
SURABAYA (global-news.co.id) — Sebanyak 20 lukisan karya Juni Soekendar dengan objek bunga, daun, dan tangkai yang menyertainya, dipamerkan di Galeri Merah Putih, kompleks Balai Pemuda, Surabaya.
Pameran bertajuk “Nyaris” ini dibuka pada Sabtu, 30 Agustus 2025, dan diperpanjang hingga 11 September 2025, setelah sebelumnya sempat tertunda akibat pembekuan kegiatan di kawasan Balai Pemuda, menyusul meningkatnya aksi unjuk rasa belum lama ini.
Manajer Galeri Merah Putih, Must Genthong, menjelaskan bahwa dibekukannya kegiatan pameran adalah efek dari unjuk rasa yang tak kondusif sehingga peristiwa tersebut tergolong force majeure.
“Sekarang kondisi telah pulih maka pameran lukisan mbak Juni Soekendar kembali digelar hingga 11 September,” jelas dia.
Pameran yang mengangkat satu kata kunci sederhana “Nyaris” sangatlah sarat makna. Bagi Juni Soekendar, kata itu bukan hanya tema pameran, tapi juga filosofi hidup. Dalam narasinya, ia menyebut bahwa “Nyaris” adalah kata yang menyimpan keraguan sekaligus harapan, kekuatan sekaligus ketidaksempurnaan.
“Allah memberi sinyal bahwa ‘Nyaris’ tidak berhenti, dan memberi bukti akan kebesaran-NYA. Di titik nyaris adalah tempat jujur manusia untuk mengenal dirinya sendiri,” ungkap Juni dengan nada reflektif.
Kisah di balik pameran ini pun cukup unik. Sang pelukis nyaris batal datang ke Surabaya karena cedera kaki saat akan berangkat dari stasiun Gambir, Jakarta.
Namun, sebagaimana lukisan-lukisannya yang merekam ketahanan bunga dalam ruang waktu, ia akhirnya sampai di Surabaya dengan membawa karyanya ke tengah publik pecinta seni Surabaya.
Tapak Tilas di Kota Lama
Pameran tunggal ini juga menjadi momen tapak tilas bagi Juni Soekendar, yang pernah menempuh pendidikan dan berkarir di Surabaya di era 1970 hingga 1990-an.
Hj Nunung Harso, Ketua Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI) Jawa Timur, menyebut pameran ini sebagai “kepulangan artistik” bagi Juni Soekendar.
“Beliau pernah bersekolah dari SMP hingga lulus ASMI dan bekerja di Surabaya. Kini, beliau ke Surabaya menampilkan karya lukisnya yang indah,” ujar Nunung dalam sambutan pembukaan.
Perjalanan Seni Juni Soekendar
Memulai menekuni dunia seni lukis secara penuh setelah pensiun dari dunia perbankan pada 2007. Gaya melukisnya cenderung realis, dengan sapuan lembut dan detil yang menciptakan ketenangan batin.
Obyek bunga dan elemen alam menjadi ekspresi ketenangan batinnya.
Juni tak hanya bergiat melukis, tapi juga aktif menulis novel, menyulam, membatik, dan berkarya dalam berbagai medium.
Beberapa buku telah diterbitkan, seperti “Berdamai Dengan Diri Sendiri”, “Searching”, dan “Setangkup Cinta Rara”.
Ia juga telah menyelesaikan tiga naskah lain, termasuk novel memorial “Kau dan Kenangan”, yang ditulis saat mendampingi suaminya dalam masa sakit hingga wafat di tahun 2017. (anto)