Global-News.co.id
Indeks Nasional Utama

NU-Muhammadiyah Kutuk Keras Perlakuan Israel

Ribuan umat muslim di Palestina terpaksa harus salat di Gerbang Singa menuju komplek Haram Al-Sharif dan Masjid Al-Aqsa, karena tidak diperbolehkan masuk ke Masjid Al-Aqsa oleh militer Israel.

JAKARTA (global-news.co.id)-Ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, mengutuk militer Israel yang telah melakukan penyerangan terhadap warga Pelestina yang sedang salat, dan pembatasan bagi kaum muslim untuk beribadah di Masjid Al Aqsa. Tidak hanya itu, dua ormas besar di Indonesia ini juga mengecam adanya pengawasan ketat terhadap warga Palestina yang hendak beribadah di Masjid Al Aqsa.

Hal ini dibuktikan dengan adanya pemasangan detector logam, dan CCTV di setiap sudut kompleks masjid Al Aqsa. “Kami mengutuk keras tindakan yang dilakukan militer Israel. Jelas ini tragedi kemanusiaan,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, di Jakarta, Selasa (25/7/2017).

Kiai Said menegaskan, siapapun harus menghormati orang sedang beribadah, apakah itu di masjid atau di tempat lain. “Harusnya menghormati orang beribadah. Di masjid lagi, atau minimal di halaman masjid. Jelas (perlakuan Israel) biadab sekali,” tegasnya.

Karena itu, Kiai Said mendesak pemerintah terus berperan aktif mengajak negara-negara dunia menghentikan tindakan Pemerintah Israel melarang muslim beribadah di Masjid Al-Aqsa. Untuk menghentikan tindakan Israel tersebut, tidak cukup dengan mengecam tetapi peran aktif dari negara-negara di dunia termasuk Indonesia. “Pemerintah agar berperan aktif untuk membantu,” katanya.

PBNU kata dia, tidak bisa berbuat banyak. Termasuk, mengirim relawan kemanusiaan ke Palestina. Sepenuhnya ia menyerahkan masalah itu ke pemerintah. “Itu terserah pemerintah yah,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengutuk keras terjadinya kekerasan yang dilakukan pemerintah Israel di Masjid Al-Aqsa. PP Muhammadiyah meyakini dunia Islam tidak akan diam melihat kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) kepada rakyat Palestina.

“Karena itu PP Muhammadiyah mendesak kepada seluruh umat Islam untuk menggalang solidaritas Islam bagi bangsa dan rakyat Palestina,” kata Ketua Bidang Hubungan dan Kerja Sama Luar Negeri, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Bahtiar Effendy.

Ia mengatakan, merebaknya kekerasan di komplek Masjid Al-Aqsa berpotensi memperburuk krisis Palestina-Israel. Krisis bermula dari pemasangan alat pemindai metal di Gerbang Singa menuju komplek Haram Al-Sharif dan Masjid Al-Aqsa. “Pemasangan alat pemindai metal sebagai respon atas penembakan tiga pemuda Arab-Israel yang menewaskan dua polisi Israel ini memicu protes besar-besaran dari kaum Muslim di Tepi Barat,” ujarnya.

Ia menerangkan, pemasangan alat pemindai metal tersebut dianggap sebagai perluasan sepihak kekuasaan Israel di kawasan Masjid Al-Quds. Sebab, seharusnya kawasan Masjid Al-Quds berstatus bebas akses bagi kaum Muslim untuk menjalankan ibadah di dalamnya.

Prof Bahtiar menegaskan, PP Muhammadiyah mendesak Israel untuk menghormati Hukum Internasional dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Serta mendesak untuk tidak mengubah status quo Masjid Al-Aqsa yang dapat diakses oleh kaum Muslim untuk beribadah dan ziarah.

“Kebrutalan yang terus menerus dilakukan Israel terhadap Palestina hanya akan memunculkan reaksi balik yang pada akhirnya hanya akan menambah eskalasi radikalisme dunia,” jelasnya.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi sebelumnya, juga mendorong pemulihan hak beribadah bagi umat Islam di Masjid Al-Aqsa yang telah ditutup oleh Pemerintah Israel sejak beberapa hari terakhir.

Indonesia juga telah membicarakan hal itu dengan Menlu AS, dan menekankan bahwa Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci yang penting bagi umat Islam, sehingga perlu dilakukan pemulihan hak beribadah bagi warga muslim Palestina. Indonesia juga telah meminta semua pihak untuk menekan eskalasi seminimal mungkin, termasuk pentingnya Dewan Keamanan PBB untuk segera turun tangan menyelesaikan kasus itu.

Seperti diketahui, pasukan Israel menyerang demonstrasi pada Jumat 21 Juli 2017. Mereka melepaskan tembakan peluru tajam, gas air mata serta peluru karet ke arah warga yang tidak bersenjata.

Tiga warga Palestina tewas dalam bentrokan di sekitar Kota Tua Yerusalem pada Jumat 21 Juli. Itu merupakan kekerasan jalanan terburuk sejak beberapa tahun terakhir di area tersebut.

Sebelumnya, Israel menerapkan aturan melarang pria Palestina berusia di bawah 50 tahun untuk masuk ke dalam komplek Al-Aqsa dan memasang detektor metal yang memicu terjadinya protes. * jn, rpl, nas

baca juga :

Fornas 2023: Walikota Optimistis Atlet Surabaya Raih Medali Terbanyak

Sambut Positif Undangan Arab Saudi, Biro Umrah Tolak Aturan Satu Pintu

Redaksi Global News

Jaga Daya Beli, Harga BBM-Listrik Tetap

Redaksi Global News