Global-News.co.id
Indeks Pantura Utama

Waduk Pacal Krisis Air, Lahan Pertanian Bojonegoro Terancam

WADUK PACAL: Sejumlah warga saat mengisi waktu luang dengan memancing di Waduk Pacal, yang mulai mengalami krisis air.

BOJONEGORO (GN)-Warga Bojonegoro yang berada di kawasan Kecamatan Temayang mulai dibayangi kekeringan. Pasalnya, kebutuhan air yang bergantung pada Waduk Pacal mulai kritis. Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi kebutuhan air bersih warga, dan lahan pertanian yang selama ini bergantung pada Waduk Pacal.

Berdasarkan catatan Dinas Pengairan Bojonegoro menyatakan stok air Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang tersisa tinggal sekitar 9,3 juta meter kubik per 14 Juni. “Stok air Waduk Pacal kritis, karena yang tersisa tidak akan mencukupi untuk tanaman padi musim tanam (MT) II, pada Juli,” kata Kasi Pemanfaatan Sumber Air Dinas Pengairan Bojonegoro, Sutiyono, Rabu (14/6/2017).

Karenanya, Sutiyono jauh-jauh hari telah mengingatkan kepada para petani di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal, agar tidak menanam padi melainkan palawija. Sebab, pada MT II kebutuhan air yang masih tersisa tidak akan mencukupi memenuhi kebutuhan tanaman padi.

“Tetapi biasanya ada saja petani yang nekad menanam padi yang sifatnya sepekulasi,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, tanaman padi pada MT II di sepanjang daerah irigasinya, antara lain, di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo, Kepohbaru dan kecamatan lainnya, sekarang ini masih ada yang membutuhkan air.

Karena tanaman padi di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal dengan luas mencapai 15.824  hektare  usianya berkisar 35-65 hari sehingga masih ada yang membutuhkan air. Selain itu, juga ada tanaman padi sekitar 4.500 hektare yang tidak masuk jaringan irigasi, tetapi bisa mengambil air Waduk Pacal dengan memanfaatkan pompa air.

Oleh karena itu, kata dia, petani di sepanjang daerah irigasinya masih ada yang akan meminta pasokan air Waduk Pacal untuk mencukupi kebutuhan tanaman padi MT II. “Akan ada petani yang mengajukan permitaan air Waduk Pacal,” ucapnya.

Yang jelas, menurut dia, Waduk Pacal yang sekarang ini ketinggian pada papan duga 110,29 meter (sekitar 9,3 juta meter kubik) sudah tidak memperolehan tambahan air hujan karena sudah kemarau. Tidak hanya itu, lanjut dia, tanaman padi di sepanjang daerah irigasinya juga tidak lagi memperoleh air hujan, karena hujan sudah langka.

“Waduk Pacal tidak memperoleh tambahan air hujan sejak pintu pengeluaran ditutup pada 31 Mei lalu,” ucapnya menegaskan.

Pada awal dibangun Belanda pada 1933, Waduk Pacal mampu menampung air mencapai 42 juta meter kubik. Namun, sekarang daya tampungnya menurun, disebabkan sedimen yang masuk waduk mencapai 15 ribu meter kubik per tahun, yang dipengaruhi rusaknya daerah tangkapan air dan rusaknya bangunan pelimpas. * ara

baca juga :

Ngopi Bareng untuk Wonoayu Adem Ayem dan Satlantas Berbagi

Redaksi Global News

Pimpinan Dewan Optimistis Jatim Raih Opini WTP di Tengah Pandemi Corona

Redaksi Global News

Hadapi Arema FC, Persikabo 1973 Tak Mau Kehilangan Poin

Redaksi Global News