Global-News.co.id
Indeks Mancanegara Utama

Gagal Deteksi, Alat Tes COVID-19 ‘Abal-abal’ Tiongkok Dikeluhkan Eropa

Setelah Spanyol, Slovakia mengatakan alat tes COVID-19 buatan Tiongkok tidak akurat dan tidak mampu mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kecewa, mereka akan membuangnya.

BRATISLAVA (global-news.co.id)— Sejak virus corona menjangkiti Italia, sejumlah negara di Eropa beralih ke Tiongkok untuk membeli alat tes COVID-19 dengan harapan mampu mendeteksi lebih awal wabah tersebut.

Slovakia misalnya, memborong 1,2 juta alat tes antibodi dari Tiongkok melalui perantara lokal senilai 15 juta euro (16 juta dolar AS). Tetapi, Perdana Menteri Slovakia Igor Matovic mengatakan alat-alat itu tidak akurat dan tidak mampu mendeteksi infeksi pada tahap awal. “Kami memiliki satu ton alat-alat itu dan itu tidak berguna. Lebih baik membuangnya ke Sungai Danube,” katanya dilansir Bloomberg, Rabu (1/4/2020).

Persoalan yang sama juga mencuat di Spanyol setelah media lokal melaporkan sekitar 50.000 alat tes cepat dari Tiongkok tidak memenuhi standar dan harus dikembalikan. Hingga saat ini, angka kematian akibat COVID-19 di Spanyol hampir melampaui Italia sehingga kedua negara menjadi episentrum virus corona di Eropa.

Di Ceko, otoritas kesehatan dan pemerintah daerah menyatakan telah menerima 300.000 alat tes cepat dari Tiongkok. Sayangnya, alat itu hanya bisa mendeteksi virus corona jika pasien telah terinfeksi setidaknya selama 5 hari dan sekitar sepertiga alat lainnya tidak bisa digunakan.

“Saya ingin berterima kasih kepada Tiongkok karena menjadi satu-satunya negara yang membantu kami dalam menyuplai alat-alat kesehatan,” ujar Presiden Ceko Milos Zeman.

Ketika mengucapkan apresiasinya kepada Tiongkok, dia lupa bahwa Uni Eropa juga melakukan donasi yang sama kepada negaranya.

Sayangnya, persoalan ini bukan hanya milik Eropa tetapi juga Tiongkok. Permasalahan ini berpeluang menganggu upaya Tiongkok untuk mengisi kekosongan Amerika Serikat ketika Negara Paman Sam tersebut sibuk mengurusi penyebaran virus corona di kawasannya.

Tim Huxley, Direktur Eksekutif Asia di International Institute for Strategic Studies mengungkapkan Tiongkok berusaha menjadi negara penolong bagi negara-negara Eropa sekaligus memperbaiki hubungannya dengan kawasan tersebut.

Namun, tetap saja, dia mengakui negara-negara di dunia masih memandang Tiongkok sebagai sumber pandemi COVID-19 dan persoalan alat tes cepat ini semakin memperburuk keadaan.

Pada saat yang sama, Pemerintah Tiongkok berkomitmen untuk membalikkan keadaan dengan menginstruksikan semua eksportir pengadaan alat-alat kesehatan untuk virus corona mulai dari masker, alat tes, ventilator, alat pelindung diri, hingga thermometer harus mengantongi sertifikasi dari negara itu.

“Persoalan harusnya diselesaikan dengan benar berdasarkan fakta, bukan interpretasi politik. Faktanya, ketika kami berperang dengan COVID-19 di Tiongkok, kami menerima beberapa bantuan yang juga rusak. Tetapi kami memilih untuk mempercayai dan menghormati niat baik negara-negara ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying. zis, blo, bis

baca juga :

RUPS PLN Mengangkat Darmawan Prasodjo sebagai Direktur Utama PLN

gas

Forum Smart City Nasional 2023: Walikota Eri Nilai sebagai Wadah Kembangkan Konsep Layanan Cerdas

Ajak Paguyuban Silat Kerja Bakti

Redaksi Global News