Global-News.co.id
Indeks Nasional Utama

Gus Mus: Pakai Batik Berarti Ittiba’ Kanjeng Nabi

Gus Mus mengenakan batik saat menghadiri acara.

JAKARTA (global-news.co.id)-Siapa sangka memakai batik merupakan bagian dari ittiba’ atau mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Hal ini pernah disampaikan Mustasyar PBNU KH A. Mustofa Bisri seperti dilansir situs nu online.

Menurut Kiai kharismatik yang akrab disapa Gus Mus ini, pakaian umat muslim Indonesia yang cenderung mengenakan pakaian gaya Arab, seperti berjubah putih, berserban, dan memelihara jenggot bukan salah satu ittiba’.

“Mereka kira, pakaian yang mereka pakai itu pakaian Kanjeng Nabi. Padahal, jubah, serban, sekalian jenggotnya, itu bukan pakaian Kanjeng Nabi. Abu Jahal juga begitu, karena itu pakaian nasional Arab,” ungkap kiai asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Gus Mus menegaskan, bahwa Kanjeng Nabi sangat menghormati tradisi tempat tinggalnya. Buktinya ia memakai pakaian Arab. Nabi tidak membikin pakaian sendiri untuk menunjukkan bahwa dia Rasulullah. “Seandainya, ini seandainya, kalau Rasulullah itu lahir di Texas, mungkin pake jeans,” ujar kiai yang pelukis dan penyair ini.

“Makanya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), saya, make pakaian sini (Jawa); pake batik,” ujarnya sambil menunjuk baju yang dikenakannya: batik coklat motif bunga berbentuk limas berwarna hitam. “Ini, ittiba’ Kangjeng Nabi. Ya begini ini, bukan pake serban, berjenggot. Itu ittiba’ Abu Jahal juga bisa. Tergantung mukanya,” tegasnya.

Gus Mus menegaskan, jadi, perbedaan antara Abu Jahal, Abu Lahab dengan Kanjeng Nabi adalah air mukanya, bukan pakaiannya. Kanjeng Nabi itu wajahnya tersenyum, Abu Jahal wajahnya sangar. Kalau ingin iitiba’ Kanjeng Nabi, pake serban pake jubah, wajah harus tersenyum.

Gus Mus lalu mengisahkan, pada zaman Nabi, kalau ada sahabatnya yang sumpek, mempunyai beban, ketemu Kanjeng Nabi, melihat wajahnya, hilang sumpeknya. “Sekarang ini, nggak. Pakaiannya aja yang sama. Kita nggak sumpek, nggak apa, lihat wajahnya malah sumpek,” pungkasnya.

Senada dengan Gus Mus, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj bersyukur bahwa batik, salah satu khas pakaian Indonesia masih bertahan walaupun memasuki era digital. “Alhamdulillah kita dijajah Belanda selama 350 tahun, batik tidak hilang,” kata Kiai Said.

Menurut kiai asal Cirebon tersebut, batik adalah ciri khas Indonesia yang unik dan mengandung filosofi daerah dimana ia dibuat. Seperti batik Yogya, Cirebon, Solo, Pekalongan, dan daerah memiliki filosofinya masing-masing.

“Orang dulu membuat motifnya itu tidak sembarangan. Apalagi yang batik tulis. Konon katanya ketika akan membatik itu ada yang tirakat dulu sebab ada yang sampai dua tahun. Konon begitu yang batik tulis. Itu untuk keberkahan,” katanya menjelaskan.

Ia menyebut juga bahwa orang yang membatik bukan hanya semata-mata mencari materi atau uang, tapi mempertahankan jati diri karena soal uang itu tak setimpal dari daya ciptanya.

Menjadi warga negara Indonesia, menurut Kia Said adalah amanat dari Allah SWT. “Saya jadi orang Indonesia bukan pilihan. Tiba-tiba Tuhan menghendaki saya jadi orang Indonesia, itu kan anugerah, amanah dari Tuhan,” tegasnya.

Batik, kata dia adalah produk budaya manusia Indonesia. Sedangkan budaya adalah pembeda antara manusia dengan binatang. Sebelum lahir, seseorang sudah berada dalam budaya tertentu dalam aturan tata cara pakaian dan tata cara hidup tertentu.

Lebih jauh Kiai Said mengatakan orang Indonesia orang yang berpakaian Arab tidak ada hubungannya dengan kedalaman keberagamaan seseorang. Karena di zaman Rasulullah saja yang menggunakan pakaian seperti itu adalah Abu Jahal dan Abu Lahab.

Dalam Islam, sambung Kiai Said, yang penting dalam berpakaian itu menutup aurat. “Mau sarung, kain, jilbab, kebaya, sari India, celana asal tidak terlalu ketat, yang penting menutut aurat. Adapun jika budaya bertabrakan dengan Islam, maka Islam meluruskan. Yang tidak bertabrakan, kita pertahankan,” tegasnya.

UNESCO mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. Tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Peringatan Hari Batik Nasional melalui Penerbitan Kepres No 33, 17 November 2009. Selamat Hari Batik. * nuo

 

baca juga :

Hadiri HUT ke-8 Partai NasDem, Gubernur Khofifah Tegaskan Jatim Jantungnya Indonesia

Redaksi Global News

Besaran UMK 2021 di 38 Daerah Jatim Diumumkan, Tertinggi Surabaya

Redaksi Global News

‘Pesantren, Nalar dan Tradisi’ Karya Badrut Tamam Jadi Koleksi Perpustakaan Bung Karno

gas