MOJOKERTO (global-news.co.id)-Kerja keras Walikota Mojokerto Drs KH Mas’ud Yunus menata tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Randegan, di Kec. Magersari Kota Mojokerto mendapatkan apresiasi positif dari warga baik dari dalam dan luar kota. Ini karena TPA Randegan yang semula kumuh, berbau tak sedap, sehingga membuat warga enggan berkunjung kini TPA tersebut mulai banyak mendapat kunjungan wargadari dalam dan luar.
Warga datang ada yang sekadar bersantai dengan keluarga hingga sampai studi banding. “Kondisi TPA sekarang inilah yang sudah lama kita idamkan,” kata KH Mas’ud Yunus.
Mantan Ketua Dewan Pendidikan Kab. Mojokerto ini mengatakan pembenahan TPA yang dilakukan sekitar 2 tahun, menjadi prioritas pemkot setelah pengasuh Ponpes Al Amin menjadi walikota. Kiai Ud, sapaan akrabnya, mendapatkan banyak keluhan dari warga terkait kondisi TPA yang berbau tak sedap.
Tidak hanya tak berbau, TPA ini juga memiliki taman bermain untuk keluarga, dan laboratorium pendidikan. Dulu yang datang hanya petugas kebersihan, dan pemulung saja, sekarang berbagai elemen masyarakat banyak yang berkunjung dan malah betah berlama-lama.
Abah Ud membenahi TPA sekaligus untuk menunjang akselerasi terwujudnya Kota Mojokerto yang bersih, sehat, dan asri di samping TPA sarana vital bagi kebersihan di Kota Mojokerto. “Kebersihan harus terus dilakukan, agar Kota Mojokerto terus bisa menjadi kota bersih, sehat dan beriman,” katanya.
TPA Randegan kini dilengkapi unit pengolah sampah yang hasilnya bisa dipakai pupuk tanaman, serta energi alternatif. Seperti menghasilkan gas untuk bahan bakar, dan tenaga penggerak diesel pembangkit listrik meski energi alternatif itu baru bisa dikonsumsi warga di sekitar TPA saja. Kawasan itu juga dilengkapi pembibitan berbagai tanaman dan kolam ikan. Karena itu lah kini kawasan TPA dijadikan penelitian para pelajar.
Gentur, mantan staf ahli gubernur kini menjadi Plt Sekdakota Mojokerto, mengaku kagum terhadap kondisi TPA. Saat berkunjung, tidak menduga jika kawasan yang dikunjungi itu TPA. Karena, sejak masuk kawasan TPA tidak tampak gundukan sampah, dan mencium bau tak sedap. Justru yang terlihat, kawasan taman yang indah dilengkapi berbagai tanaman hias, kafe, perpustakaan, sarana bermain untuk keluarga. “Saya baru sadar kalau lokasi itu TPA, setelah saya melihat ada truk sampah lewat di kawasan itu,”ungkapnya saat berkunjung ke TPA Randegan, kemarin.
Kekaguman serupa juga diungkapkan rombongan 8 kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Kabupaten Karawang dipimpin Kepala DLH Kab. Karawang, Wawan Setiawan dan Kepala Bappeda Eka. Kunjungan mereka ingin mengetahui sistem manajemen dan penanganan sampah di Kota Mojokerto dengan program Kampung Bersih, Sehat, Teduh, Indah dan Aman (KASIH SETIA) sehingga bisa meraih Adipura.
Rombongan begitu terkesan karena tak mencium bau busuk khas TPA. Ditambah yang mereka lihat hanya gundukan tanah menyerupai bukit yang hijau, dilengkapi taman bermain dan laboratorium, perpustakaan dan kafe.
Rombongan baru tahu setelah masuk ke dalam dan melihat ada tumpukan sampah basah dan aktifitas puluhan petugas menata sampah yang baru diturunkan dari truk untuk kemudian diolah.
Wawan Setiawan, Kepala DLH Karawang mengaku kagum dengan manajemen pengolahan sampah di Kota Mojokerto. Menurut Wawan Setiawan, Pemkot Mojokerto dinilai sangat berhasil dalam menangani persampahan. Padahal penanganan sampah banyak membuat berbagai daerah pusing.
Widia Utami, Ketua Tim Penilai Nasional Kampung Sehat, termasuk yang terkagum-kagum setelah mengunjungi TPA Randegan. Widia kagum kekompakan antara pemkot dan masyarakat di Kota Mojokerto dimana ada sinergi dari atas sampai bawah.
Perlu diketahui penanganan sampah ini diawali dengan peran ratusan kader motivator kesehatan di setiap RT dari 1.600 rumah tangga tersebar di 3 kecamatan. Tugas kader motivator kesehatan ini, setiap Jumat blusukan ke rumah warga memburu dan membunuh jentik nyamuk, serta mengajak warga memilih sampah di rumah tersebut agar sampah basah dan kering yang memiliki ekonomi dipilah.
Hasilnya, sampah kering bernilai ekonomi seperti barang bekas, seperti plastik, kardus, kaleng bekas dan lain lain dijual ke petugas bank sampah yang ada di setiap RT. Uang hasil penjualan sampah kering setiap warga dicatat dalam buku tabungan. Uang hasil penjualan sampah itu oleh warga dipakai membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mereka setiap tahun.
Sebagai bonus, pemkot menggelar undian umroh dan wisata relegius gratis bagi warga yang berhasil mendapatkan undian tersebut. “Ini kami lakukan supaya masyarakat lebih antusias menyetorkan sampah kering bernilai ekonomi ke Bank Sampah,” katanya.
Sedangkan sampah basah dibuang di bak penampungan sampah sementara di bak sampah yang telah disediakan. Selanjutnya setelah depo sampah penuh oleh petugas sampah itu dikirim ke TPA Randegan untuk diolah sebagai energi alternatif.bas,adv