Global-News.co.id
Kesehatan Utama

Kini Diabetes Pun Masuk Desa

diabetesPenyakit degeneratif yang disebut-sebut sebagai penyakit masyarakat perkotaan kini telah merambah ke desa-desa. Perubahan perilaku membuat mereka yang tinggal di pedesaan pun tak dapat terhindar dari diabetes, penyakit tidak menular yang menyumbang banyak angka kematian ini.

HIDUP di era modern membuat masyarakat Indonesia terancam oleh penyakit tidak menular. Salah satunya adalah diabetes mellitus yang menyumbang banyak angka kematian bila Anda tidak menghindarinya. Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Nila F Moeloek SpM(K) mengatakan, bukan hanya di perkotaan, akibat perubahan gaya hidup, masyarakat pedesaan kini juga tidak dapat terhindar dari penyakit yang sering disebut kencing manis itu.

“Diabetes cukup banyak di desa sama kota. Penyebabnya perilaku hidup masyarakat yang sudah bergeser,” ujarnya terkait Hari Diabetes Sedunia yang diperingati setiap 14 November ini.

Menkes menambahkan, ada pula korelasi kurang gizi yang juga menyebabkan penyakit tidak menular. Maka, kecukupan kebutuhan nutrisi harus dipenuhi setiap hari. Menkes juga meminta masyarakat mengubah mindset untuk melakukan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Cara ini dianggap efektif mencegah penyakit tidak menular. Karenanya, Germas menuntut masyarakat untuk makan sayur dan buah, melakukan aktivitas fisik, hingga jauhi rokok dan alkohol. “Saya kira betul kok pesan kami semua, di benak kita harus mau sehat, terutama kepada masyarakat,” tukasnya.

Terpisah, Senior General Practitioner Rumah Sakit Columbia Asia Jakarta, Dr Hotma Hutabarat, juga menyebut pentingnya melakukan pencegahan penyakit diabetes sedini mungkin. “Agar dapat mencegah terjadinya penyakit diabetes, kita harus membiasakan diri untuk hidup sehat,” paparnya.

Dia mengingatkan masyarakat untuk menerapkan aksi CERDIK. Cara ini pun juga disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI dan terbukti mampu mencegah terjadinya diabetes hingga komplikasi yang mematikan. “Cek kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok dan tidak merokok, Rajin melakukan aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres,” pungkasnya.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi penderita diabetes di Indonesia dari 5,7% (2007) menjadi 6,9%, di mana 2 dari 3 diabetesi tidak sadar bahwa dirinya mengalami diabetes. Hal ini memicu diabetes dengan komplikasi menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia, yakni adanya keterlambatan penanganan.

Sementara Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut penyakit diabetes atau kencing manis di dunia mencapai angka 422 juta kasus. Dengan kata lain, ada satu dari 11 orang yang mengidap penyakit kadar gula darah tinggi ini.

“Pada tahun 2014 yang lalu, pengidap diabetes di Indonesia mencapai 9,1 juta orang dan menempati peringkat ke lima dunia, dari sebelumnya peringkat ke tujuh pada tahun 2013,” papar ketua Jakarta Diabetes Meeting 2016, Dr dr Dyah Purnamasari Sulistianingsih SpPD-KEMD di Jakarta.

Dalam kasus jangka panjang, penyakit diabetes bisa menimbulkan komplikasi pada organ tubuh yang lain. Mulai dari mata, lambung, syaraf, jantung dan saluran pendarahan. Kendati demikian bukan berati diabetes tidak bisa dikelola.

“Kuncinya adalah menjaga kadar gula darah, tekanan darah dan kadar lemak darah senormal mungkin. Diabetes bisa dikelola dengan pengendalian pola makan dan melakukan aktivitas fisik yang tepat. Dengan begitu kualitas hidup pasien bisa hidup normal,” ujar dia.

 

Komplikasi Diabetes Lebih Berbahaya dan Mematikan

RISIKO terkena berbagai masalah atau komplikasi yang serius meningkat ketika menderita diabetes. Bahkan, komplikasi diabetes dapat mengancam jiwa. Bagaimana tidak, hampir sebagian besar komplikasi diabetes merupakan penyebab kematian utama penduduk dunia.

Berikut komplikasi penyakit diabetes:

Penyakit jantung koroner. Penderita diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular. Hal ini termasuk penyakit jantung koroner, serangan jantung, stroke dan penyempitan arteri.

