Global-News.co.id
Indeks Utama

Asgardia, Calon Negara Luar Angkasa yang Diminati Ribuan Warga Indonesia

 

JAKARTA (global-news.co.id)-Asgardia, bakal negara pertama di luar angkasa seandainya benar-benar terwujud. Ratusan ribu orang dari berbagai negara di dunia berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi calon warganya. Termasuk ribuan warga Indonesia terdaftar sebagai calon penduduknya.

Belum jelas kapan negara pertama di luar angkasa ini beroperasi. Namun, rentetan satelit dilaporkan dilesatkan ke luar angkasa dengan simbol Asgardia-1 pada 12 September 2017 nanti yang diluncurkan dari negara yang disebut memiliki “pengalaman ruang angkasa”. Sedangkan peluncuran pesawat induk Asgardia, kata Ashurbeyli, dilakukan di negara berkembang yang tak menandatangani Perjanjian Ruang Angkasa. Hal ini karena berdasarkan perjanjian internasional yang lahir selama era Perang Dingin 1967, mengharuskan semua aktivitas ruang angkasa dilakukan oleh negara, bukan perorangan ataupun swasta. Ini jelas tak sesuai dengan semangat tim Asgardia yang tak ingin melibatkan negara dalam membentuk negara-bangsa ruang angkasa pertama di bumi.

Igor Ashurbeyli, penggagas Asgardia pada bulan lalu, mengatakan, Asgardia diperkirakan nantinya berada di ketinggian sekitar 161-321 kilometer dari permukaan Bumi atau hampir setara dengan ketinggian Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Pesawat induk Asgardia, kata Igor Ashurbeyli, akan terbang di bawah ataupun di luar orbit bumi.

GN
Tampilan wilayah Indonesia dimana terdapat Asgardian

Anggota tim proyek Asgardia, Joseph Pelton, mengatakan negara antariksa Asgardia juga akan melindungi Bumi dari asteroid dan debu antariksa. “Bumi membutuhkan pesawat ruang angkasa yang besar untuk pertahanan dari semua hal tersebut,” ujar pria yang juga direktur emeritus Badan Penelitian Ruang Angkasa dan Sistem Komunikasi Lanjutan Universitas George Washington itu.

Dikutip dari situsnya, nama Asgardia berdasarkan dalam mitologi Norse kuno, Asgard adalah sebuah kota di langit, negara para Dewa. Ini adalah realisasi impian abadi manusia untuk meninggalkan tempat lahirnya di Bumi dan berkembang ke alam semesta.

Asgardia, berdasarkan keterangan dari situsnya, nantinya akan menjadi negara yang sepenuhnya matang dan merdeka, dan juga anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di masa depan dengan semua atribut yang dimiliki status ini; pemerintah dan kedutaan, bendera, lagu kebangsaan dan lencana nasional, dan sebagainya.

Tak hanya sampai di situ, proyek tersebut juga membahas mengenai berbagai konsekuensi seandainya nanti benar-benar menjadi sebuah negara berdaulat. Setelah Asgardia diakui sebagai anggota PBB, pertanyaan tentang alasan pemberian kewarganegaraan pasti akan muncul.

Dalam akun halaman Facebook yang dikelola tim pencetus negara Asgardia, banyak pertanyaan soal status kewarganegaraan kalau nantinya benar-benar terwujud. Pada akun halaman Facebook “Asgardia Indonesia”, sejumlah warga Indonesia yang penasaran bertanya tentang nasib kewarganegaraan mereka jika Asgardia resmi beroperasi dan mereka diterima sebagai warga negara.

Pengguna akun Patricia Devina, misalnya, mengajukan pertanyaan; “Saya ingin mendaftar tapi maaf apa tidak apa-apa warga Indonesia mendaftar di sana? Karena negara kita tidak memperbolehkan dwi kewarganegaraan.

Admin Asgardia Indonesia pun menjawab; “Halo! Untuk sekarang tidak masalah karena Asgardia belum dianggap sebagai suatu negara. Ketika Asgardia sudah dianggap menjadi negara, maka tergantung kebijakan Indonesia terhadap Asgardia saat itu.”

