ Malas bersih-bersih….

Syair lagu anak-anak  yang pernah dipopulerkan Enno Lerian –semasa kecil— sekilas memang biasa saja. Tapi kalau dicermati, lirik lagu itu mengandung ajaran yang luar biasa. Apalagi  melihat  angka kerugian ekonomi yang timbul gara-gara nyamuk, sungguh fantastis Rp 2 triliun!

Memasuki musim pancaroba, seiring mulai datangnya hujan, harus diwaspadai penyakit yang menyertai. Salah satunya demam berdarah, penyakit yang menular lewat vektor gigitan nyamuk Aedes Aegypti.  Selain nyamuk Aedes, ada dua jenis nyamuk lagi yang banyak “beredar” yaitu anopheles dan culex.

Posisinya yang berada di daerah tropis, membuat Indonesia punya ancaman penyakit yang ditularkan nyamuk. Beberapa penyakit yang ditularkan vektor nyamuk dan sudah terkonfirmasi (ditemukan) di Indonesia adalah demam berdarah dengue (DB), malaria, chikukunya, dan zika.

Belakangan, jumlah penyakit yang ditularkan nyamuk semakin meningkat. Salah satu pemicunya adalah populasi nyamuk yang semakin banyak akibat perubahan iklim global. Konsultan penyakit tropik dan infeksi dari Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Indonesia (PETRI), Dr dr Leonard Nainggolan SpPD-KPTI menyebutkan, suhu global yang meningkat, menyebabkan nyamuk semakin suka kawin, bertelur terus sehingga meningkatkan penyakit yang ditularkannya. Ini lantaran semakin banyak nyamuk, berarti semakin banyak membutuhkan darah untuk hidup, yang berarti individu yang terinfeksi akibat gigitannya semakin banyak.

Dia mengingatkan, setiap hari seekor nyamuk betina bisa menghasilkan 100 butir telur. Telur nyamuk Aedes dalam keadaan kering bisa bertahan hingga 6 bulan.  Saat terkena air, telur kering ini bisa berpindah dan menetas menjadi larva di daerah lain. Larva ini sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Penyebaran penyakit akan mudah kalau irigasi kurang bagus atau hujannya on/off, artinya hari ini hujan besok panas beberapa hari lalu hujan.  “Kalau hujan terus, telur akan ikut mengalir. Tapi kalau panas, hujan dan panas lagi, telur yang tadinya ikut aliran air akan ikut berhenti lantaran ketiadaan air  yang jadi media untuk menetas,” ujar Leon dalam Media Briefing – Nyamuk Bandel, Perkembangan, dan Wabah yang Ditimbulkan,  Kamis (12/10).

Meningkatnya suhu global juga membuat nyamuk jadi lebih bandel karena semakin pintar beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Yang dimaksud nyamuk yang tadinya mudah mati dengan obat nyamuk yang mengandung organofosfat misalnya, kini mulai kebal dan tidak mati dengan zat tersebut. Nyamuk adalah hewan kecil yang paling cepat beradaptasi dengan lingkungan.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 menunjukkan jumlah kasus kematian akibat gigitan nyamuk mencapai 725.000. Jumlah penyakit yang ditularkan  nyamuk mencapai 17% dari seluruh penyakit menular, dengan kematian mencapai 1 juta per tahun, dan paling banyak terjadi di Afrika.

Selain itu, berdasarkan data WHO 2015, lebih dari 2,5 miliar orang di lebih dari 100 negara berisiko tertular demam berdarah dan 3,2 miliar orang berisiko tertular malaria.  Ada tiga penyakit utama yang ditularkan melalui nyamuk, yaitu malaria, demam berdarah, dan filariasis.

Dr Leon menyebut, berdasarkan penelitiannya pada 2009, 1 kasus DB menghabiskan rata-rata Rp 1,5 juta, belum termasuk transportasi dan lost of income dan biaya penanggulangan wabah.

Dari perhitungan menyeluruh, kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat nyamuk  pada 2016 mencapai sekitar Rp 2 triliun. “Memang itu bukan semata-mata biaya untuk penanggulangan, pengobatan, tapi juga menghitung produktivitas yang terganggu akibat penyakit yang disebabkan nyamuk.  Misalnya harus bolak balik ke rumah sakit untuk berobat ada pengeluaran tambahan, karena sakit tidak bisa bekerja pendapatannya jadi berkurang, keluarga yang menunggu si sakit jadi berkurang penghasilannya,” ujarnya.

Tabel:  Nyamuk  dan Kerugian di Indonesia

Jenis Nyamuk       Penyakit                      Jumlah Penderita              Kerugian

Anopheles            Malaria                            218.850                         Rp 892 miliar

Aedes Aegypti     Demam Berdarah            204.000                          Rp 986 miliar

Culex                   Filariasis/kaki gajah           19.000                           Rp   36 miliar

Selain menyebabkan demam berdarah, nyamuk Aedes juga menyebabkan yellow fever, zika, dan chikungunya. Tiga penyakit –DB, chikungunya, dan zika– sudah terkonfirmasi pernah terjadi di Indonesia.

Sementara  nyamuk Anopheles menyebabkan penyakit malaria dannyamuk Culex (nyamuk rumah/kebon) yang dapat menularkan kaki gajah (filariasis) danenchepalitis.retno

baca juga :

Risiko Kematian Tinggi, Lansia Jangan Ragu Divaksinasi Covid-19

Titis Global News

Sekdaprov Jatim : Kelola Rumah Sakit Harus Gunakan Hati

Redaksi Global News

Didi Kempot Akan Dimakamkan di Ngawi