Kerusakan saraf atau neuropati. Kerusakan saraf adalah salah satu komplikasi diabetes yang paling umum. Penyakit ini dapat menyebabkan mati rasa pada tubuh. Bahkan, kerusakan saraf dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada pria.

Kerusakan ginjal. Kadar gula darah tinggi dapat merusak dan menyebabkan gagal ginjal. Komplikasi ini seringkali sampai memerlukan dialisis (cuci darah) atau transplantasi ginjal.

Kerusakan mata atau retinopati. Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di retina, bahkan sampai mengakibatkan kebutaan. Orang dengan diabetes juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mata lain, seperti katarak dan glukoma.

Kerusakan kaki. Diabetes dapat merusak pembuluh darah dan saraf di kaki yang mengarah ke infeksi serius. Dalam hal ini, pasien mungkin memerlukan kaki palsu atau menjalani amputasi kaki untuk mencegah penyebaran infeksi.ins

 

6 Tanda Kadar Gula Darah Meningkat

HIPERGLIKEMIA merupakan komplikasi diabetes tipe 2, di mana kadar gula darah naik di atas normal. Kondisi ini dapat berakibat fatal jika tidak diobati. Karena, kondisi tersebut menyebabkan beberapa komplikasi yang mengancam jiwa, seperti kerusakan pada ginjal, otak, mata, dan kaki. Meskipun biasanya tanpa gejala, ada beberapa tanda yang memberitahu Anda bahwa kadar gula darah meningkat. Berikut tanda-tanda kadar gula darah meningkat dan dapat berakibat fatal.

Mulut kering. Penderita diabetes biasanya mengalami mulut kering, karena rentan terhadap dehidrasi. Karena gula darah meningkat, tubuh menjadi lebih dehidrasi dan kekeringan mulut sering menjadi pertanda.

Merasa lebih haus. Ketika tubuh dehidrasi, biasanya penderita diabetes merasa lebih haus dari biasanya. Tubuh membutuhkan lebih banyak cairan ketika kadar gula darah meningkat atau tinggi.

Lemah. Sebagai dampak dari dehidrasi, tubuh akan merasa sangat lemah. Jadi, kadar gula darah yang meningkat akan menyebabkan kelemahan, kelelahan dan membuat seseorang menjadi lesu.

Sakit kepala. Kadar gula darah yang meningkat juga akan memengaruhi sistem saraf. Hal inilah yang membuat seorang penderita diabetes menderita sakit kepala.

Penglihatan kabur. Sakit kepala dan penglihatan kabur berjalan beriringan ketika kadar gula darah meningkat. Hal ini merupakan komplikasi umum dari hiperglikemia.

Sering buang air kecil. Gejala umum dari kadar gula darah meningkat adalah penderita diabetes akan lebih sering buang air kecil. Biasanya, penderita diabetes akan lebih sering bangun di tengah malam untuk sekadar buang air kecil.

 

Jalan Cepat Tingkatkan Kesehatan Arteri Penderita Diabetes

Sudahkah Anda latihan aerobik hari ini? Sebuah penelitian menyebutkan, latihan aerobik teratur seperti jalan cepat atau bersepeda, dapat meningkatkan kesehatan arteri penderita diabetes.

Ketahuilah, kesehatan arteri yang terganggu akan mendorong perkembangan penyakit kardiovaskular. Penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian pada penderita diabetes tipe 2. Mengelola risiko penyakit kardiovaskular pada populasi ini merupakan tantangan utama bagi para profesional kesehatan. “Apa yang kami temukan dari analisis adalah latihan aerobik, seperti jalan cepat atau bersepeda memiliki efek menguntungkan secara signifikan pada kekakuan dan fungsi otot halus di arteri,” kata pemimpin penelitian, Kimberley Larisa Way dari University of Sydney di Australia.

“Hal ini membuat temuan kami sangat berharga untuk profesional kesehatan. Karena, latihan aerobik dapat digunakan sebagai strategi primer untuk kesehatan arteri, selain juga membantu mencegah komplikasi yang terkait diabetes tipe 2,” lanjut Way.

Studi baru ini menggabungkan hasil dari sembilan uji klinis acak terkontrol. Para peneliti menyelidiki efek dari latihan aerobik dalam mengelola penyakit diabetes tipe 2. “Kami fokus pada langkah-langkah melihat kekakuan arteri, reaktivitas pembuluh darah dan fungsi otot halus. Karena, ada bukti yang menunjukkan mereka terkait erat dengan perkembangkan penyakit dan kematian akibat penyakit kardiovaskular,” ungkap Way.

