Global-News.co.id
Indeks Utama

Dari Petani, Penyelam, Militer, hingga Elon Musk Pun Ikut Turun Tangan

GN/Istimewa
AFP
BERSATU: Penyelam dari sejumlah negara terjun langsung untuk menyelamatkan korban. Bahkan, CEO SpaceX, Elon Musk datang ke Thailand untuk mengantarkan kapal selam mini buatannya.

Rasa kemanusiaan orang-orang hebat tergugah begitu mendengar  kabar  13 anggota tim sepakbola Thailand terjebak di Goa Tham Luang, Thailand, sejak 23 Juni 2018. Mereka datang dari segenap penjuru dunia untuk bersama menyelamatkan anak-anak yang nyawanya nyaris tak tertolong tersebut. Mereka seolah menjadi tangan-tangan Tuhan yang dikirim dalam operasi yang sempat disebut mission impossible itu.

PEREMPUAN itu cekatan bekerja membantu tim penyelamat. Tak terlihat lelah di wajahnya, meski dia sudah beberapa hari membantu tim penyelamat. Mae Bua Chaicheun, salah seorang relawan bagian konsumsi, juga tidak sedih  ketika kemarin dia menyambangi sawahnya yang tergenang akibat air yang dikeluarkan tim penyelamat dari goa. Padahal tanaman di sawahnya terancam rusak. Dia ikhlas demi nyawa anak-anak yang akhirnya bisa diselamatkan dari goa.

Ketika Mae Bua Chaicheun mendengar ada sebuah tim sepakbola terperangkap di goa lebih dari sepekan, dia memang langsung meninggalkan pekerjaannya sebagai petani.  Bersama ratusan orang lain dari seluruh penjuru Negeri Gajah Putih, Chaicheun mengajukan diri sebagai relawan untuk membantu operasi penyelamatan yang dilakukan tim tersebut. Selama hampir sepekan, dia dan para perempuan lain bertugas memasakkan makanan bagi para penyelam dan relawan lain.

Ketika selama beberapa hari menjadi relawan, militer Thailand terus memompa keluar air yang ada di dalam goa sehingga operasi penyelamatan bisa lebih gampang.  Selama hampir dua pekan, 130 juta liter air dikeluarkan dari dalam Goa Tham Luang, dan dibuang ke sisi gunung yang lain.

Sepekan berlalu. Chaicheun bermaksud untuk pulang dan menengok sawahnya. Namun alangkah terkejutnya dia ketika mendapati sawahnya tergenang air.  Air yang dipompa keluar dari goa oleh militer untuk menyelamatkan 12 remaja dan seorang pelatih itu membanjiri sawah Desa Ban Nong O dan desa sekitarnya.  Chaicheun mempunyai sekitar dua hektare sawah yang baru saja ditanami bibit padi. Tanaman itu tentu saja terancam mati.

Sejak suaminya meninggal, dia mengurus sawah itu seorang diri. Sawah itulah hidupnya.  Apalagi dua anaknya tidak ada yang mau turun menjadi petani, sehingga sawah tersebut tidak ada yang mengurus ketika Chaicheun menjadi relawan selama sepekan.

Namun, dia mengaku tak peduli dengan tanamannya yang rusak. Baginya, paling penting adalah goa aman sehingga ke-13 orang yang terjebak bisa dikeluarkan dengan selamat.

“Tidak masalah. Tidak apa-apa. Yang penting anak-anak itu dan pelatihnya bisa keluar dari Tham Luang hidup-hidup,” tuturnya seperti dikutip ABC News.

Untungnya, Pemerintah Chiang Rai tanggap dengan memasang pompa untuk mengeluarkan air yang telanjur membanjiri sawah. Selain itu, pemerintah juga memberi ganti rugi kepada pemilik sawah yang terkena dampak air goa sebesar 1.113 baht, sekitar Rp 482.189 per 0,20 hektare.

Chaicheun berkata, kabar terjebaknya anggota tim sepakbola Mu Pa (Wild Boar) itu telah menyatukan seluruh warga Thailand. Bahkan, para relawan dari negara lain juga berdatangan ke lokasi musibah membantu menolong anak-anak tersebut.

