MADIUN (global-news.co.id)-Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo menggelar wayang kulit di kampung halamannya di Desa Palur, Kec. Kebonsari, Kab. Madiun, Jumat (6/10/2017) tadi malam. Pagelaran wayang ini sebagai wujud rasa syukur Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jawa Timur dan keluarganya.
Pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan Ki Dalang Anom Suroto dan Ki Bayu Aji sengaja mengambil lakon ‘Kalimataya’. Dalam sambutannya, Pakde Karwo mengungkapkan lakon ‘Kalimataya’ memiliki makna sangat mendalam terkait bentuk kepemimpinan yang istilah kekiniannya sustainable and change.
Artinya, menurut Pakde, seorang pemimpin baru harus membawa kebaikan, terutama hal-hal baik dari pemimpin sebelumnya. Begitu pula pemimpin saat ini, harus mampu membimbing generasi selanjutnya. Dengan demikian, masyarakat bersama dengan pemimpin atau raja barunya tersebut bisa sambung dan mencapai segala keinginannya. “Pemimpin harus mampu memimpin masyarakatnya dengan baik. Pemimpin harus mampu memimpin masyarakatnya tanpa gaduh. Pemimpin tidak boleh menjelekkan pemimpin sebelumnya,” papar gubernur asli Madiun ini.
Dalam kesempatan sama, Pakde menyampaikan doa, agar Indonesia, pada umumnya, dan Jatim serta Kab. Madiun khususnya dalam suasana yang senantiasa kondusif, tentram, aman dan nyaman. “Semoga Indonesia dan Jatim, para petaninya memperoleh panen yang baik dan memperoleh keuntungan melimpah,” harapnya di hadapan ribuan masyarakat yang memadati lapangan Desa Palur Kebonsari tersebut.
Pakde Karwo menceritakan latar belakang pagelaran wayang kulit di kampung kelahirannya di Madiun. Wayang kulit semalam suntuk merupakan kesenian budaya masyarakat dengan mayoritas bermatapencarian petani menjadi sarana memberikan tuntunan dan tontonan untuk masyarakat. Isinya petuah petuah positif.
Menurut Pakde Karwo, tuntunan lebih penting dibanding tontonan. Tetapi, tuntunan yang diberikan kepada masyarakat akan mudah diterima jika disertai dengan tontonan. “Saya kira masyarakat menyenangi wayang kulit ini karena di dalamnya terdapat banyak pesan yang bermanfaat. Ki Anom Suroto yang terkenal dengan sabetannya diharapkan mampu menyampaikan pesan atau petuah-petuah kepada masyarakat,” ujarnya.
Komitmen Bela Petani
Di depan penonton yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani, Pakde Karwo yang didampingi Wakil Gubernur Saifullah Yusuf menegaskan Pemprov Jatim berkomitmen untuk terus membela dan memihak petani.
Komitmen tersebut antara lain ditunjukkan dengan mengirim surat kepada pemerintah pusat yang berisi penolakan pemberlakuan PPN 10% bagi petani tebu.
Ini dinilainya tidak pas, apalagi rendemen tebu petani hanya 7,3 persen. Tidak hanya tebu, Pakde Karwo juga menolak impor garam yang akan masuk ke Jatim. Menurutnya, Jatim adalah penghasil garam terbesar di Indonesia, sehingga impor garam tidak dibutuhkan.
Terkait gabah, Pakde Karwo mengharapkan petani untuk tidak menjual gabah kering panen. Tetapi, menjual gabah kering giling sehingga ada nilai tambahnya.
Ditambahkan, Pemprov Jatim telah memiliki strategi tersebut, dengan memberikan bantuan alat panen gabah, pengering dan kemasan (packaging). Jika itu dilakukan maka ada nilai tambah menjadi Rp. 12.800 dengan menjadi beras premium. Sementara, jika yang dijual gabah kering panen nilainya akan menjadi Rp. 7.800. Pilot project dilakukan di Jombang pada 13 gabungan kelompok petani.
Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain istri Gubernur Jatim Dra. Hj. Nina Soekarwo beserta keluarga, Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf beserta Hj. Fatma Saifullah Yusuf. Juga, Bupati Madiun, Magetan, Trenggalek, Ngawi serta Walikota Madiun, serta Kepala organisasi peragkat daerah (OPD) Prov. Jatim. (sir*)