Global-News.co.id
Tapal Kuda Utama

Upacara Adat Tengger Yadnya Kasada Bromo Dibanjiri Wisatawan

IST HASIL BUMI: Tampak masyarakat suku Tengger sedang mempersiapkan upacara Hari Raya Kasada Bromo 2016 dengan membawa hasil bumi dan ternak ayam sebagai pelengkap sesaji.
IST
HASIL BUMI: Masyarakat suku Tengger sedang mempersiapkan upacara Hari Raya Kasada Bromo 2016 dengan membawa hasil bumi dan ternak ayam sebagai pelengkap sesaji.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, upacara sakral adat suku Tengger Yadnya Kasada selalu dibanjiri wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Begitu pula pelaksanaan riual Yadnya Kasada tahun ini.

Ribuan wisatawan dari berbagai daerah di Jawa Timur dan luar Jawa Timur, serta wisatawan mancanegara tumplek blek menghadiri acara tahunan tersebut. Meski beberapa waktu lalu Bromo sedang bergejolak mengeluarkan asap panasnya, namun hal ini tidak mengurangi minat wisatawan untuk datang ke Bromo.

Bahkan saat acara puncak Yadnya Kasada yang diselenggarakan Rabu (21/7/2016) malam, pengunjung terus berdatangan. Tempat penginapan disekitar Bromo dan sekitarnya pun dipenuhi wisatawan yang menginap.

Sesepuh Bromo, Digdayo Djamaluddin yang juga Ketua Badan Pengurus Cabang Persatuan Hotel dan Restoran (BPC PHRI) Bromo, Jawa Timur mengatakan, pihaknya bersama para pengusaha hotel, tentu juga panitia, mempersiapkan segala sesuatunya termasuk antisipasi lonjakan wisatawan yang datang ke Bromo. Oleh karenya, pihak panitia telah mempersiapkan atraksi budaya yang menarik bagi wisatawan.

Menurutnya, Yadnya Kasada Bromo telah digelar sejak zaman Kerajaan Majapahit. Gunung Bromo sendiri dianggap sebagai tempat suci oleh suku Tengger. “Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten, tepat di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari,” ujar Digdayo.

Digdayo menjelaskan, ritual itu bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam upacara Yadnya Kasada Bromo ini suku Tengger akan melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang ke kawah gunung tersebut. ”Sebelum Yadnya Kasada Bromo dilangsungkan, calon dukun dan tabib akan menyiapkan beberapa sesaji untuk dipersembahkan dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Persembahan sesajen ini dilakukan beberapa hari sebelum upacara,” katanya.

Pada saat upacara Kasada Bromo berlangsung, masyarakat suku tengger berkumpul dengan membawa hasil bumi, ternak peliharaan dan ayam sebagai sesaji yang disimpan dalam tempat yang bernama ongkek, dan setiba di bibir kawah bromo semua hasil bumi dan ternak di buang ke dalam kawah bromo sebagai sesajian kepada Sang Hyang Widhi.

Dalam upacara Kasada Adat Suku Tengger yang beragama hindu, terdapat beberapa urutan upacara yang harus dilaksanakan agar upacara Kasada berlangsung dengan khidmat, yaitu Puja purkawa, Manggala upacara, Ngulat umat, Tri sandiya, Muspa, Pembagian bija, Diksa widhi, Penyerahan sesaji di kawah Bromo.

“Selain upacara dan ritual adat istiadat suku tengger bromo “Upacara Kasada Bromo” ada juga sebuah event menarik terutama para penikmat musik jazz karena di Bromo akan juga digelar Event Jazz Bromo,” tutur Digdayo.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur DR H Jarianto MSi menambahkan, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS), Jawa Timur, adalah salah satu daerah tujuan wisata tersohor di dunia. Gunung ini memiliki keunikan panorama indah sekaligus mistis, sehingga menyodorkan suasana berbeda dibandingkan gunung lainnya. “Di sini terbentang keindahan landscape pegununangan dengan asap yang membumbung dari kawahnya dan di bawahnya ada lautan pasir luas mengelilinginya,” kata Jarianto disela menyaksikan upacara Yadnya Kasada, Rabu (21/7/2016) malam.

Menurut Jarianto, pemandangan sunrise dan sunset di sini sungguh menakjubkan dan keindahannya tidak dapat ditemukan di belahan dunia lain. Wisatawan dari berbagai negara datang ke Bromo untuk menikmati keindahan yang terpancar seakan tidak akan pernah ada habisnya.

Di sekitar Bromo hingga puncak gunungnya di Pananjakan tidak ditemui tanaman hijau selain semak belukar. Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir sekira 5.250 hektar di ketinggian 2.392 m dpl.

Selain keindahan alamnya yang mengagumkan, ternyata Bromo memiliki daya tarik budaya, yaitu Yadnya Kasada tersebut. Upacara sesembahan atau sesajen ini adalah untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur, terutama Roro Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (Putra Brahmana).

”Teknisnya mereka juga harus melalui tes pembacaan mantra terlebih dahulu saat upacara berlangsung sebelum dinyatakan lulus dan diangkat oleh tetua adat. Wisatawan pun bisa ikut menikmati,” ujarnya.

Bagi suku Tengger, tradisi melempar sesaji ke Kawah Bromo tersebut merupakan bentuk rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Di dalam kawah telah menunggu banyak pengemis dan penduduk Tengger yang tinggal di pedalaman. Uniknya mereka jauh-jauh hari sudah tiba di sini bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo.

Jarianto menyebut upacara adat ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Yang pasti, dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik, terutama manajemen sampah, yang sering dikeluhkan banyak pihak di destinasi pegunungan.

“Service atau pelayanan yang baik, kebersihan, dan toilet yang terjaga, itu penting dalam jangka pendek. Jangka panjangnya adalah 3A, atraksi, amenitas dan akses, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” tukas Jarianto. * adv/sujito

baca juga :

Pemilu 2024: Petugas Gabungan Terus Tertibkan APK di Surabaya

Redaksi Global News

Banjir Lahar Dingin Semeru: Pemerintah Prioritaskan Rekonstruksi Jembatan Rusak

Liga 1: Dikalahkan Persib, Rantai Kemenangan PSIS Terputus

Redaksi Global News