Global-News.co.id
Indeks Nasional Utama

Geger Salat Menghadap Matahari, PBNU: Itu Kreasi Manusia

Asrorun Niam-Katib Syuriah PBNU

JAKARTA (global-news.co.id)-Geger salat menghadap matahari di Sumedang yang dipimpin oleh perempuan bernama Elah, akhirnya menyita perhatian sejumlah Ormas keagamaan. Meski aliran menyimpang ini telah dihentikan, namun ajaran seperti ini harus tetap diwaspadai.

Katib Syuriah PBNU Asrorun Niam menegaskan, salat menghadap matahari, merupakan hasil kreasi dari Elah sendiri. Padahal, ibadah salat itu memiliki ketentuan, dan tidak bisa berdasarkan kreasi manusia.

Ia menjelaskan, setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah terkait dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam ajaran agama Islam, ada rukun Islam yang di antaranya membaca syahadat dan salat. “Salat harus memenuhi ketentuan syarat, rukunnya yang sudah ditetapkan, bukan kreasi dari manusia,” kata Asrorun, Sabtu (15/7/2017).

Salah satu syarat sah pelaksanaan salat adalah menghadap kiblat dalam kondisi tahu arah kiblat. Jika seseorang mengetahui arah kiblat sesuai dengan ketentuan agama tapi dia tidak menghadap kiblat, salatnya tidak sah. “Yang pasti, beragama butuh ilmu, jadi tidak hanya sekadar semangat, tapi butuh ilmu pengetahuan, maka penting belajar ke ahlinya,” ujarnya.

Menurut Asrorun, ada beberapa kemungkinan terkait dengan aliran yang dipimpin Elah menghadap matahari. Salah satunya mungkin kelompok itu belum mengetahui ajaran yang sebenarnya. “Maka tugas dan tanggung jawab kita untuk melakukan pembimbingan. Tokoh agama terdekat yang bisa memberikan pembimbingan serta Kemenag agar tak ada praktik penyimpangan serta mencegah masalah sosial,” tuturnya.

Selain itu, Asrorun mengimbau Elah dan pengikutnya belajar agama dari guru-guru yang memang berilmu. Semangat keagamaan harus didasari ilmu keagamaan. “Karenanya, mari kita bersama melaksanakan seusai dengan koridor syariah. Kita perlu menelaah dari sumbernya yang otentik, sanad keilmuan dari guru-guru yang memberikan keteladanan,” ujarnya.

Sementara itu, Dadang Wahyudi anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sumedang menegaskan, aktivitas aliran itu sudah berhenti. “Aktivitas pengajian sudah dihentikan. Tidak ada pengajian ibu-ibu atau remaja, semuanya sudah diserahkan ke ketua RW,” kata Dadang, Sabtu (15/7/2017).

Dia mengatakan MUI belum melihat aliran tersebut. Aliran salat menghadap matahari baru sebatas pengakuan murid-murid Elah. Dadang menduga maksud salat menghadap matahari adalah posisi salat mengarah ke timur. “Salat menghadap arah matahari baru ungkapan dari murid-muridnya, belum ada indikasi praktik,” kata Dadang.

MUI masih terus menghimpun informasi. Dadang menegaskan di wilayahnya tidak ada masyarakat yang melaksanakan praktik salat menghadap matahari. “Tapi kalau dulu di Pakenjeng, Garut, mah ada dan saya pernah dengar,” ujarnya. * dtk, nas

baca juga :

Liga 1: Ditahan PSIS, Persebaya Belum Berhasil Raih Kemenangan

Redaksi Global News

Hadiri Showcase KKI 2020, Arumi Apresiasi BI Regional Jatim Dampingi UMKM

Redaksi Global News

Masif Gelar Rapid Test, DPRD Surabaya Apresiasi Gerak Cepat Kolaborasi BIN dan Pemkot