Namun usaha penyelamatan selama tiga hari itu memakan korban.  Saman Gunan, mantan penyelam di tim elite angkatan laut Thailand, tewas dalam usahanya mengirim tanki oksigen ke dalam gua.

Saman Gunan (38 tahun) sekarang akan diingat oleh keluarga maupun banyak orang lain di seluruh dunia sebagai pahlawan.  Pria yang sebelumnya membantu sebagai relawan ini masuk ke dalam gua hari Kamis malam pekan lalu membawa tiga tanki oksigen.

Dia berhasil menyelesaikan tugasnya, namun dalam perjalanan keluar dia kehilangan kesadaran. Rekannya berusaha melakukan bantuan pernapasan buatan, namun tidak berhasil menyelamatkannya.

Gunan adalah salah satu dari 80 anggota tim penyelam Angkatan Laut Thailand yang dikenal dengan nama Thai Navy SEAL yang ikut dalam operasi penyelamatan.  “Kami tidak akan membuat dia menjadi korban yang terlupakan begitu saja,” kata komandan SEAL Arpakorn Yookongkaew.

Istrinya, Waleeporn Gunan, mengatakan kepada BBC, “Saya merasa seperti sudah mati, namun saya masih hidup. Tetapi saya akan menggunakan rasa bangga untuk menekan kesedihan saya.”

Dia mengatakan suaminya sudah disebut sebagai pahlawan dan memang begitulah adanya.  “Dia suka membantu orang lain, melakukan kerja amal, dan suka menyelesaikan sesuatu.” katanya.

Dia berbicara mengenai kuatnya hubungan mereka. Bahkan setiap hari mereka selalu menyatakan kecintaan dengan yang lain sebelum suaminya berangkat kerja.

“Pas jam makan siang, saya mengirim pesan untuk bertanya apakah dia sudah makan. Ketika malam pulang, saya akan bertanya bagaimana keadaannya,” katanya lagi.

Saman pernah berbicara sebelumnya mengenai kematian. “Saman pernah sekali mengatakan bahwa kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Kita tidak bisa mengontrolnya, jadi kita harus bersyukur setiap hari,” kata Waleeporn.

Waleeporn Gunan ingin menyampaikan pesan akhirnya ini kepada suaminya. “Saya ingin mengatakan kepadamu sayang, kamu adalah pahlawan di hatiku. Kamu akan selamanya di sana.”  Di Twitter, banyak yang menyampaikan simpati atas meninggalnya Saman Gunan.

 

Penyelam Dunia Bersatu

Penyelam memang menjadi ujung tombak operasi penyelamatan 12 remaja dan asisten pelatih anggota tim sepakbola yang terperangkap di Goa Tham Luang.  Sebab, mereka harus menempuh 4 kilometer, kadang disertai berenang di air yang kotor dan gelap, untuk  mengeluarkan ke-13 orang dari goa.

Terdapat 90 orang penyelam, terdiri atas 40 penyelam lokal dan elite angkatan laut, serta 50 penyelam seluruh dunia yang ikut berpartisipasi dalam operasi evakuasi tersebut. Mereka dipimpin Rick Stanton dan John Volanthen, dua penyelam asal Inggris yang pertama kali menemukan mereka pekan lalu tanggal 2 Juli 2018.

Keduanya pernah menyelam bersama pada 2010 ketika menyelamatkan kolega mereka, penyelam asal Perancis, Eric Establie, pada 2010.  Saat itu, Establie tengah dalam misi melakukan pemetaan Ardeche Gorge di dekat Marseille ketika sebuah batu jatuh dan menutup pintu masuk.

Bersama penyelam dari pasukan Inggris (RAF), Stanton dan Volanthen berhasil menemukan Establie 780 meter dari pintu masuk delapan hari kemudian.  Andy Torbet, mantan penyelam militer Inggris, dalam cara ITV’s Good Morning Britain menyebut keduanya sebagai “yang terbaik di dunia”.

Salah satu anggota tim penyelam, Ivan Karadiz, merupakan warga negara Denmark yang saat itu tengah berlibur di Krabi, lokasinya terletak di selatan Thailand.  Begitu mendengar ada 12 remaja dan seorang pelatih anggota tim sepak bola Mu Pa terjebak, dia langsung mengumpulkan peralatan menyelamnya.

