PAMEKASAN (Global News)-Perpustakaan Daerah Pamekasan kembali menjadi rujukan studi banding. Terakhir, Jumat (17/9/2016), Perpustakaan tersebut mendapat kunjungan dari Badan Perpustakaan Provinsi Papua. Juga ikut dalam studi banding ini Badan Diklat Provinsi paling timur Indonesia itu.
Rombongan dipimpin oleh Erlin Sulistiyaningsih fasilitator pelatihan dari Coca Cola Fondation Indonesia (CCFI). Badan Perpustakaan Propinsi Papua juga membawa sejumlah pengelola perpustakaan di bawah binannya antara lain Perpustakaan Daerah Kabuaran Jaya Pura, Meraoke, Perpustakaan Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura, Perpustakaan Distrik Kabupaten Meraoke, Perpustakaan Kampung di Kabupaten Meraoke, Perpustakaan Daerah Kabupaten Mimika, Perpustakaan Daerah Kabupaten Biak.
Alasan memilih Perpustakaan Pamekasan sebagai tujuan studi banding, karena perpustakaan daerah di kabupaten Gerbang Salam ini telah ditetapkan sebagai perpustakaan Living University atau perpustakaan yang berfungsi sebagai universitas hidup. Artinya perpustakan ini tidak hanya sebagai pusat ilmu namun pusat pemberdayaan masyarakat.Tujuan studi banding ini untuk sharing bagaimana kiat sehingga perpustakaan Pamekasan berhasil terpilih menjadi perpustakaan Living University.
Rombongan studi banding berjumlah 28 orang diterioma oleh Wakil Bupati Pamekasan Drs Khalil Asyari di kantor Perpustakaan Daerah Jalan Jokotole Pamekasan. Wakil Bupati saat itu didampingi oleh Kepala Kantor Perpustakaan Daerah Pamekasan Achmad Zaini, Ketua Dewan Perpustakaan Daerah Pamekasan Sulaiman Sadik dan pejabat dari PT Telkom Pamekasan.
Minim Anggaran tapi Maju
Achmad Zaini mengatakan, dalam pertemun itu dilakukan sharing antara tamu dengan tuan rumah. Propinsi Papua dikenal memiliki banyak anggaran, namun belum maju dalam hal pengelolaan perpustakaannya. Sementara Pamekasan minim anggaran, namun memiki program bagus yang membuat perpustakannya maju.
“Kami sampaikann perkembangan perpustakaan kami dari awal hingga kondisi saat ini, baik dari aspek penyediaan anggaran, soal sarana dan prasarana yang dikembangkan, soal jumlah pengunjung dan perkembangannya. Bagaimana cara kerjasama kami dengan pihak terkait lainnya,” papar Zaini.
Dari segi anggaran, kata Zaini, pada tahun 2013 lalu anggaran yang disediakan untuk pengelolan perpustakaan hanya Rp 300 juta, lalu terus dinaikkan dan hingga tahun 2016 ini menjadi Rp 2,6 miliar. Juga diungkapkan tentang alasan dan target yang akan dicapai dengan menaikkan jumlah anggaran tersebut.
Soal jumlah pengunjung, Zaini mengaku bahwa awalnya pengunjung rata rata hanya 50 orang per hari. Namun kini naik 1000 persen lebih hingga rata rata tiap hari mencapai antara 600 hingga 700 orang. “Kami juga sampaikan tentang kiat dan upaya yang kita lakukan untuk naikkan pengunjung itu,” ungkapnya.
Yang tak kalah pentingnya, tambah Zaini, juga dipaparkan tentang cara membangun sinergi kemitraan dengan instansi atau lembaga lain, sehingga mampu bekerjasama dengan baik dan akhirnya mendapat predikat sebagai perpustakaan Living University.
Diakhir kunjungan rombongan melihat langsung pengelolaan Perpustakaan Desa Bunder Kecamatan Pademawu. Di sana anggota rombongan berdialog langsung dengan pengelolanya. Perpustakaan Desa Bunder salah satu perpustakaan desa yang maju di Pamekasan. (mas)