Global-News.co.id
Indeks

Keponakan Mensos Khofifah Raih Gelar Doktor Pengembangan SDM

Ries Dyah Fitriyah (kanan) saat ujian terbuka doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.
Ries Dyah Fitriyah (kanan) saat ujian terbuka doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

SURABAYA (global-news.co.id) – Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Ries Dyah Fitriyah SIP MSi meraih gelar Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) pada Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin (27/2).

Ries Dyah merupakan putri kandung Aisyah Masykur Hasyim, yang tak lain kakak pertama Menteri Sosial (Mensos) RI Khofifah Indar Parawansa. Dengan demikian Ries Dyah adalah keponakan Khofifah.

Gelar tertinggi dalam akademik ini diperoleh Ries Dyah usai menjalani ujian terbuka doktor lewat disertasi berjudul “Revitalisasi Harmoni Sosial Melalui Modal Sosial Pemimpin Lokal”.

Sidang promosi doktor dipimpin Prof Dr H Musta’in Mashud MSi sebagai promotor dengan Dr Falih Suaedi Drs MSi selaku ko-promotor. Sementara penguji disertasi diketuai Prof Dr L Dyson P Drs MA dengan anggota Prof Dr H Musta’in Mashud MSi, Dr Falih Suaedi Drs MSi, Prof Dr Subagyo Adam MS, Prof H Kuntoro dr MPH Dr PH, Prof Dr MV Roesminingsih MPd dan Dr Erna Setijaningrum MSi.

Turut hadir sebagai undangan akademik yang mengajukan pertanyaan di antaranya Prof Dr Moh Ali Aziz M.Ag, Dr HM Syamsul Huda M. Fil.I, Dr Rr Roro Suhartini MSi, Dr H Ahmad Muhibin Zuhri M.Ag serta Dr Fefe Alisugito S.Psi

Dalam pemaparannya, Ries Dyah menyampaikan penelitian ini dilatarbelakangi adanya dinamika konfliktual yang melanda masyarakat nelayan di Desa Kalirejo, Pasuruan. Penduduk di desa ini adalah muslim yang terdiri dari etnis Jawa dan Madura, tapi kerap diwarnai bentrok antarwarga yang melibatkan dua dusun di desa tersebut.

Dalam konteks penyelesaian konflik, pemimpin lokal yang memiliki modal sosial berupa kepercayaan maupun jaringan luas di masyarakat berupa koneksivitas serta mampu membangun norma saling peduli dan memiliki, terbukti mampu merevitalisasi harmoni sosial.

Ada dua tahap perdamaian yang dilakukan pemimpin lokal. “Pertama, mengikuti pola perdamaian yang dibentuk aparat kemananan sesuai dengan permintaan dan MoU masyarakat luar. Damai pada tahap ini sebagai struktur damai yang dibentuk dan bersifat constraining,” katanya.

Tahap kedua, lanjutnya, pemimpin lokal melakukan pemaknaan damai dari sudut pandang agama dan rasionalitas ekonomi. Pemaknaan terjadi setelah pemimpin lokal melakukan negosiasi.

“Pemimpin lokal yang melakukan pemaknaan adalah pemimpin yang memiliki modal sosial, baik bersumber dari potensi ekonomi maupun kultur,” tandasnya.(rdl)

baca juga :

PBNU Bentuk Komite Kemanusiaan dan Kemerdekaan Palestina

Busana Adat Ramaikan Peringatan Sumpah Pemuda di Gresik

Redaksi Global News

Kunjungan ke FPI Disoal, Kedubes Jerman Sebut Pandemi Tak Berarti HAM dan Kebebasan Berkumpul Ditindas

Redaksi Global News