Beberapa hari kemudian, dia sudah berkumpul dengan tim penyelamat internasional yang lain. Adapun total relawan yang berpartisipasi mencapai 2.000 orang.  “Sangat fenomenal melihat begitu banyak penyelam dari seluruh dunia berkumpul,” kata pria 44 tahun itu dilansir Reuters via Channel News Asia.

Selain Karadiz, terdapat pula Nick Vollmar, paramedis asal Jerman yang langsung membawa rekannya penyelam dari Finlandia ke Chiang Rai.  Dia mengatakan, dirinya merasakan kesedihan dan rasa sakit dari orangtua 12 remaja yang terjebak di Goa Tham Luang sejak 23 Juni lalu.

Elon Musk

Bukan hanya itu, Elon Musk juga ikut turun tangan. Musk mengatakan bahwa timnya di SpaceX sedang mengerjakan kapal selam kecil ukuran anak-anak untuk membantu para remaja tersebut keluar dari goa. Kapal selam ini rencananya dibangun dari bagian-bagian roket Falcon 9. Awal pekan lalu, Musk menawarkan para insinyur dari dua perusahaannya yaitu SpaceX dan The Boring Company untuk membantu pemerintah Thailand. “(Empat insinyur perusahaan) menawarkan dukungan dengan cara apapun yang dianggap berguna oleh pemerintah Thailand,” ungkap Sam teller, juru bicara Boring Company dikutip dari Science Alert, kemarin.

Musk sendiri pertama kali berkicau tentang para remaja Thailan tersebut pada 4 Juli 2018. Mulanya, dia menanggapi pertanyaan seorang warganet yang bertanya apakah Musk bisa membantu para remaja tersebut. Dia menulis, “Senang membantu jika ada cara untuk melakukannya.”

Selanjutnya, Musk mulai melakukan brainstorming ide untuk membantu para remaja itu melalui twitter. “Insinyur SpaceX dan Boring Co menuju Thailand besok untuk melihat apakah kami bisa membantu pemerintah (Thailand),” kicau Musk pada Jumat (06/07/2018). Ide Kapal Selam Musk sempat mempertimbangkan beberapa pilihan penyelamatan. Mulai dari membuat lubang pengeboran ke dalam goa, membangun tabung tiup, hingga membuat tabung penyelamatan Kevlar.

Dia mulai mengeluarkan ide untuk membangun kapal selam kecil dari tabung transfer oksigen cair sebagai badan kapal. Kapal selam ini bisa masuk ke dalam goa. Selain itu, kapal selam ini cukup ringan untuk dibawa oleh para penyelam. Ide ini bermula untuk menghindari anak-anak tersebut melakukan perjalanan keluar dari goa tanpa harus menyelam.

Musk menjelaskan, “(Kendaraan itu) cocok untuk anak-anak atau orang dewasa kecil untuk meminimalkan udara terbuka.” Dia juga menyebut, kapal selam yang dikerjakannya memiliki empat pegangan di depan dan empat di belakang, bersama dengan empat koneksi tangki udara. Dia juga menegaskan bahwa perangkat itu dapat melakukan manuver melalui bagian yang paling sempit. Sayangnya, kapal selam ini tidak akan digunakan untuk meyelamatkan anak-anak tersebut. Pasalnya, pemerintah Thailand telah melakukan operasi penyelamatan. Meski begitu, dilansir dari The Verge,  Musk mengindikasikan akan terus melakukan proyek kapal selamnya itu. Bahkan, pada Minggu sore, dia mencatat bahwa mereka masih berencana untuk mengirim kapal selam tersebut ke Thailand. * det/kcm/tmp

baca juga :

Prioritaskan Tim, Pato Berharap Cetak Gol Lagi Saat Lawan Persik

Redaksi Global News

Rekor, Positif Covid-19 Bertambah 4.168 Jadi 240.687 Orang

Redaksi Global News

Dua Kali Bekuk Curacao, Timnas Indonesia Duduki Peringkat 152 FIFA

Redaksi Global News