Sementara, latihan atau olahraga adalah salah satu pengobatan pertama yang direkomendasikan oleh profesional kesehatan untuk mengelola berbagai komplikasi diabetes. Meskipun olahraga telah secara konsisten menunjukkan sangat bermanfaat mengelola penyakit jantung, obat tekanan darah tetap menjadi pengobatan utama untuk mengendalikan masalah kesehatan arteri.ret,ins

 

Setelah Makan Siang Pusing? Waspadai Hipoglikemia Reaktif

Rahul (23) memiliki masalah yang tidak biasa. Ia mengeluhkan beberapa gejala seperti gelisah, pusing, dan sakit kepala sesaat setelah makan.

Ketika keluhan tak kunjung berkurang, ia memutuskan berobat ke dokter. Dokter menemukan, akar permasalahan dari keluhan Rahul ini disebabkan tingkat gula darah yang menurun dan tidak meningkat seperti pada normalnya. Dokter mendiagnosis, Rahul mengalami hipoglikemia reaktif atau hipoglikemia postprandial. Hal ini terjadi karena sekresi insulin berlebih setelah makan.

“Riwayat keluarga diabetes menjadi alasan untuk sekresi insulin berlebih ini,” ungkap Ajay Kumar Ajmani, Konsultan Senior Endokrinologi dari India.

Meskipun dalam kasus-kasus ekstrim, hipoglikemia reaktif sangat jarang terjadi. Dr Ajay mengatakan, orang dengan resistensi insulin dan mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas rentan terhadap kondisi ini. Resistensi insulin merupakan faktor risiko pengembangan diabetes melitus tipe-2. Hipoglikemia postprandial terjadi ketika terlalu banyak insulin yang diproduksi dan dilepaskan oleh pankreas, setelah makanan masuk ke dalam tubuh. “Hipoglikemia reaktif mengacu pada kadar gula darah rendah yang terjadi setelah makan. Biasanya terjadi dalam waktu empat jam setelah makan. Hal ini berbeda dengan gula darah rendah (hipoglikemia) yang terjadi saat puasa,” kata Subhash Kumar Wangnoo, konsultan senior ahli endokrinologi dan diabetologis dari India.

Biasanya, orang-orang yang telah menjalani operasi bariatrik (untuk menurunkan berat badan) memiliki kemungkinan mengalami hipoglikemia aktif. Makanan biasanya lewat terlalu cepat dalam usus kecil. Akibatnya, glukosa tidak bisa diserap, sehingga mengakibatkan hipoglikemia.

Hipoglikemia reaktif ditandai dengan gejala kelaparan, kelemahan, kantuk, berkeringat, pusing, sakit kepala, jantung berdebar, mudah marah, dan kecemasan. “Peningkataan konsumsi karbohidrat, lemak, dan makanan olahan, serta aktivitas fisik berkurang, merupakan faktor-faktor yang mendasari dan menyebabkan peningkatan prevalensi kondisi ini,” ujar Wangnoo.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Diabetologis, meneliti tiga orang dengan hipoglikemia. Ketiganya mengalami hipoglikemia berat, kerap mengalami gejala seperti kecemasan dan terkadang pingsan. Studi ini dilakukan pada tiga pasien yang menjalani tindakan penurunan berat badan, yakni wanita berusia 20an, 60an, serta pria berusia 40an. Setelah ditelusuri, mereka memiliki potensi mengalami hipoglikemia reaktif. Menurut dokter, sebagian besar kasus hipoglikemia disembuhkan dengan cara mengelola pola makan melalui diet. “Rahul perlu mengonsumsi makanan kecil setiap empat jam, olahraga di pagi hari. Setelah dua bulan, ia merasa lebih baik,” ujar Ajmani.

Tak hanya itu, pasien hipoglikemia reaktif perlu diskrining untuk mengetahui potensi terjadinya diabetes. Pasalnya, kondisi ini bisa mengacu pada pra-diabetes dan bisa ditangani lebih awal.ret,ins

baca juga :

Menuntut Ilmu Tak Kenal Usia, Sekretaris DPRD Jatim, Andik Fadjar Tjahjono, Raih Gelar Doktor

gas

Berhasil Jaga Volume Penjualan, SIG Raup Laba Rp 866 Miliar pada Semester I 2023

Redaksi Global News

Wapres Ma’ruf Lepas Keberangkatan JCH Kloter 1 Embarkasi Surabaya