Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Lebih Baik Serat dalam Buah Segar atau Jus?

belinda-white-fruit-diet-727163Belakangan ini, makin banyak orang yang menerima tantangan, semisal minum jus atau smoothie sayuran dan buah-buahan setiap hari selama beberapa bulan, demi gaya hidup sehat.

Namun tidak sedikit juga orang yang menolak tantangan tersebut, lantaran lebih percaya khasiat sayuran dan buah-buahan segar yang dikonsumsi langsung, tanpa diolah menjadi jus atau smoothie.

Sebetulnya, manakah yang lebih baik: makan sayuran dan buah-buahan segar atau minum jusnya? Soal ini, Stella Bela, dokter gizi klinik RS Mitra Keluarga Bekasi Timur, memberikan jawabannya.

“Sebenarnya bentuk asli (segar) maupun jus itu lebih kepada kepraktisan dalam mengonsumsinya saja,” kata Stella.

Yang terpenting, lanjutnya, adalah mengetahui serat dalam bentuk minuman tersebut sehat atau tidak. Kadang yang dalam bentuk jus itu isinya benar atau tidak?”

Stella mengakui, kesibukan kehidupan modern kerap menjadi alasan orang melewatkan konsumsi serat, baik dari sayuran ataupun buah-buahan. Terbukti, konsumsi serat di Indonesia terbilang sedikit.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, pada 2013, konsumsi sayuran dan buah-buahan masyarakat Indonesia masih kurang, hingga 93,5 persen. Hasil survei sebelumnya pada 2007 kurang lebih sama.

Konsumsi masyarakat justru lebih tinggi terhadap makanan yang berisiko bagi kesehatan, termasuk bumbu penyedap 77%, diikuti makanan dan minuman manis macam sirup 53%, serta makanan berlemak 40%.

Pada akhirnya, banyak produk di pasaran yang menawarkan berbagai jenis bentuk serat, dari suplemen hingga minuman. Hal ini juga dinilai lebih praktis dibanding harus mengupas buah atau memasak sayuran terlebih dahulu.

“Kalau mengonsumsi minuman berserat, lihat kalorinya. Untuk kegiatan di waktu luang, cukup 100-200 kalori. Nah, kemudian itu bisa dihitung sendiri batasan konsumsinya,” kata Stella.

Stella mengatakan, konsumsi sayuran dan buah-buahan segar tetap penting. Ternyata asupan ini juga dipandang perlu dari segi psikologis dan fungsi organ, terutama gigi dan mulut. “Bila menyasar anak-anak, sebisa mungkin kenalkan bentuk aslinya (segar). Karena ketika makan makanan asli seperti daging buah dan sayuran (segar), akan ada simulasi yang bekerja di rongga mulut,” kata Ayoe Sutomo, psikolog keluarga.

Stimulasi mulai dari mengecap, menggigit, mengunyah, hingga menelan ternyata berpengaruh pada pembentukan kemampuan organ mulut.

Ayoe menjelaskan, indra pengecap macam lidah yang terlatih selama waktu makan bakal memberikan kemampuan berbicara lebih baik dibanding mereka yang jarang menggunakan indra pengecap, dan kegiatan mengigit bisa merangsang pertumbuhan gigi.

“Kalau ingin makanannya dihancurkan,” Ayoe menyarankan, “baiknya jangan terlalu lumat. Atau, dibuat atau dibentuk lebih menarik supaya anak tetap minat untuk makan buah atau sayur.” ret,ins

baca juga :

Airy Rooms Berhenti Beroperasi di Indonesia Mulai 31 Mei 2020

Redaksi Global News

Perkuat Pendampingan Hukum, PLN Tingkatkan Kolaborasi dengan Kejati Jatim

Titis Global News

Universitas Brawijaya Polisikan Admin Facebook ‘Gay’