JAKARTA (global-news.co.id) – Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa memberi dukungan dan arahan pasangan suami istri (pasutri) asal Malang, Hakam Mabruri (34) dan Rofingatul Islamiah (34) warga Desa Gading, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang akan bersepeda keliling dunia dengan membawa pesan perdamaian.
Dalam arahannya Mensos menyampaikan bahwa kegiatan yang dilakukan pasutri ini sangat positif, namun juga tidak mudah karena menempuh jarak yang sangat jauh serta memerlukan persiapan matang. Untuk itu Khofifah berpesan agar keduanya menyiapkan fisik, perlengkapan, perizinan dan perencanaan perjalanan.
“Mereka akan membawa misi perdamaian dan kerukunan antaumat beragama ke sejumlah negara. Sampai hari ini mereka sedang berproses untuk mendapatkan surat keterangan dari Kemenlu. Aspek legalitas ini penting disamping juga persiapan fisik dan rencana perjalanan yang matang supaya tujuan mereka tercapai,” terang Khofifah.
Mensos mengatakan di setiap negara yang dikunjungi, Hakam dan Rofi rencananya akan bertemu para tokoh-tokoh perdamaian. Mereka ingin mengetuk hati para tokoh dan warga dunia untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan kerukuran antarsesama manusia.
Hakam mengatakan perjalanan panjangnya bersama istri akan dimulai dari Indonesia menuju Malaysia, Thailand, Nepal, India, Oman, Uni Emirat, Arab, Jordan, Israel dan berakhir di Mesir. Diperkirakan seluruh rangkaian perjalanan ini akan menempuh waktu delapan bulan dan akan dimulai dua pekan lagi.
“Ibu Mensos memberi arahan agar kami menyiapkan segala sesuatunya karena akan menempuh perjalanan panjang, beliau juga menyampaikan berkenan melepas keberangkatan kami nantinya,” kata Hakam.
Dia menjelaskan sepeda yang digunakan didesain khusus menyesuaikan dengan tubuh Hakam dan istrinya. Sepeda tersebut juga dilengkapi dengan tempat penyimpanan barang dan perlengkapan selama di perjalanan.
Dikatakan Hakam perjalanan ini merupakan cita-citanya sejak kecil. Dia ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki banyak perbedaan dan keberagaman namun tetap satu dalam kebhinekaan.
“Kami ingin dunia tahu bahwa orang Indonesia benar-benar toleran,” demikian Hakam.(rdl)