Global-News.co.id
Indeks Utama

Di Depan Ahok, Nicke Ungkap Beberapa PR Pertamina

Komisaris Utama Pertamina Ahok dan Dirut Nicke Widyawati

JAKARTA (global-news.co.id) – Ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri yang masih dipenuhi impor menjadi salah satu dari beberapa pekerjaan rumah (PR) atau tantangan yang harus segera diselesaikan Pertamina. Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengungkap hal itu dalam acara Pertamina Energy Forum 2019 yang dihadiri Menteri ESDM Arifin Taslim dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Jakarta, Selasa (26/11/2019).

Nicke mengungkap, “Sejujurnya, kami masih harus sebagian impor karena belum mampu mencukupi kebutuhan sendiri.”

PR kedua adalah masalah keterjangkauan harga. Nicke menuturkan kebijakan BBM Satu Harga sedang diterapkan. Tetapi, itu pun belum menyeluruh ke wilayah-wilayah di Indonesia.

Masalah akses menjadi PR berikutnya. Diakui, berbagai infrastruktur sudah dibangun pemerintah dan perusahaan minyak nasional, namun kebutuhan energi bagi 70 ribu desa di Indonesia masih belum sepenuhnya terjangkau dari sisi akses.  “Ini masih jadi tantangan karena punya 70 ribu desa. Tapi, ketersediaan energi belum sepenuhnya terpenuhi dan rasio elektrifikasi yang belum 100 persen,” imbuh Nicke.

Lebih jauh dijelaskan, elektrifikasi turut menjadi tantangan khususnya penyediaan energi terbarukan. Dalam hal ini Pertamina terus berupa mendorong pengembangan geothermal.

PR berikutnya menurut Nicke adalah ketahanan energi. “Kita harus bangun kilang, kita harus temukan giant discovery, efisiensi, kita juga harus shifting ke EBT,” ungkap Nicke.

Lebih jauh Nicke mengatakan, semua upaya yang dilakukan tetap harus memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini merupakan tantangan untuk menyediakan energi yang bersih. Pemerintah sendiri sudah melangsungkan kebijakan pencampuran minyak nabati pada BBM alias biodiesel. Namun, itu pun belum cukup. Begitu pula dengan penggunaan energi dan panas bumi lainnya.

“Artinya, kita harus mencari sumber energi terbarukan. Kita lihat CPO terdapat banyak di Sumatera, maka perlu bangun bio refinery di sana. Lalu, batu bara di Sumatera Selatan, maka bangun coal grasifikasi di sana,” tandas Nicke.

Pada kesempatan itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengingatkan, Pertamina harus mengoptimalkan sektor migas dalam jangka pendek seiring permintaan yang terus meningkat. “Pemerintah izinkan Pertamina menggandeng partner dan mempercepat pembangunan kilang,” ujarnya.ret

baca juga :

SIG Bantu Perbaikan Rumah Warga Terdampak Gempa Bumi di Bantul dan Gunung Kidul

MDMC Muhammadiyah Pamekasan Gelar Pelatihan Program UBAH

gas

Liga 1: Hanya Satu Gol dari 11 Tembakan, Aji Perbaiki Lini Serang Persebaya