GN
Lambang bendera Asgardia

Igor Ashurbeyli dalam situs Asgardia rupanya sudah mengantisipasi hal tersebut. “Pertanyaan tentang kewarganegaraan Asgardia juga penting. Setelah Asgardia diakui sebagai anggota PBB, pertanyaan tentang alasan pemberian kewarganegaraan pasti akan muncul. Salah satu pendapatnya adalah bahwa Asgardian (sebutan untuk warga Asgardia) pertama adalah mereka yang bekerja di bidang penelitian dan eksplorasi ruang angkasa, dan teknologi ruang angkasa, serta investor di bidang ini, termasuk investor kecil,” tulis Ashurbeyli.

Setidaknya hingga Rabu (26/7/2017), tercatat total ada 274.473 orang dari 226 negara telah mendaftar. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.661 orang Indonesia telah mendaftar dan jumlah ini diperkirakan terus bertambah.

Lebih lanjut, sebanyak 84 persen warga Indonesia yang mendaftarkan diri sebagai Asgardian adalah laki-laki, dan 16 persennya adalah wanita.

Dari peta yang ada di laman web-nya, tampak persebaran pendaftar di Indonesia tersebar di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Bekasi, Banjarmasin, Makassar, Gorontalo, dan kota-kota lain di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Mengacu dari laman web tersebut, sementara ada 855 orang dari Jakarta yang mendaftarkan diri untuk menjadi Asgardian. Disusul Bandung dengan 343 orang, Surabaya sebanyak 248 orang, Tangerang sebanyak 240 orang, dan Bekasi ada 231 orang.

Tentu saja jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah apalagi cara mendaftarnya yang sederhana. Hanya membuka situs Asgardia.space dan melakukan log in. Log in pun disediakan melalui akun Facebook, Google dan Linkedin yang terkoneksi langsung dengan situs Asgardia.

Untuk mendaftar, seseorang akan diminta mengisi data diri, seperti nama, alamat, tanggal lahir, kota tempat tinggal, jenis kelamin, asal negara dan sejumlah data lain. Setelah itu, pendaftar akan menerima nomor ID.

Igor Ashurbeyli mengatakan ia butuh puluhan ribu warga sebelum mereka mendaftarkan diri sebagai sebuah negara ke Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Meski begitu, tak semua Asgardian wajib hidup di negara antariksa tersebut, layaknya penduduk bumi lain yang tinggal di luar negara mereka. “Kini, desain bendera dan lambang negara sedang disiapkan,” ujarnya. “Asgardia merupakan refleksi cermin dari bumi di ruang angkasa tanpa batas. Tak ada kendala agama dan batas negara, sebagai individu yang independen, bukan mewakili negara,” ucap Ashurbeyli.

Tentang Igor Ashurbeyli

Igor Ashurbeyli, sang penggagas negara Asgardia lahir pada 9 September 1963. Dia  adalah ilmuwan Rusia kelahiran Azerbaijan. Dia juga dikenal sebagai pengusaha dan dermawan.

Pada tahun 1988, dia menjadi pendiri dan general manager (GM) pertama  Socium. Socium awalnya merupakan perusahaan perangkat lunak dan konsultan kecil dan sekarang menjadi perusahaan induk besar dengan lebih dari 10.000 karyawan di seluruh dunia.

Slogan Socium adalah ”Per Socium Ad Astra” yang menekankan perlunya masyarakat dan kerja sama di jalan manusia menuju bintang dan eksplorasi ruang angkasa. Aktif dalam bisnis dan sains, Ashurbeyli tidak berafiliasi dengan organisasi atau gerakan politik manapun. Sebaliknya, Ashurbeyli lebih suka berpartisipasi dalam komunitas pakar ilmuwan, profesional dan pengusaha.

Pada tahun 2010, dia dianugerahi “State Science & Technology Prize” atas prestasinya dalam pengembangan dan penggunaan sistem komunikasi mikro-teknologi generasi baru dan kontrol untuk sistem pertahanan udara bergerak serta fasilitas penting. Penghargaan itu merupakan kehormatan tertinggi yang dapat dicapai ilmuwan Rusia. Pada tahun 2016, dia dianugerahi “Gold UNESCO Medal” atas kontribusi pengembangan nanosains dan teknologi nano.(ins/faz)

baca juga :

Komisi C Sebut Pembangunan Underpass Taman Pelangi Kembalikan Fungsi RTH

Redaksi Global News

Sri Mulyani Beberkan Utang Luar Negeri yang Menggunung

Redaksi Global News

Semester 1 2021, Kinerja Subholding Upstream Pertamina Tunjukkan Tren Positif

Titis Global News